NovelToon NovelToon
Petualangan Sang Pendekar Di Dua Negeri

Petualangan Sang Pendekar Di Dua Negeri

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Perperangan
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ikri Sa'ati

Cerita ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang pendekar sakti. Bermula dengan tidak diakui sebagai anak oleh ayahandanya, sedangkan dia belum mengetahui.

Tahunya dia ayahandanya yang sebagai seorang raja telah mati terbunuh saat perang melawan pemberontak yang dipimpin oleh seorang sakti berhati kejam, yang pada akhirnya kerajaan ayahandanya berhasil direbut.

Hingga suatu ketika dia harus terpisah juga dengan ibunda tercintanya karena suatu keadaan yang mengharuskan demikian pada waktu yang cukup lama.

Di lain keadaan kekasih tercintanya, bahkan sudah dijadikan istri, telah mengkhianatinya dan meninggalkan cintanya begitu saja.

Namun meski mendapat berbagai musibah yang begitu menyakitkan, sang pendekar tetap tegar menjalani hidupnya.

Di pundaknya terbebani tanggung jawab besar, yaitu memberantas angkara murka di dua negeri; di Negeri Mega Pancaraya (dunia kuno) dan di Mega Buanaraya (dunia modern) yang diciptakan oleh manusia-manusia durjana berhati iblis....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 24 BERDUA DI PERPUS Part. 2

"Lu mau ngomong apa, Nona? Apa lebih suka berpura-pura gitu, ketimbang nyampein maksud lu datang ke sini?"

Begitu ucapan Daffa itu terlontar, lamunan Arabella yang menikmati wajah tampan Daffa bak pangeran itu, seketika hancur berkeping-keping. Membuat gadis berambut kuncir itu langsung kaget dan salah tingkah.

Namun tak lama Arabella cepat-cepat memperbaiki keadaan perasaannya, posisi duduknya, mengatur napas yang tadi bagai tercekat, lalu bicara bernada tanya.

"Lu tau kalau gue datang? Lu tau kalau gue cuma pura-pura baca?"

Dua pertanyaan terlontar sekaligus, namun sayangnya itu cuma sekedar basa-basi saja. Mungkin sebagai pembicaraan awal biar tidak canggung saat berbincang pada pembicaraan inti.

Namun siapa yang tahu jika dengan kedua pertanyaan itu Arabella sedikit penasaran juga. Masalahnya, Daffa begitu fokus membaca, seolah tidak menghirau keadaan sekeliling.

Apalagi orang yang datang, atau apa yang orang lain lakukan.

Kalaulah kedatangannya diketahui oleh pemuda itu meski tanpa melihat wajar saja, karena ada terdengar suara tadi saat dia mengambil buku.

Tapi, Daffa tahu kalau dia hanya berpura-pura membaca. Terus, bagaimana pemuda itu bisa mengetahuinya sedangkan dia masih membaca?

Dan dari model pertanyaannya, sepertinya Daffa juga tahu kalau yang datang adalah Arabella yang memang punya tujuan menemuinya.

Sementara Daffa tidak lantas menjawab pertanyaan gadis itu. Perlahan dia angkat kepalanya, terus dia menatap wajah cantik di depannya, begitu lekat.

Secuil senyum lembut segera terbentuk di bibirnya, menambah pesona wajah tampannya yang teduh penuh ketenangan. Membuat Arabella jelas tersepona..., eh terpesona.

Senyum itu begitu indah dari seorang Daffa yang berpenampilan sederhana dan bersahaja. Bahkan sebagian orang menganggap Daffa adalah cowok culun.

Daffa tersenyum sedemikian rupa bukan tanpa alasan. Saat melihat wajah cantik Arabella cukup lama, dia jadi teringat dengan kekasihnya.

Wajah Arabella nyaris persis dengan wajah kekasihnya dulu. Bentuk wajah dan kecantikannya hampir tak bisa dibedakan, bagai pinang dibelah dua.

Hanya saja karakter kedua wanita itu berbeda. Kekasihnya yang dulu berperangai lemah lembut dan berpenampilan elegan.

Sedangkan Arabella, meski tidak bisa dikatakan lemah lembut, tapi dia bukan gadis berperangai kasar, angkuh dan urakan. Hanya saja penampilan gadis itu seperti gadis tomboy.

Sungguh dua karakter yang berbeda....

Jika teringat lagi kekasihnya yang dulu, sungguh Daffa amat bersedih hati. Hatinya berduka sekaligus terluka. Sehingga menetaskan kekecewaan yang berkepanjangan seakan tak berujung.

Tak berujung karena hingga saat ini dia masih merasakannya.

Sementara Arabella, ditatap Daffa begitu rupa, ditambah lagi mengulas senyum pesona, membuat gadis itu sedikit salah tingkah, sedikit gugup.

Entah kenapa diperlakukan oleh Daffa demikian dia jadi nervous. Kalau cowok lain yang berbuat begitu dia sudah menyentaknya.

Tapi kenapa pada Daffa jadi berbeda? Ada apakah dengan hati dan perasaannya?

★☆★☆

"Napa lu natap gue kayak gitu?" tegur Arabella setelah sukses memalingkan wajahnya kearah lain. Tapi rona merah di wajahnya tidak sukses dia sembunyikan.

"Pake senyum-senyum lagi," lanjutnya bernada bagai memberengut. "Emang lu sangka gue pisang pa?"

Tapi Arabella tidak tahu dan tidak meneliti bahwa di balik senyum pesona Daffa itu terselubung rasa sedih, duka, luka, dan kecewa.

"Ternyata lu cantik juga," sahut Daffa seperti asal jawab. Terus kembali berposisi sebagaimana layaknya orang membaca buku.

Tapi ucapan seperti memuji itu benar adanya.

Maksudnya, Daffa baru tersadar sekarang kalau Arabella ternyata berwajah cantik, dalam artian wajah itu hampir mirip dengan wajah kekasihnya dan kecantikannya sama, sehingga susah dibedakan.

Malam kejadian itu memang Daffa sempat melihat wajah Arabella cukup lama. Namun tidak sempat terbetik kalau wajah gadis tomboy itu nyaris persis dengan wajah kekasihnya.

Maklum saja malam itu suasananya cukup kacau dan kisruh. Jadi, Daffa tidak sempat berpikir apa-apa saat memandang wajah gadis itu.

Ditambah lagi dia memendam amarah sebenarnya terhadap gadis tomboy itu karena telah menghajarnya tanpa alasan jelas.

Jadi, mana, sempat dia memikirkan wajah kekasihnya pada, saat seperti itu?

Mendengar jawaban Daffa barusan, Arabella spontan kembali memandang pemuda itu dengan perasaan terkejut sekaligus tersipu.

Tapi buru-buru ditepis perasaannya yang sempat berdesir. Lalu berkata seolahnya bernada ketus bercampur sinis.

"Lu ngegombal juga ternyata. Atau... lu ngerayu gue nih?"

"Gue mana berani ngerayu cewek galak kayak lu," tanggap Daffa tanpa menoleh pada Arabella. "Bisa-bisa gue kena tonjok lagi."

Saat mendengar Daffa mengucapkan kalimat terakhirnya, Arabella langsung teringat malam kejadian itu, saat di mana dia menghajar Daffa dengan tanpa alasan berarti.

Mengingat kembali kejadian itu, membuat gadis itu bertambah menyesal dan semakin merasa bersalah.

"Sorry, gue malam itu...."

"Lu sebenar mau ngomong apa?" tanya Daffa bernada kalem, langsung memenggal ucapan penyesalan Arabella, masih tanpa menoleh padanya. Masih berposisi bagai fokus membaca.

"Lu ke sini nemuin gue punya maksud 'kan?"

Arabella tidak lantas menjawab pertanyaan itu. Dia yang masih memandang Daffa tetap terus menatap pemuda itu. Sembari berpikir, menerka-nerka maksud Daffa tersenyum begitu rupa tadi.

Arabella sedikit bisa mengetahui tentang karakter Daffa. Tentu tipe cowok seperti Daffa tidak sembrono mengobral senyum kepada cewek. Apa sembarangan pake merayu segala.

Kuat dugaannya, saat Daffa menatapnya cukup lama tadi, mungkin saja pemuda itu teringat akan cewek yang spesial di hatinya yang sama cantiknya dengan wajahnya.

Atau..., apakah cewek spesial itu sama dengan wajahnya?

Kenapa gadis itu bisa menduga begitu tepat?

"Lu teringat cewek lu ya yang cantiknya sama dengan gue?" usik Arabella sambil tersenyum menggoda.

Ucapan bernada tanya itu sukses membuat Daffa seketika tersentak kaget. Saking kagetnya dia langsung menoleh dan menatap Arabella dengan lekat.

Sorot matanya tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya yang bercampur rasa heran.

"Apa... wajah cewek lu sama dengan wajah gue sampe lu keingat segala?" ucap Arabella lagi yang seperti bernada menggoda sambil tersenyum.

Mendengar ucapan Arabella barusan, Daffa seketika langsung tersadar. Buru-buru rasa kagetnya dihempaskan. Dan kembali menormalkan keadaannya seperti semula.

Yaitu berposisi sebagaimana layaknya orang fokus membaca.

"Apa lu datang ke mari cuma ngebahas masalah sepele?" tanya Daffa seperti tidak menggubris ucapan Arabella, juga tanpa menoleh.

Lagi-lagi Arabella tidak lantas menanggapi pertanyaan Daffa itu. Dia berpikir, mungkin Daffa sepertinya tidak ingin curhat tentang masalah pribadinya.

Kemudian, setelah mempertimbangkan ini itu, akhirnya Arabella mengungkapkan juga tentang maksud kedatangannya menemui Daffa.

"Mmm..., gue datang ke mari nemuin lu nggak lain cuman pingin minta maaf ama lu... atas semua yang terjadi...."

"Harusnya sejak awal gue ama Rena," lanjut Arabella setelah berhenti beberapa detik, "nyadar kalau nggak bisa nyalahin lu pada kejadian malam itu...."

Arabella kembali berhenti beberapa detik seolah memberi luang bagi Daffa jika hendak menanggapi atau menanyakan sesuatu atas untaian kalimat yang dia ucapkan.

Akan tetapi nyatanya Daffa tetap sepi-sepi saja, sama sekali tidak atau belum menanggapi. Seolah memberi keluasan baginya untuk mengatakan apa yang dia mau katakan.

★☆★☆

Yaaah..., asal lu tau aja waktu itu kami emang benar-benar panik...," lanjut Arabella.

Kemudian gadis itu menuturkan apa yang terjadi malam itu pada Daffa, semuanya, tanpa ada yang disembunyikan.

Mulai dari dia merasakan keanehan pada jalan yang mereka lalui, terus mobil Renatha tiba-tiba mogok tanpa sebab. Sampai penuturan Arabella berakhir saat kejadian Renatha hampir ditabrak oleh Daffa.

Ketika Arabella menceritakan tentang mereka bertemu dengan Pasukan Siluman Topeng Merah, lalu bertemu dengan gadis bidadari baju biru yang menyelamatkan mereka, Daffa menatap gadis itu saat bercerita, hingga gadis itu selesai.

Saat Arabella menceritakan tentang kejadian-kejadian tersebut, Daffa tampak seperti memikirkan sesuatu.

"Waktu itu kami nggak ngerti sedang berada di mana," pungkas Arabella di ujung ceritanya, "tapi... tiba-tiba saja keadaan menjadi ramai oleh kendaraan bermotor."

"Apesnya lagi, Rena nggak nyadar kalau dia malah berdiri di tengah jalan, yang akhirnya dia hampir ketabrak ama lu. Hingga akhirnya terjadilah apa yang lu udah nyaksiin...."

"Sekali lagi gue minta maaaafff... banget, secara... waktu itu gue sempat ngehajar lu. Maaf ya, Daff, maaaf... banget."

"Udahlah, lupakan aja kejadian itu," kata Rizal bernada bijak tapi dengan mode santai. "Udah berlalu juga kok. Lagian gue nggak papa."

"Be... benar, Daff?!" seketika Arabella terbayang lagi saat menghajar Daffa yang jelas itu pasti sakit, bahkan hidungnya berdarah. "Lu benar-benar nggak papa? Lu ngomong aja, nggak usah bo'ong deh...!"

Saat ini perasaan Arabella benar-benar diliputi rasa bersalah karena terus terbayang saat dia menghajar Daffa. Tapi Daffa terus menenangkan gadis itu kalau dia tidak apa-apa. Arabella tidak perlu khawatir yang berlebihan begitu.

Setelah melihat Arabella sudah tenang, Rizal lalu menuturkan kalau dia waktu itu benar-benar tidak tahu tentang situasi yang terjadi pada saat itu.

Malah dia berterus terang jika dia juga terkejut tiba-tiba Renatha berada di jalur lintasan motornya.

Untung saja Arabella cepat menyelamatkan Renatha. Jadi dia tidak sampai menabrak gadis feminim itu.

"Kayaknya ini cuman salah paham doang," kata Daffa selanjutnya bernada bijak. "Mungkin teman lu saat ini masih panik hingga dia nyalahin gue. Tapi gue nggak papa, tenang aja."

"Benar, Daff, lu nggak papa?" tanya Arabella bagai memaksa Daffa berterus terang. "Secara... Rena udah keterlaluan banget ama lu. Maafin teman gue ya, Daff."

"Santai aja, gue nggak papa kok," kata Daffa terus menyakinkan.

"Adapun teman lu itu, asal dia nggak keliwat batas aja," kata Daffa meski tenang dan santai, namun terselip kekesalan dalam nada bicaranya, "gue masih bisa bersabar. Tapi jika dia bertindak udah keterlaluan banget, sorry, kayaknya gue nggak bisa tinggal diam...."

Daffa berkata demikian dengan mimik santai dan tenang, namun Arabella cukup dibuat terkejut juga dengan ucapan tersebut.

Ucapan Daffa barusan kenapa Arabella merasakan seperti mengandung suatu ancaman?

Tapi gadis tomboy itu tidak mau berpikir yang macam-macam dulu. Dia berdoa semoga semuanya akan baik-baik saja.

Renatha tidak melakukan tindakan yang di luar batas kewajaran, meski perbuatan Renatha tadi yang menghina Daffa sudah tidak wajar. Sehingga Daffa tidak meneruskan ancamannya seperti yang dia duga.

Memikirkan tentang ancaman Daffa tersebut, Arabella semakin merasa aneh tentang siapa adanya Daffa ini. Keadaannya tampak biasa, bagai orang yang tidak memiliki apa-apa selain kelemahan, bahkan terkesan culun.

Kalau sampai pemuda itu mengucapkan sesuatu seperti ancaman itu, bukankah hal itu menjadi sesuatu yang aneh?

Ataukah, sebenarnya Daffa ini hanya kelihatan lemah di luarannya saja? Tapi di dalam dirinya tersembunyi kekuatan dan kehebatan yang amat dahsyat?

★☆★☆★

1
juju Banar
lanjut
Adhie: lanjuuut...
total 1 replies
anggita
chapternya sdh banyak tpi yg mampir baca masih sdikit. klo mau promo novel bisa ke tempat kami. bebas👌
Adhie: makasih kaka...
total 1 replies
anggita
oke thor, terus berkarya tulis, semoga novel ini lancar jaya.
Adhie: terima kasih dukunggannya...
total 1 replies
anggita
wow... naga merah, kuning.
Adhie: hehehe...
total 1 replies
anggita
like👍 dukungan utk fantasi timur lokal.
anggita
gang.. red blue girl 8🙄
anggita
hadiah tonton iklan☝
anggita
tiap chapter cukup panjang 👌
Adhie: itu gaya saya dalam menulis novel kaka... biar agak puas bacanya dalam satu chapter
total 1 replies
anggita
pangeran pandu wiranata..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!