Dikehidupan lalu dia membuat kesalahan yang berujung penyesalan. Kesempatan kedua didapatkan, dia kembali ke masa lalu untuk mengubah kisahnya yang tragis menjadi manis. Dia kembali dengan menyamar menjadi seorang peramal, untuk mendekati sang pujaan hati. Dapatkah Andrew mengubah kisah percintaannya yang berakhir tragis menjadi sebuah kisah cinta yang berakhir manis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan terpedaya
Amy membereskan pekerjaannya dengan cepat karena dia ingin pergi makan siang bersama dengan Lucas. Mereka sudah membuat janji untuk bertemu di sebuah restoran di sisi dermaga.
Dia tidak ingin terlambat oleh karena itu dia harus membereskan semua pekerjaan terlebih dahulu agar dia tidak perlu kembali dengan terburu-buru. Tadinya dia selalu mencari Andrew tapi entah kenapa, pria itu tidak pernah terlihat lagi dan entah kenapa dia jadi selalu bertemu dengan Lucas.
Jika ada yang melihat, orang-orang pasti akan menganggapnya sebagai wanita murahan karena dia bisa berganti pria dalam waktu singkat namun hubungannya dengan Lucas dan hubungannya dengan Andrew bukanlah hubungan spesial.
Eliza memandangi Amy sedari tadi. Dia seperti hendak berbicara dengan Amy tapi dia pura-pura ragu untuk melakukannya. Dia berjalan mondar-mandir dengan segala keraguan yang dibuatnya.
Amy pun menyadari apa yang dilakukan oleh Elisa namun dia tidak memperdulikan Elisa/ Dia lebih fokus dengan pekerjaannya. Elisa pun sangat kesal karena Amy tidak memperdulikan dirinya padahal selama ini dia telah berpura-pura menjadi sahabat paling baik untuk Amy.
Tidak tahan lagi dengan situasi di antara mereka membuat Elisa segera masuk ke dalam ruangan Amy. Pintu yang dibuka dengan kasar membuat Amy sedikit terkejut namun yang membuatnya terkejut adalah keberadaan Elisa.
Amy berusaha untuk tidak terlalu menunjukkan keterkejutannya. Dia hanya memandangi Elisa tanpa bertanya ketika sahabatnya itu melangkah menghampiri dirinya lalu menggebrak mejanya dengan begitu keras.
“Aku sudah tidak tahan lagi, Amy. Kau benar-benar berubah dan kau tidak lagi memperdulikan aku sebagai sahabat baikmu. Kenapa kau jadi seperti ini, Amy?” Elisa berakting seolah-olah dia sedih dengan persahabatan mereka yang hancur berantakan.
“Aku rasa bukan aku yang menghancurkan persahabatan kita, Elisa. Kau yang menghancurkannya terlebih dahulu dan kau yang tidak mau berbicara denganku hanya karena aku berusaha mengubah penampilanku. Kenapa kau tidak bisa menerima keputusanku, Elisa?” Amy memandangi Elisa. Dia sangat ingin tahu kenapa Elisa tidak pernah mendukungnya. Sebagai seorang sahabat, bukankah dia harus mendukungnya?
“Aku hanya ingin kau mencintai dirimu sendiri, Amy. Aku tidak ingin kau terlalu berlebihan hanya karena kau ditolak oleh mereka yang tidak bisa melihat kecantikanmu. Percayalah padaku jika kau jauh lebih baik tanpa semua make up itu!”
“Itu menurutmu, Elisa. Dulu aku terlalu cuek dengan penampilanku karena aku juga berpikir untuk apa aku bersusah payah merias wajahku tapi sekarang aku justru berpikir jika aku jadi percaya diri setelah melakukan perubahan ini. Seharusnya kau senang tapi kenapa kau justru membenci aku dan menjauhi aku? Sekarang kau justru seperti menuduh aku yang telah menghancurkan hubungan persahabatan kita padahal kaulah yang tak biasa menerima dan mendukung aku untuk berubah.”
“Aku melakukan hal ini karena aku peduli padamu, Amy!”
“Terima kasih tapi sekarang aku merasa sangat nyaman dan aku begitu percaya diri dengan penampilanku saat ini. Terima kasih karena kau telah mengkhawatirkan aku, Elisa!”
Elisa mengumpat dalam hati. Jika demikian, bagaimana dia bisa melancarkan aksinya? Uang yang seharusnya dia dapatkan dari misi itu tidak boleh gagal. Apa pun caranya, dia harus melakukan tugasnya dengan baik.
“Baiklah. Aku yang salah karena aku tak bisa menerima perubahan pada dirimu ini. Lagi pula kau melakukannya dengan tiba-tiba jadi ini sedikit mengejutkan aku."
“Sudahlah. Karena kita sudah berteman lama jadi aku tidak akan mempermasalahkannya. Sekarang biarkan aku sendiri karena aku ingin menyelesaikan pekerjaanku ini.”
“ Apa perlu aku bantu?” Elisa kembali seperti semula selayaknya tidak terjadi apa pun di antara mereka berdua.
“Tidak, Elisa. Aku bisa mengerjakan semua pekerjaannya sendiri. Apa ada hal lain yang hendak kau bicarakan denganku?” meski Elisa sudah kembali seperti semula namun itu dia masih merasa canggung.
"Hei, bagaimana jika kita pergi makan siang setelah ini?" ajak Elisa.
"Maaf, aku sudah ada janji."
"Dengan siapa? Apa dengan pria tampan lagi?"
“Tidak, bukan!” Amy berusaha menyibukkan diri supaya Elisa keluar dari ruangannya.
“Jika begitu, siapa yang akan kau temui? Apa kau tidak mau berbagi denganku, Amy?” mungkin saja dia akan mendapatkan sesuatu dan mungkin saja dia akan tahu siapa orang yang membuat Amy begitu percaya diri seperti saat ini.
“Maaf, aku tidak bisa memberitahumu.”
“Baiklah, jika begitu aku akan kembali bekerja,” Elisa keluar dengan perasaan kesal. Dia merasa Amy berubah total. Biasanya tidak ada rahasia di antara mereka tapi entah kenapa kali ini Amy justru merahasiakan sesuatu darinya.
Tidak bisa, dia harus mengikuti Amy secara diam-diam. Dia harus tahu siapa yang Amy temui. Bisa saja orang itu menjadi kendala bagi dirinya oleh karena itu dia harus mencari tahu.
Amy merasa hubungannya dengan Elisa lebih baik seperti itu. Memang Elisa adalah sahabatnya yang paling baik tapi setelah mereka tidak bersama untuk waktu yang cukup lama dia justru merasa jauh lebih baik.
Pekerjaannya pun diselesaikan dengan cepat. Elisa memantau gerak geriknya. Amy pergi saatnya tiba, namun Elisa mengikutinya secara diam-diam. Amy bukanlah orang yang peka akan hal seperti itu jadi dia tidak tahu jika dia sedang diikuti sampai dia tiba di restoran di mana Lucas sudah menunggu dirinya.
Elisa berusaha mendekat, supaya dia dapat melihat dengan jelas dan ketika dia melihat Amy menghampiri Lucas, Elisa benar-benar terkejut karena Amy justru datang untuk menemui pria gemuk itu. Jangan katakan mereka berdua memiliki hubungan spesial.
“Maaf telah membuatmu lama menunggu, Lucas,” ucap Amy basa-basi.
“Tidak perlu basa-basi, aku juga baru datang,” dia berdusta karena sesungguhnya dia sudah berada di restoran itu dari 15 menit yang lalu. Dia datang lebih cepat karena dia tidak mau membuat Amy menunggu dirinya.
“Baiklah,” Amy segera duduk dan tersenyum karena Lucas memandangi dirinya.
“Sekarang pesanlah makanan yang kau inginkan dan jangan ragu.”
“Jangan terlalu banyak. Bukankah kau sedang diet? Lebih baik kita memesan makanan yang sehat saja supaya tidak mengganggu program dietmu.”
“Yang sedang diet aku, Amy. Kau tidak perlu melakukannya jadi kau bisa memesan apa pun yang kau mau.”
“Terima kasih, Lucas. Aku jadi memiliki sebuah ide, bagaimana jika kita olahraga bersama? Itu jika kau tidak keberatan.”
“Tentu saja tidak. Sejak beberapa hari yang lalu aku sudah rutin bangun pagi untuk olahraga. Jika kau mau, kita bisa lari pagi bersama.”
“Itu ide yang bagus. kita berdua bisa saling mendukung agar kita berdua bisa mengubah penampilan kita. Kita juga bisa saling berbagi agar nasib kita berdua juga berubah.”
“Yang kau katakan sangat benar, Amy. Sekarang pesan makanannya.”
“Terima kasih,” Amy tersenyum, dia mulai melihat buku menu.
Dia juga menunjukkan beberapa makanan sehat yang dapat dikonsumsi oleh Lucas. Mereka berdua berbincang untuk menentukan makanan yang hendak mereka pesan dan Amy tidak menyadari jika Elisa berjalan menghampiri dirinya dengan cepat.
Suara meja yang digebrak oleh Elisa, mengejutkan Amy dan Lucas. Amy kembali terkejut karena keberadaan sahabatnya di tempat itu.
“Wah… wah, aku sungguh tidak menduga. Setelah gagal mengejar pria tampan, rupanya sekarang kau justru mengejar pria jelek. Sepertinya siapa saja tidak masalah bagimu, Amy. Apa kau terlalu terobsesi ingin memiliki kekasih sehingga bisa dengan siapa saja?” ucapan yang cukup pedas yang membuat Amy sedikit terkejut.
“Apa maksud perkataanmu, Elisa. Aku tidak mengerti sama sekali.”
“Jangan pura-pura bodoh dan kau,” Elisa memandang ke arah Lucas, “Jangan terpedaya oleh tipuannya. Dia hanya ingin memanfaatkan dirimu saja jadi sebaiknya kau berhati-hati pada dirinya,” dia sudah lelah dengan sandiwara yang dia lakukan dan itulah dirinya, dirinya yang sebenarnya.
“Kenapa kau begitu jahat mengucapkan perkataan itu, Elisa. Bukankah kau adalah sahabat baikku?” demi apa pun, dia tak pernah menduga Elisa akan mengucapkan perkataan seperti itu. Padahal selama ini dia percaya jika Elisa adalah sahabat terbaik yang dia miliki tapi apa? Sungguh dia sangat kecewa.
“Aku sudah lelah denganmu, Amy. Ternyata kau tidak memperdulikan aku karena kau sudah memiliki sahabat baru. Kau pasti hanya ingin memanfaatkan dirinya saja, bukan? Sebaiknya kau berhati-hati dengannya karena dia tidak sebaik yang kau lihat!” Elisa masih memprovokasi Lucas untuk menjauhi Amy.
“Amy tidak seperti itu, jangan asal bicara!”
“Terserah kau saja, aku sudah memperingati dirimu!” Elisa melangkah pergi, dia sangat puas dengan apa yang telah dia lakukan. Sebentar lagi pria itu pasti akan meninggalkan Amy. Tapi mereka berdua memang serasi. Seorang badut memang lebih cocok berkumpul dengan badut yang lainnya.
mau jelek tp ada duit bisa jdi cakep kok