NENEK PAHLAWANKU

Robert yang menghadapi 3 lawan dari anak buah Bento dengan tenang, serangan di antara ketiga musuh itu hanya satu yang ahli beladiri sedangkan dua orang temannya tidak bisa bela diri mereka hanya memukul di saat Robert terpojok namun Robert bukanlah bodoh, di serangnya dia orang tak pandai beladiri itu dengan jurus pengunci lawan. Di saat teman A menyerang Robert, dengan mudah di hindari lalu sebuah tendangan di layangkan ke atas lalu ke samping kiri dan "DUAAAK" teman B terseret 4 meter lalu ambruk.

Teman A terbengong saat melihat teman B terseret bergulingan di tanah, dalam bengongnya mendadak dia jatuh terduduk lalu ambruk karena kakinya di jegal lalu dengan cepat kepalanya mendapatkan pukulan.

Tinggal satu yang bisa bela diri. Dengan loncat loncat kecil bak pemain petinju Robert bagaikan mendapat tambahan tenaga.

"Ayo maju.. Kau harus terima ganjaran dariku.!"

Lawan diam mengawasi setiap gerakan Robert namun semakin lama Robert semakin membuat emosi lawannya. Tanpa pikir panjang lawannya menyerang dengan jurus karate namun dengan mudah di pukul tangannya.

Lawan meringis kesakitan memegangi tangan kananan segera kaki kanan menendang dengan menyamping, tubuh memutar mengikuti gerakan kakinya namun kaki kanan lawan tertangkap dengan cepat lalu secepat kilat Robert mematahkan kaki kawan lewat tendangan ke depan mengenai persedian dan KLEK.. "Aauuuuhhh...." lawan jatuh terduduk sambil memegangi kaki bawahnya. Robert mendekati dengan duduk di depannya. "Kau ikut menghancurkan rumahku ya..?"

"Ti... Tidak bang.. Ampuun bang ampun.."

"Banyak omong kau....." ..."DUAAAAAK"

Lawan pun pingsan dengan terlentang.

 "Jimi, Santoso cepat selesaikan." kata Robert yang melihat kedua temannya.

Jimi dengan santai menghindari setiap serangan yang tertuju padanya, ke kanan dan ke kiri kadang jumplalitan menghindari serangan lawan.

Di saat tak terduga Jimi terkena pukulan di pinggang kanan yang membuat Jimi semakin terbakar semangatnya, tanpa banyak kata Jimi menyerang dengan perhitungan setiap serangan lawan di hindari dan di balas dengan lebih cepat dan keras "BUK.."BUK." pukulan terkena dagu langsung di imbangi dengan pukulan di perut sampai lawan terjengkang. Jimi mendekat lawan dan menendang kepalanya sampai pingsan.

Sedangkan Santoso sudah menyelesaikan lawannya walaupun tangannya tergores pisau .

"Masukan mereka ke dalam rumah itu sedangkan Teguh dan temannya ikat dan bawa ke mobil kita." perintah Robert, sedangkan Nenek Samirah berada di mobil Teguh dan mengambil beberapa pucuk senjata dan koper lalu di masukan ke mobilnya.

Teguh dan ketiga temannya di masukan asal asalan ke mobil Robert.

"Jim, kamu gantiin Santoso beli bahan baku di pasar Parakan." kata nenek Samirah.

"Baik nenek guru."

"Uang dan catatan ada di mobil Jim." kata Santoso.

Jimi berpindah ke mobil pick up grand max sedangkan Santoso, Robert dan nenek masuk ke mobil minibus Carry.

Dalam perjalanan menuju puncak Cemoro melewati jalan pintas agar lebih cepat.

"Mereka mau di apain nenek guru.?" tanya Robert.

"Kita sekap mereka. Tapi di mana.?"

"Di gudang Wonoboyo saja nek." usul Robert.

"Jadi nanti kita berputar ke kanan saat di pertigaan cemoro." kata Santoso.

"Jika kita sekap di Pring sewu nanti akan resiko besar San, bagaimana jika nanti Bento tahu bisa di hancurkan pabrik kita."

"Iya juga ya.. Gimana nenek Guru.?"

"Baiklah tapi aku ingin mengorek keterangan Teguh..

Semua mengangguk dan melanjutkan perjalanan menuju Wonoboyo ke gudang yang di gunakan untuk menyuplay bahan baku ke pabrik.

Sesampainya di Wonoboyo suasana sepi dan mobil masuk ke gudang lalu Robert dengan kasar menyeret Teguh dan keempat anak buahnya.

Santoso mengambil air dengan ember lalu nenek menguyur mereka dengan air...

"BYUUUUR..." semua tawanan tergagap bangun.

"Sialan... Di mana ini..?" kata Teguh.

Tiba - tiba tongkat nenek Samirah menyentuh dagunya yang menyebabkan Teguh mendongakan kepalanya sambil menatap mata Nenek yang berkerut namun tampak guratan kecantikan dan kebengisan.

"Kalian telah membangunkan harimau tua. katakan kenapa kau membakar rumahku yang di Sukarejo hah..?" kata nenek Samirah dengan geram.

"Siapa kamu nenek tua..?

"Aku Samirah, neneknya Sumi yang rumahku kalian hancurkan.?"

"Karena cucumu telah membunuh dua temanku.."

"Lepaskan aku... Kalian akan hancur jika Bento tahu.." bentak Teguh.

"Kalian kira aku takut hah...?"

"Dimana markas kalian sekarang..?" bentak nenek dengan geram.

"Tak akan aku kasih tahu.."

Nenek menjengtikan jari tiba tiba.. "DUAAAK.." tendangan melayang mengenai wajah Teguh. Teguh ambruk ke kiri dan mengeluarkan darah di mulutnya.

"Keparat... Kalian juga membunuh anakku dan menghancurkan rumahku, saatnya kami mengurangi jumlah kalian." kata Robert tak kalah ganasnya.

"Ikat di tiang kaki dan tangan mereka. Kita kembali." Kata nenek seraya melangkahkan kaki menuju pintu dan keluar.

Robert dan Santoso mengikat kaki dan tangan ke empat orang itu dan melakban mulutnya.