Kisah Nyata : Adakalanya cinta itu memang harus dilepas, bukan karena jika bersama akan saling menyakiti, Namun...jika terus bersama, akan ada banyak hati yg tersakiti.
Diangkat dari kisah nyata, Adeeva seorang guru honorer yang di buat jatuh cinta oleh Adrian, seorang pria berprofesi sebagai polisi. Kegigihan Adrian membuat Adeeva luluh dan menerimanya.
Namun masalah demi masalah pun mulai bermunculan. Membuat Adeeva ingin menyerah dan berhenti. Bagaimana cara mereka menyelesaikan permasalahan yang ada? Akankah mereka bisa bersatu atau justru harus saling merelakan?
Temukan jawabannya di novel ini. Yang akan membuatmu masuk ke dalam kisah percintaan yang mengharukan.
Note : Demi menjaga privasi tokoh sebenarnya, semua nama dan lokasi kejadian sudah di rahasiakan.
follo saya di
Fb : Cut elvi anita
Ig : cut_elvi_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LV Edelweiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Universitas Medan
Pagi sekali aku sudah mau pergi ke kampus. Karena Bang Riko sedang ada pekerjaan diluar kota, aku pun terpaksa naik becak untuk sampai ke kampus Unimed. Ternyata lumayan jauh dari rumah Kak Wina. Harus meronggoh koceng lima puluh ribu rupiah untuk sekali jalan.
Sesampainya disana aku melihat bangun besar nan megah itu. Universitas Medan. Kampus yang selama ini aku idamkan. Aku hanya berdiri mematung. Sampai tiba-tiba ada yang membunyikan klaksonnya begitu kencang. Aku tersentak.
"Woy jangan di tengah jalan. " Teriak seorang perempuan yang sedang mengendarai mobil merah.
Aku langsung menepi seraya meminta maaf. Dalam hatiku, galak amat sama orang kampung. Apa orang-orang di sini semua seperti itu ya.
Tiba-tiba dari jauh aku melihat seseorang yang seperti ku kenal. Iya benar, dia teman SMA ku saat kami masih di kota dingin sebelum hijrah ke pulau. Tapi dia tidak menyapaku. mungkin dia tidak mangenaliku lagi. Secara, kami sudah beberapa tahun tidak bertemu.
Setelah berkeliling-keliling kampus, akupun duduk dibawah pohon dan beristirahat. Banyak pohon besar disini yang membuat udara sejuk dan tedu.
Sudah pukul 1 siang, aku melihat jam. Aku lebih baik pulang sebelum malam. Tapi aku harus mencari becak kemana ya? aku menunggu ditepi jalan, tak lama becak pun datang.
"Mau pulang kemana neng? " Tanyanya. Dia memanggilku dengan sebutan neng. heheh
"Ke jalan anggrek pak.. Gang belibis. Bapak tau nggak? "
"Wah jalan anggrek disini banyak neng. Kalau nama desanya tau nggak? "
" Sebentar ya pak, saya telpon kakak saya dulu. " Aku lantas menelpon kak Wina.
"Katanya desa suka damai pak. " Aku memberitahu si bapak.
"Owh iya, saya tahu. Ayu naik" Ajaknya.
"Ongkosnya berapa pak?" Tanyaku lagi
"50 aja... murah-murah... " Jawabnya.
Kami pun akhirnya berangkat menuju alamat yang seperti kak Wina arahkan.Namun aku merasa jalan pulang seperti lebih jauh dari saat pergi. hari sudah semakin gelap. Aku bahkan melewati sholat dzuhur dan asharku. Sudah pukul 6 tapi kami belum juga sampai.
Si bapak becak tiba-tiba berhenti.
"Neng. Bapak lupa jalan ke suka damai gapura yang mana ya? " Katanya membuatku panik.
"Aduh bapak.. Kok malah nanyak ke saya, saya juga orang luar datang kemari. Ya saya mana tau paaakkk" Jawabku kesal tapi masih mencoba untuk menahan emosi.
"Sebentar ya neng. bapak tanya orang-orang dulu. " Si bapak kemudian mendekati beberapa orang yang ada di pinggir jalan. Aku mengikutinya dari belakang.
"Oeh, gapura suka damai sudah lewat pak. Bapak putar balik nanti sebelah kanan. " Jelas salah seorang dari mereka.
"Makasih ya bang.... " Kataku lalu pergi kembali ke becak. Akhirnya kamipun masuk ke gerbang yang dimaksud.
"Nah ini dia pak. Bener ini gapuranya. Alhamdulilah.... untuk kita nggak nyasar ya pak. " Kataku seraya bersyukur.
"Maaf ya neng. bapak yang salah. " Si bapak tampak menyesal.
"Ngga papa kok pak, yang penting bapak uda nganterin saya sampai rumah" Jawabku sambil tersenyum.
Kak Wina langsung keluar. Dia sudah pasti khawatir. Dari tadi terus mengirim pesan tanya aku dimana. Jadi pengalaman buat aku, besok-besok jangan pergi sendiri-sendiri lagi. Medan ini boss.
***
Aku mencari-cari kampus incaranku di internet. Pendaftarannya memang dilakukan secara online. Ternyata benar seperti yang Om Hadi bilang, saingannya begitu banyak. Aku mencari jurusan Sastra Inggris dan Bahasa Inggris. Ternyata sudah ada 4000-5000 orang yang mendaftar. Padahal yang diterima hanya sekuat 50-60 orang saja. Luar biasa aku harus menyingkirkan 3950 orang untuk bisa lolos. Peluangnya sangat sedikit. Akhirnya aku pun menelpon ibu.
"Bu... " Sapaku di telpon.
"Ya deev, gimana? uda mendaftar belum? " Tanya ibu
"Belum bu? " Jawabku lirih.
"Kenapa? kamu berubah pikiran untuk kuliah disana? " Tanya ibu. Ibu seperti tau isi hatiku.
"Terlalu banyak saingan bu. Adeeva nggak yakin bakalan lolos" Aku berkata jujur.
"Kamu ini, belum perang sudah mengaku kalah. Ya dicoba dulu... siapa tau rezeki. " Saran ibu.
"Nggak usa deh bu kayaknya. Adeeva balik aja dulu ya. " Aku meminta izin ibu. Apakah ibu akan marah mendengar aku akan pulang tanpa hasil apa-apa?
"Ya uda, terserah kamu aja. Kalau kamu belum mau untuk kuliah, ibu juga nggak maksa. Ya? " Ibu sangat pengertian.
"Iya bu, uda dulu ya bu. Adeeva mau mandi dulu. Mungkin Adeeva mau disini dulu beberapa hari, temenin kak Wina sampai bang Riko pulang.. Kasian dia lagi hamil kayak gitu. " Kataku
"Ya udah, pergi mandi sana... " Perintah ibu.
Sebenarnya bukan hanya karena ada banyak saingan disini bu, tapi ada hal lain yang membuat aku mengurungkan niatku untuk kuliah di medan. Ada sesuatu yang tertinggal disana. Hatiku. Dan aku harus kembali untuk mengambilnya lagi.
kawen aja truss sama pak Edward udah beress.. gak banyak kali abis episode..