"Apakah Tuhan sedang tidur? Kenapa laki-laki yang sudah membuat hidup ku hancur, hidup dengan bahagia? Lalu kemana perginya semua doa-doa ku? Jika karma tidak kunjung datang padanya, maka tangan ku sendiri lah yang akan membalas perbuatannya!"
~Anindita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_Les, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DSP ~ Bab 24
Flashback On
Enam tahun lalu.
Sudah hampir dua tahun Anindita atau yang kala itu biasa dipanggil Anin berpacaran dengan Hendrik. Saat baru berpacaran dengan Hendrik, usia Anin masih dua puluh tahun dan status Anin adalah seorang mahasiswi jurusan sistem informatika di salah satu kampus swasta.
Sedangkan Hendrik, saat baru berpacaran dengan Anin, usianya masih dua puluh lima tahun dan masih menjadi karyawan biasa di perusahaan Papa Herman.
Hendrik dan Anin bertemu diacara ulang tahun teman Anin dimana kekasih teman Anin yang berulang tahun itu adalah teman Hendrik.
Saat pertama kali melihat Hendrik, Anin langsung jatuh hati pada Hendrik, dia pun meminta temannya untuk mengenalkan dirinya pada Hendrik.
Setelah berkenalan dengan Hendrik, tak segan-segan Anin meminta nomor whatsapp Hendrik. Dan setelah komunikasi kurang lebih tiga bulan, Anin juga lah yang lebih dulu menyatakan perasaannya pada Hendrik.
Hendrik yang sedang gabut pun menerima Anin, apalagi wajah Anin terbilang manis.
Baru sebulan mereka berpacaran, Hendrik sudah berani mengajak Anin berciuman. Dan setelah enam bulan berpacaran, Anin sudah melepas keperawanannya untuk Hendrik.
Bukan hanya itu, karena terlalu bucin dengan Hendrik, Anin sampai minta izin untuk ngekos ke mamanya dengan alasan tugas kampus yang semakin banyak.
Mama Anin yang percaya pada anaknya pun mengizinkan Anin untuk ngekos.
Pukul 20.00
Kos-an Anin.
"Beb, aku punya sesuatu untuk kamu." ucap Anin.
"Apa?" tanya Hendrik.
Anin pun memberikan sebuah bungkus testpack ke hadapan Hendrik dan Hendrik pun mengambil bungkus testpack dari tangan Anin.
"Apaan nih maksudnya?" tanya Hendrik. Dia tau kalau yang dia pegang itu adalah alat tes kehamilan.
"Buka aja sendiri." jawab Anin.
Dengan jantung yang berdebar kencang, Hendrik pun membuka bungkus testpack itu dimana ada testpack yang bergaris dua didalamnya.
Tubuh Hendrik lemas seketika melihat testpack bergaris dua itu.
"Ini..." Hendrik menggantung kata-katanya.
"Aku hamil, Beb." ucap Anin.
Hendrik menghela nafasnya kasar sambil menyandarkan punggungnya ke tembok.
"Kok bisa sih?" tanya Hendrik.
"Kok kamu nanya gitu? Yah bisa lah, kan kita sering berhubungan badan." jawab Anin kesal.
"I-i-iya, tapi maksud aku, aku selama ini kan buang di luar, kok bisa kamu hamil?" balas Hendrik.
"Ya mana aku tau Beb." balas Anin.
Untuk beberapa saat mereka terdiam, suasana di kamar kos Anin pun menjadi hening.
Setelah lima menit saling diam, Anin pun membuka suaranya.
"Jadi gimana ini Beb?" tanya Anin.
"Besok kita periksa ke klinik. Mana tau aja testpack ini salah." jawab Hendrik.
"Terus kalau hasilnya sama gimana?" tanya Anin.
"Gak tau lah Beb, besok aja itu dipikirin, aku juga bingung." jawab Hendrik.
"Aku pulang dulu yah." pamit Hendrik sambil berdiri dari duduknya diatas tempat tidur lalu mengambil kemeja dan celana panjangnya yang dia gantung di belakang pintu.
Saat ini Hendrik hanya memakai kaos dalam dan celana boxer saja. Karena tadinya Hendrik berencana menginap di kos-an Anin untuk minta jatah malam jumat, tapi setelah melihat hasil testpack itu, hilang sudah hasratnya.
"Kok pulang Beb? Kamu bukannya mau kabur kan?" tanya Anin.
"Ya gak lah Beb! Aku pusing, aku mau cari solusi dulu sekalian mau tanya-tanya klinik bersalin untuk kamu periksa besok." jawab Hendrik.
"Oh." Anin hanya membulatkan mulutnya.
Setelah memakai kembali kemeja dan celananya, Hendrik pun keluar dari kamar kos Anin.
Keesokan harinya.
Klinik bersalin.
Kini Hendrik dan Anindita sudah berada di klinik bersalin. Di klinik ini bukan hanya untuk bersalin saja, tapi bisa juga melakukan pemeriksaan usg.
Setelah melakukan USG, ternyata hasilnya Anin memang positif hamil.
Awalnya Hendrik tidak percaya kalau anak yang di kandung Anin adalah anaknya karena dia merasa selama ini dia tidak pernah membuang benihnya di dalam rahim Anin. Tapi setelah mendengar penjelasan dokter, dimana tingkat kegagalan buang di luar sangat tinggi alias besar kemungkinan ada benih yang keluar sedikit-sedikit saat Hendrik masih memainkan sekopnya di dalam lubang, barulah Hendrik percaya.
Setelah mendapat hasil yang akurat dari klinik, mereka pun kembali ke kos-an Anin.
💋💋💋
Bersambung...
kalau dia mau ketemu istri nya izin kan saja aagar smua cepat selesai
menghadapi wanita bejat hrs dg kekersan .karena mereka sdh tidak punya harga diri dan malu
justru dg ada nya anak diantara bapak dan ibu nya akan tambah hangat bekeluarga 😁😁