Ji Fan, seorang pemuda dari clan ji yang memiliki mata misterius, namun akibat mata nya itu dia menjadi olok-olokan seluruh clan.
Didunia yang kejam ini, sejak kecil dia hidup sebatang kara tanpa kultivasi, melewati badai api sendirian. Sampai pada akhirnya dia tanpa sengaja menemukan sebuah buku tua yang usang. Buku itu adalah peninggalan ayahnya yang didapat dari seorang laki laki paruh baya dimasa lampau. Awalnya dia tidak mengerti buku apa itu, Tetapi setelah mempelajari bahasa dewa kuno, dia mulai mengerti, buku itu adalah buku Teknik Terlarang Kultivasi Naga Kegelapan. Dalam buku itu tertulis berbgai ilmu pengetahuan dan langkah-langkah jalan kultivasi, sejak saat itu Ji Fan berubah dari yang awalnya sampah menjadi kultivator puncak yang ditakuti di seluruh alam. Dan orang-orang memanggilnya dengan sebutan 'Orang Buta Dari Kegelapan Naga' .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bingstars, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Suara Jurus Cakar Naga Kegelapan merobek pelindung Qi pengikut Chen. Bagi Ji Fan, rasanya seperti memaksakan sisa-sisa energi Qi Kegelapan Ji Fan keluar dari ujung jari Ji Fan.
Pengikut Chen, yang tubuhnya kekar, membeku. Seringai kemenangan di wajah pengikut itu menghilang, digantikan oleh rasa teror. Tubuh pengikut itu mulai bergetar.
Ji Fan menarik tangannya dari perut pengikut Chen. Pengikut itu tetap berdiri, tapi aura Qi-nya yang padat mulai bocor, memancar dari luka kecil yang Ji Fan ciptakan.
"A...argh!" Pengikut Chen mengeluarkan suara melengking, bukan karena luka, tetapi karena kehancuran inti kultivasinya.
Ji Fan telah menghancurkan Dantian pengikut Chen. Qi pengikut itu kini tidak terkendali, menyebar kacau balau. Pengikut itu menjerit kesakitan, lalu ambruk ke tanah dengan kejang-kejang. Pengikut itu mencengkeram perutnya, tempat Dantiannya hancur, kini tidak lebih dari manusia lumpuh.
Ji Fan sendiri terhuyung mundur. Lengan Ji Fan bergetar parah karena kelelahan total.
"Qi-ku habis!" seru Ji Fan dalam hati, napas Ji Fan memburu.
Jurus Cakar Naga Kegelapan menghabiskan hampir semua Qi Kegelapan Ji Fan. Ditambah lagi, bahu kiri Ji Fan kini mengeluarkan darah segar dari goresan pisau pengikut Chen.
"Bodoh! Kau menguras tenaga vitalmu!" bentak Naga Kecil, suaranya terdengar cemas. "Kau sekarang target yang sangat empuk! Kabur, cepat!"
Ji Fan memaksa kakinya bergerak. Ji Fan melihat sekeliling. Arena Darah masih kacau. Darah, asap, dan jeritan memenuhi udara.
Tuan Muda Chen, yang sedang bertarung sengit di seberang lapangan, melihat adegan itu. Chen melihat pengikut Chen yang terkuat roboh ke tanah sambil kejang-kejang. Mata Chen membelalak marah.
Chen melihat Ji Fan, lalu melihat sisa aura hitam tipis yang menguap dari tubuh pengikut Chen.
"Qi Iblis! Kau menggunakan Qi Iblis!" teriak Chen. Wajah Chen memerah menahan amarah dan ketakutan.
Ji Fan tahu Chen akan memburunya segera. Ji Fan harus menghilang.
Ji Fan menyeret langkahnya yang goyah, berlari ke arah pinggiran arena, tempat tumpukan mayat dan peserta yang sudah pingsan dibiarkan. Ji Fan menjatuhkan diri ke balik tubuh seorang kultivator yang bengkak, menggunakan tubuh itu sebagai perisai.
"Aku butuh Qi, sekarang!" desak Ji Fan pada Naga Kecil. "Aku tidak punya waktu untuk bermeditasi!"
"Kau harus melakukannya, Bocah. Kau tahu cara tercepat!" tantang Naga Kecil.
Rasa mual melanda Ji Fan. Ji Fan tidak suka menggunakan metode kultivasi terlarang ini, tetapi Ji Fan tahu ini adalah satu-satunya jalan keluar.
Ji Fan meletakkan telapak tangan Ji Fan di atas perut kultivator Tingkat 4 yang Ji Fan bunuh tadi. Ji Fan mengaktifkan Jurus Menyerap Jiwa, metode gelap dari Teknik Kultivasi Naga Kegelapan.
WUSHH!
Qi Kegelapan Ji Fan, yang tadinya sangat lemah, mulai bekerja. Ji Fan merasakan Qi Spiritual murni dari mayat itu, dipaksa masuk ke Dantian Ji Fan.
Prosesnya cepat dan brutal. Rasa dingin menjijikkan membanjiri tubuh Ji Fan. Itu Qi orang lain. Ji Fan menelan energi liar itu, memaksanya masuk ke Dantian Ji Fan.
"Lagi!" perintah Naga Kecil.
Ji Fan berpindah cepat ke tubuh pengikut Chen yang lumpuh total itu. Ji Fan meletakkan tangannya di atas Dantian yang hancur.
RRRZZZTT!
Qi Kegelapan Ji Fan bekerja dengan intensitas tinggi, menyedot sisa-sisa energi spiritual dari inti kultivasi pengikut Chen yang bocor. Rasa panas dan nyeri menyerang Ji Fan saat Qi asing yang kacau itu dipaksa masuk ke Dantian Ji Fan.
Ji Fan menggertakkan gigi, mata Ji Fan terpejam rapat. Ji Fan harus memurnikannya dengan cepat sebelum Qi liar itu melukai Ji Fan.
Dalam waktu kurang dari dua menit, Dantian Ji Fan yang tadinya kosong kini terisi sepertiga penuh. Ji Fan menghentikan penyerapan.
Ji Fan menjauh dari mayat-mayat itu. Ji Fan merasa jauh lebih kuat, tetapi juga lebih kotor secara moral.
"Kau harus membiasakan diri," ucap Naga Kecil. "Kau adalah Naga Kegelapan. Ini takdirmu. Jangan pernah bersembunyi di balik moral palsu."
Ji Fan mengabaikannya. Ji Fan merobek kain dari jubah mayat, Ji Fan mengikat bahu Ji Fan yang terluka untuk menghentikan pendarahan.
Lapangan kini jauh lebih sepi. Jumlah peserta telah turun drastis, tersisa sekitar tiga puluh kultivator. Darah membasahi batu, membuat arena licin.
Ji Fan harus kembali ke pertempuran, atau Ji Fan akan dianggap gagal karena bersembunyi.
Ji Fan keluar dari persembunyiannya. Wajah Ji Fan masih pucat, tetapi langkah Ji Fan kini stabil. Ji Fan menembus pertarungan, menghindari konflik besar dan hanya mencari lawan yang kelelahan atau terluka parah.
Ji Fan bergerak seperti hantu. Ji Fan menyingkirkan tiga kultivator Tingkat 4 dan Tingkat 5 yang sudah kehabisan napas dengan serangan cepat ke titik vital. Ji Fan hanya memastikan mereka pingsan dan tidak akan bangun lagi.
Tiba-tiba, mata Ji Fan bertemu dengan mata Chen.
Chen sedang bertarung sengit melawan dua kultivator. Chen melihat Ji Fan muncul kembali, tidak hanya hidup, tetapi juga terlihat lebih kuat. Kemarahan Chen memuncak.
"Kau! Aku akan mengulitimu hidup-hidup, Iblis!" seru Chen.
Chen mengalahkan kedua lawannya dengan ledakan Qi Api yang besar, mengorbankan energinya hanya demi mencari Ji Fan.
Chen dan Ji Fan kini berjarak tiga puluh meter.
"Kau berani menghancurkan Dantian pengikutku? Kau akan membayar sepuluh kali lipat!" teriak Chen.
Chen mengangkat pedangnya. Pedang itu diselimuti api oranye, memancarkan Qi Tingkat 6 yang sangat kuat.
"Jurus Pedang Naga Api!" seru Chen.
Chen meluncurkan tebasan api raksasa ke arah Ji Fan. Tebasan itu membelah tanah, meninggalkan retakan batu yang panjang di jalurnya.
Ji Fan tidak bisa menghindarinya. Ji Fan memadatkan sisa Qi Kegelapan Ji Fan, mengumpulkan semua energi yang baru Ji Fan serap dan murnikan, dan mengarahkannya ke depan.
Ji Fan tidak menyerang. Ji Fan membentuk lapisan Qi hitam tipis di depan Ji Fan sebagai perisai.
BOOM!
Dinding Qi Kegelapan Ji Fan menahan serangan Pedang Naga Api Chen. Ji Fan terdorong ke belakang, kaki Ji Fan terseret mundur beberapa meter di tanah. Rusuk Ji Fan berteriak kesakitan, dan darah menyembur dari bahu Ji Fan yang terpotong. Tapi Ji Fan bertahan.
"Apa?!" Chen tercengang. Chen tidak percaya Jurus pamungkas Chen bisa ditahan oleh perisai Qi hitam yang tipis.
Saat Chen ragu, Ji Fan mengambil kesempatan. Ji Fan meluncurkan Jurus Tusukan Bayangan, sebuah serangan cepat dengan jari yang mengincar titik kelemahan.
Chen menghindar, tapi serangannya terlalu cepat. Tusukan itu mengenai pelindung lengan Chen. Pelindung itu retak, dan Chen merasakan sengatan dingin Qi Kegelapan yang mengganggu aliran Qi Chen.
"Waktu selesai!"
Tiba-tiba, suara gong berdentum untuk ketiga kalinya. Suara gong itu sangat kuat hingga memadamkan semua ledakan Qi dan menghentikan semua pergerakan.
Semua orang terhuyung. Ji Fan dan Chen, yang saling menatap penuh kebencian, terpaksa berhenti.
Tetua Zhen kembali muncul di balkon, wajahnya tanpa ekspresi. Tetua Zhen menghitung korban di lapangan.
"Seratus peserta," ucap Tetua Zhen dengan nada klinis. "Tersisa... delapan belas. Terlalu banyak."
Tetua Zhen menatap tajam ke arah kerumunan yang berlumuran darah. Tatapan Tetua Zhen lalu terpaku pada satu orang: Ji Fan.
"Delapan belas yang tersisa akan lolos secara otomatis ke babak kedua Akademi," Tetua Zhen mengumumkan. "Selamat. Kalian telah mendapatkan tempat di neraka ini."
"Dan kau," seru Tetua Zhen, nadanya menjadi berat dan dingin, memanggil satu nama.
"Ji Fan. Ikut aku."