NovelToon NovelToon
The Secret Of Fernshine Lighthouse

The Secret Of Fernshine Lighthouse

Status: tamat
Genre:Teen / Tamat / Keluarga / Persahabatan / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Floricia Li

Cosetta Elwood tak pernah tahu rasanya memiliki tetangga seumur hidupnya. Ia bersama keluarganya tinggal di kompleks mercusuar di tepi pantai hutan Fernglove yang jauh dari pemukiman penduduk. Suatu hari, sebuah perahu datang terombang-ambing dari laut, yang membawa seorang anak laki-laki bernama Cairo Argoyle.

Awalnya, Cosetta merasa skeptis dengan anak laki-laki yang lusuh dan bau itu. Cairo mengaku bahwa ia tak ingat tentang masa lalunya. Namun, lambat laun Cairo menjadi teman baru yang menyenangkan baginya.

Hanya saja, kenapa ya, kadang-kadang seperti ada yang aneh dari diri bocah laki-laki itu? Semoga saja, sih, apa yang ia takutkan tidak terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Floricia Li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perjanjian

Ayah benar-benar serius dengan ucapannya. Meskipun dua hari ini ia sesibuk lebah pekerja, tetapi malam harinya ia selalu menyempatkan diri mengajari Cairo. Cosetta mengetahuinya dari dinding ruang tamu yang memang berbatasan langsung dengan mercusuar.

“Ya. Itu ‘A.’ Coba kamu baca ini.”

“Um ... S?”

“Kamu yakin? Coba kamu pikirkan lagi.”

Hening sejenak. “S.”

“Ini ‘K.’ Lihat, huruf ini punya dua ranting yang menancap pada satu ranting. Huruf ‘S’ seperti ular. Ingat saja suara ular, sssss.”

Cosetta tak tahu pelajaran itu berakhir sampai jam berapa. Tetapi ia yakin berlangsungnya lama sekali. Dilihat dari wajah Mr. Elwood yang paginya selalu terlihat kelelahan. Kantung matanya lebih besar dan pipinya kendur.

Oleh karena itu, saat pulang dari sekolah, ia langsung menuju mercusuar. Ia mengetuk pintu kantor ayahnya. Ketika ia diizinkan masuk, ia pun membuka pintu.

“Oh, Cosy. Ada apa, Sayang?” tanyanya, sembari mengangkat kepala dari buku catatannya.

“Aku ... aku akan mengajari Cairo,” katanya.

“Benarkah? Kamu sudah tak menginginkan menginap di Aetherwind lagi?”

“Tentu saja masih! Tapi kalau ayah tidak memperbolehkanku ikut saat teman-temanku di sekolah diperbolehkan, apa boleh buat.”

Mr. Elwood membuang napas. “Bukannya aku tak mengizinkanmu. Tentunya aku senang kamu mau belajar sesuatu yang baru. Tetapi, mungkin saat kamu sudah besar, saat kamu sudah SMA, misalnya. Ayah rasa, tahun ini masih belum tepat.”

“Tidak apa-apa, kok. Aku sudah menyerah. Aku tidak jadi ikut acaranya,” ucap Cosetta lugas. Emosinya menghujam di akhir kalimat. Ia memang sudah memutuskan untuk tak jadi ikut. Tetapi membahasnya lagi membuatnya merasa sangat kesal.

Mr. Elwood diam sejenak, menimbang-nimbang. Sebelum Cosetta berbalik dan mengucapkan kalimat, ‘Ya sudah kalau ayah tak ingin aku mengajari Cairo,’ ia menutup bukunya. “Kamu masih kesal denganku, ya? Ya sudah. Apakah aku boleh melihat tulisanmu dulu sebelum aku memutuskannya?”

“Boleh. Ah, benarkah? Terima kasih, Ayah! Aku akan segera mengambilnya!” seru Cosetta seraya berlari menuruni tangga mercusuar. Ia memasuki rumahnya dan mengambil amplop yang telah ia letakkan dalam lacinya. Rambutnya menari-nari ketika gadis itu berlari sepanjang jalan. Tak lama kemudian, ia sudah sampai di ruang kerja Mr. Elwood lagi.

Mr. Elwood meraih amplop itu. Cosetta duduk di kursi yang tersedia. Kakinya bergoyang-goyang dan bibirnya menampilkan senyum tipis. Mata birunya menikmati pemandangan laut yang luas sembari menunggu keputusan Mr. Elwood.

“Boleh. Kamu bisa mengirimnya. Oh, atau ayah yang akan kirimkan? Nanti ayah akan pergi menemui Mr. Chadwick. Ayah bisa mampir ke kantor pos,” kata Mr. Elwood.

Senyum Cosetta mengembang lebih lebar. “Terima kasih, Ayah! Tapi, Ayah akan benar-benar mengirimkannya, kan?”

“Memangnya menurutmu aku akan berbohong?”

“Hmmm. Aku ‘kan harus memastikan.”

“Baiklah. Nanti aku akan memberikan notanya untuk putriku. Sekarang kamu sudah senang? Jauh lebih cantik daripada hari kemarin yang sangat kusam. Nah, sekarang, kamu bisa mengambil alih mengajari Cairo sekarang,” kata Mr. Elwood.

“Apakah Ayah berencana untuk membiarkan Cairo tinggal di sini selamanya?” tanya Cosetta.

Mr. Elwood menggosok hidungnya. “Ingatannya belum pulih. Lagipula dia sendiri yang tak mau kembali ke kota asalnya. Ia juga tak punya orang tua. Biar saja dia di sini. Aku senang ada yang membantuku bekerja.”

“Bagaimana pendapat Mr. Redvers soal ini?”

“Katanya aku boleh membiarkannya tetap tinggal di sini. Tapi aku harus mengajaknya ke kantor pencatatan sipil. Tak masalah. Kalau para anak sekolah itu sudah selesai berkemah di sini, aku akan membawanya,” kata Mr. Elwood. Ia meraih setumpuk buku di samping meja kerjanya dan menyerahkannya pada Cosetta. “Ini buku untuk Cairo. Ajari dia dengan baik ya. Hahaha. Kukira waktu itu dia membawa setumpuk koran ke kamarnya dia bisa membaca. Rupanya tidak. Dia sangat menghibur.”

Cosetta membawa setumpuk buku itu menuruni tangga mercusuar. Ia menggeleng-gelengkan kepala. Sudah menjadi rahasia umum kalau para ayah menyukai anak laki-laki. Apakah Mr. Redvers ingin menganggap Cairo sebagai anak laki-lakinya?

Cosetta mengenyahkan hal itu dari pikirannya. Ia meletakkan buku-bukunya di meja di lantai dasar mercusuar lalu pergi ke luar. Angin yang kencang membuat rambutnya menari-nari.

Cosetta belum terlalu banyak berinteraksi dengan Cairo untuk tahu kebiasaannya. Untungnya, ketika ia menyusuri dinding mercusuar yang bundar, matanya langsung menangkap sosok Cairo yang sedang memancing di atas bebatuan.

Wajah Cosetta memucat. Pasalnya, bebatuan yang dipijaki oleh Cairo amat terjal dan bentuknya tak beraturan. Letaknya jauh lebih rendah daripada dataran tempat mercusuar itu berdiri. Ketika malam hari tiba, sebagian batu itu akan terendam oleh air.

Ia menimbang-nimbang apa yang harus ia lakukan. Tetapi Cairo melihatnya, dan tersenyum lebar memamerkan gigi-giginya. “Hei, kamu di sini. Lihat sini, kutunjukkan sesuatu.”

“Tidak mau. Kelihatannya berbahaya.”

“Oh, benarkah? Lihat! Aku menari saja tidak apa-apa!”

Jantung Cosetta seakan mau lepas melihat atraksi tarian Cairo. Hanya terdiri dari gerakan kaki selama empat langkah, tetapi membuatnya amat kesal. “Jangan bercanda! Kalau sesuatu yang buruk terjadi, aku dan keluargaku tidak akan tenang tinggal di sini lagi.”

Cairo tertawa. Ia membawa kail dan embernya memanjat bebatuan. Ia melompat begitu mencapai tanah. Ia menunjukkan embernya. “Banyak sekali ikan di sini. Kata Mr. Elwood aku bisa menjualnya ke toko Mr. Sawyer di desa.”

“Aah, boleh juga,” komentar Cosetta. Ia melihat wajah Cairo yang segar terkena air pantai. Rambutnya tersapu ke belakang. Kulit wajahnya telah berkali-kali lipat jauh lebih baik daripada ketika awal ia datang. Pemuda itu jelas menikmati kehidupan barunya di mercusuar. Ringisan tawanya bahkan memancarkan aura kesenangan yang murni.

Cosetta menahan lidahnya untuk berkomentar mengenai hal itu. Cairo telah melalui hal-hal sulit dalam hidupnya sampai tak mau kembali ke tanah kelahirannya. Cosetta tak membayangkan akan seperti apa hidupnya ketika orang tuanya tiada.

“Aku akan mengantarkannya sekarang. Hahaha. Ah, aku juga belum bertemu dengan banyak dengan orang-orang di desa. Ayo kembali ke rumah. Malam nanti, aku ada urusan dengan ayahmu,” kata Cairo. Nada yang semangat itu berangsur-angsur melesu mencapai akhir.

Mendengar perkataan Cairo, Cosetta jadi ingat apa yang ingin ia katakan mulanya. “Sekarang kamu tidak perlu belajar dengan ayah. Aku akan mengajarimu.”

“Oh.”

Cosetta tersenyum. “Sayangnya, malam nanti aku ingin mengerjakan tugas sekolahku. Jadi, ayo kita belajar sekarang. Kamu bisa membersihkan ikannya dan mendinginkannya di dalam kulkas, lalu besok kamu bisa membawanya ke toko Mr. Sawyer.”

“Be-belajar sekarang? Kasihilah aku, Miss Elwood,” ucap Cairo dengan ekspresi lesu. “Bagaimana kalau aku membersihkan ikannya secepat kilat lalu menjualnya dan kembali ke sini lalu kita bisa belajar?”

“Astaga, itu tak mungkin. Sekarang sudah sore hari. Aku juga tak mau meminjamkan sepedaku.”

Cosetta yakin ia melihat mata Cairo berkilat. Ia menyeringai kecil menampilkan taringnya. “Tidak perlu, Miss Elwood. Ayahmu sudah membelikanku sepeda untukku.”

Mata Cosetta melebar. Ayahnya yang super hemat itu membelikan sepeda baru untuk Cairo? Benar-benar tak disangka-sangka.

1
ᏋℓƑ⃝⛁̸᮫☤𝙰υяαᘛ⁠⁐̤⁠ᕐ⁠ᐷẸˢ𝐭
ya Tuhan, sopo kelinci 🐰😭🤣🤣
ᏋℓƑ⃝⛁̸᮫☤𝙰υяαᘛ⁠⁐̤⁠ᕐ⁠ᐷẸˢ𝐭: kasian kelincinya 😔
Floricia Li: enak kan sop kelinci? 😂
total 3 replies
Alexander
Suka dengan gaya penulisnya
Maria Fernanda Gutierrez Zafra
Gak pernah kepikiran plot twist-nya seunik ini! 🤯
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!