NovelToon NovelToon
Debaran Hati

Debaran Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Mengisahkan mengenai Debby Arina Suteja yang jatuh cinta pada pria yang sudah beristri, Hendro Ryu Handoyo karena Hendro tak pernah jujur pada Debby mengenai statusnya yang sudah punya istri dan anak. Debby terpukul sekali dengan kenyataan bahwa Hendro sudah menikah dan saat itulah ia bertemu dengan Agus Setiaji seorang brondong tampan yang menawan hati. Kepada siapakah hati Debby akan berlabuh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Heboh Saat Pulang

Setelah perjalanan yang melelahkan dan penuh kesedihan, Naura, Subeni, dan Haryati akhirnya tiba di sebuah rumah kontrakan sederhana di pinggiran kota. Meskipun tidak senyaman rumah mereka di desa, mereka tetap merasa bersyukur memiliki tempat berteduh. Marcella yang tertidur di pangkuan Naura tampak tenang, seolah tidak merasakan kepahitan yang sedang dialami keluarganya.

Rumah kontrakan itu kecil, hanya terdiri dari dua kamar tidur, ruang tamu, dan dapur sederhana. Namun, bagi mereka saat ini, tempat itu adalah surga kecil yang memberikan rasa aman setelah terusir dari kampung halaman. Mereka segera membersihkan rumah dan menata barang-barang seadanya. Meskipun hati mereka masih terasa perih, mereka berusaha untuk saling menguatkan.

Naura duduk termenung di ruang tamu, pikirannya kembali melayang pada Fathia. Ia masih tidak habis pikir mengapa sepupunya itu begitu membencinya hingga tega menyebarkan fitnah yang menghancurkan kehidupannya dan keluarganya. Ia mencoba mengingat-ingat, adakah perkataan atau perbuatan yang pernah ia lakukan hingga membuat Fathia menyimpan dendam sedalam itu. Namun, ia tidak menemukan jawabannya. Selama ini, hubungan mereka biasa-biasa saja, bahkan cenderung baik meskipun tidak terlalu dekat.

"Ayah, Ibu," panggil Naura pelan, memecah keheningan. Subeni dan Haryati yang sedang membereskan dapur menoleh ke arahnya.

"Ada apa, Nak?" tanya Subeni lembut.

"Aku masih tidak mengerti... kenapa Fathia begitu membenciku? Apa salahku padanya?" air mata Naura kembali menggenangi pelupuk matanya.

Haryati menghampiri putrinya dan memeluknya. "Sudahlah, Nak. Jangan dipikirkan lagi. Orang yang hatinya dipenuhi kebencian memang sulit dimengerti. Mungkin dia iri padamu sejak dulu, tanpa alasan yang jelas."

Subeni mengangguk setuju. "Yang penting sekarang kita sudah punya tempat tinggal yang aman. Kita mulai hidup baru di sini. Jangan biarkan kebencian Fathia merusak ketenangan kita."

Naura menghela napas panjang. Ia tahu orang tuanya benar. Ia tidak seharusnya membiarkan dirinya terus terpuruk dalam kesedihan dan kebingungan akibat perbuatan Fathia. Ia harus kuat demi dirinya sendiri, demi orang tuanya, dan terutama demi Marcella.

"Iya, Ayah, Ibu. Kalian benar. Aku akan berusaha melupakan Fathia dan fokus pada masa depan kita," ucap Naura dengan tekad yang mulai tumbuh dalam hatinya.

Malam itu, di rumah kontrakan yang sederhana itu, mereka bertiga berkumpul. Meskipun lelah dan sedih, mereka merasakan kehangatan kebersamaan. Mereka saling menguatkan dan berjanji akan menghadapi masa depan bersama. Naura bertekad untuk bangkit dari keterpurukan ini. Ia akan mencari pekerjaan dan berusaha memberikan kehidupan yang layak bagi dirinya, orang tuanya, dan Marcella. Kebencian Fathia tidak akan ia biarkan merenggut kebahagiaannya. Ia akan membuktikan bahwa ia bisa menjalani hidup dengan baik meskipun telah difitnah dan diusir dari kampung halamannya. Rumah kontrakan yang sederhana itu menjadi awal babak baru dalam kehidupan mereka, babak yang penuh tantangan namun juga penuh harapan akan hari esok yang lebih baik.

****

Kondisi Nirmala semakin hari semakin memburuk. Kesedihan mendalam akibat perbuatan Hendro dan kerinduannya pada Marcella, cucu semata wayangnya, terus menggerogoti kesehatannya. Reksa dengan setia menemani istrinya di rumah sakit, hatinya pilu melihat Nirmala yang begitu lemah dan tak berdaya.

"Reksa... aku rindu Marcella," lirih Nirmala suatu malam, air mata mengalir di pipinya yang pucat.

Reksa menggenggam erat tangan istrinya. "Sabar ya, Bu. Nanti kalau kamu sudah sehat, kita jenguk Naura dan Marcella."

Nirmala menggeleng lemah. "Hendro... kenapa dia jadi seperti ini? Aku tidak mengerti..."

Setiap kali Hendro datang menjenguk ibunya, bukannya memberikan semangat, ia justru melontarkan kata-kata yang semakin menyakitkan hati Nirmala. Ia tetap bersikeras bahwa Naura dan keluarganya pantas mendapatkan semua kesulitan ini.

"Ibu tidak perlu mengkhawatirkan mereka. Mereka pantas menerima akibatnya," ujar Hendro dingin saat Reksa memintanya untuk sedikit berempati pada Naura dan Marcella.

Mendengar ucapan putranya yang begitu keras hati, Nirmala kembali merasakan sesak di dadanya. Kesedihan yang mendalam membuatnya kembali kehilangan kesadaran. Reksa panik melihat istrinya pingsan lagi.

"Hendro! Lihat apa yang kamu lakukan pada ibumu!" bentak Reksa penuh amarah.

Namun, Hendro tetap tidak menunjukkan penyesalan. "Ibu memang terlalu sensitif," jawabnya singkat sebelum berlalu pergi.

Reksa hanya bisa menghela napas berat. Ia merasa semakin kehilangan Hendro. Putranya itu benar-benar telah dibutakan oleh ambisinya untuk kembali mendapatkan Debby hingga tidak lagi peduli pada perasaan ibunya sendiri.

Nirmala terbaring lemah, merindukan kehangatan cucunya. Ia membayangkan wajah polos Marcella dan senyumnya yang selalu membuatnya bahagia. Ia berharap bisa segera bertemu dengan cucunya itu. Dalam hatinya, ia terus berdoa agar Hendro segera sadar dan menghentikan semua perbuatan buruknya. Ia tidak ingin putranya semakin terjerumus ke dalam kegelapan.

Reksa terus menjaga Nirmala dengan setia. Ia berusaha memberikan semangat dan menghiburnya. Ia berjanji akan membawa Marcella menjenguk Nirmala jika kondisi istrinya sudah membaik. Ia juga bertekad untuk mencari cara agar Hendro bisa kembali ke jalan yang benar, meskipun ia tidak tahu bagaimana caranya. Kepedihan melihat istri tercinta menderita dan putra tersayang tersesat membuatnya merasa sangat tidak berdaya. Ambisi buta Hendro telah merusak keharmonisan keluarga mereka dan menyakiti banyak orang.

****

Setelah beberapa hari dirawat, Agus akhirnya diperbolehkan pulang oleh dokter. Debby dengan senang hati mengantarkan Agus kembali ke apartemennya. Selama perjalanan, keduanya lebih banyak diam. Kehadiran perasaan yang diungkapkan Debby beberapa waktu lalu masih menciptakan kecanggungan di antara mereka. Agus belum memberikan jawaban yang jelas, dan Debby pun memilih untuk tidak membahasnya lagi.

Sesampainya di depan pintu apartemen Agus, pemuda itu menoleh ke arah Debby dengan senyum tulus. "Terima kasih banyak ya, Mbak Debby. Sudah repot menjagaku di rumah sakit dan mengantarku pulang."

Debby membalas senyum Agus. "Sama-sama, Agus. Yang penting kamu sudah sehat kembali."

"Kamu sudah banyak membantuku selama ini. Aku tidak tahu bagaimana jadinya kalau tidak ada kamu," lanjut Agus dengan nada tulus.

Debby merasa hangat mendengar ucapan Agus. "Kita kan tetangga. Sudah seharusnya saling membantu." Namun dalam hatinya, ia berharap hubungan mereka bisa lebih dari sekadar tetangga.

****

Setelah memastikan Agus masuk ke dalam apartemennya dengan selamat, Debby berbalik hendak menuju unitnya sendiri. Namun, baru beberapa langkah ia berjalan, ia dikejutkan oleh sosok Hendro yang tiba-tiba berdiri di depan pintu apartemennya. Raut wajah Hendro tampak marah dan tegang.

"Debby!" seru Hendro dengan nada membentak, membuat Debby terlonjak kaget.

Debby mematung, tidak menyangka akan bertemu Hendro lagi. "Kamu... sedang apa di sini?" tanyanya dengan suara sedikit gemetar.

"Apa yang kamu lakukan di apartemen pria itu?!" bentak Hendro lagi, suaranya meninggi hingga menarik perhatian beberapa penghuni lain yang melintas.

"Bukan urusanmu," jawab Debby tegas, berusaha tidak terpancing emosi.

"Tentu saja urusanku! Kamu masih milikku, Debby!" sahut Hendro dengan nada posesif.

"Aku bukan milik siapa-siapa, Hendro. Dan kita sudah tidak ada hubungan apa pun lagi," kata Debby mencoba menghindar, namun Hendro menghalanginya.

"Jangan bohong! Aku melihatmu mengantarnya pulang! Kamu pasti ada hubungan dengannya!" tuduh Hendro dengan mata menyala-nyala.

"Ya, aku mengantarnya pulang karena dia tetanggaku dan dia baru keluar dari rumah sakit! Apa salahnya?!" Debby mulai terpancing emosi.

"Alasan! Kamu pasti menyukainya kan?! Makanya kamu meninggalkanku!" teriak Hendro semakin histeris, menciptakan keributan di lorong apartemen.

1
kalea rizuky
klo ortu agus gk bs nrima ywda
kalea rizuky
lanjut
Serena Muna: terima kasih kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!