(BUKAN) CINTA PERTAMA

Revenge of the Mummy adalah salah satu wahana yang memacu adrenalin di USS. Dimana didalamnya pengunjung akan diajak menaiki roller coaster, pengalaman audio visual serta rumah hantu dalam satu waktu.

Naina tidak menaruh curiga sedikitpun karena ia berfikir jika wahana ini akan sama seperti transformers sebelumnya. Ia dan Dira terlihat paling bersemangat. Karena memang hanya mereka berdua yang belum pernah berkunjung kesini sebelumnya.

Bukan karena keluarga mereka tidak mampu. Akan tetapi keluarga Naina yang lebih menyukai kegiatan sosial untuk mengisi waktu luang liburan. Sedangkan keluarga Dira lebih menyukai seni.

"Ihh... Kayanya seru deh! Gue udah nggak sabar nih. Seseru wahana sebelumnya nggak ya?" Naina terlihat melompatkan kakinya kecil saat menunggu giliran mereka untuk naik ke kereta.

"Nay? lo yakin beneran mau naik? Gue nggak tanggung jawab ya kalau lo sampai kenapa-napa." Anin meyakinkan sahabatnya yang paling penakut dengan kecepatan dan ketinggian.

"Iyaaa... Gue yakin! Lu sama Mas Nicho terlalu meremehkan keberanian gue", kata Naina cemberut sambil melirik laki-laki yang membuatnya sebal dan mati gaya beberapa menit lalu.

"Kan Mas Nicho cuma khawatir, baby. Mas Nicho nggak mau Naina kenapa-napa. Waktu Naik kereta di transformers tadi aja Naina takut." Nicho memegang bahu Naina sembari menjelaskan apa yang dipikirkannya.

"Ya itu kan tadi waktu pemanasan, Mas. Sekarang Naina udah panas. Double panas malah. Panas gara-gara bermain, terus juga panas gara-gara ada orang yang ngeselin", Sungut Naina dengan menekankan kata terakhir yang ia ucapkan. Sengaja menyindir Nicho yang ada didepannya.

"Baby udah dong ngambeknya. Mas Nicho minta maaf deh kalau salah. Maafin ya?" Nicho merayu Naina dengan mengajak Naina melakukan tos persahabatan mereka. Namun yang di ajak masih menyilangkan tangannya tanda menolak.

Naina diam sesaat. Sebetulnya ia sadar jika Nicho tidak salah apapun. Hanya saja Naina terlanjur malu karena tingkahnya sendiri. Ia hanya bisa pura-pura kesal untuk menaikkan lagi harga dirinya yang dirasanya sempat turun harga.

"Naina maafin. Tapi ada syaratnya!" Naina mulai menatap Nicho tapi masih dengan ekspresi kesalnya.

"Iyaa.. Kalau Mas Nicho bisa. Mas Nicho turutin."

Mendengar jawaban Nicho. Raut wajah yang tadi terlihat masam itu kini berubah menjadi manis lagi.

"Kan tadi Naina sempat tanya sama Nadine sama Anin. Katanya disini nanti kita naik rollercoaster, Mas." Naina menjeda perkataannya dan tersenyum iseng menatap Nicho yang mulai curiga dengan gelagatnya.

"Terus?" Tanya Nicho penasaran

"Hehe.... Terus.... Naina mau Mas Nicho menyenangkan hati Naina yang sempat Mas Nicho bikin kesal tadi." Naina sengaja memutar pembicaraan tanpa langsung to the point

"Iya.. caranya gimana?" Sedangkan Nicho yang menjadi calon korban malah semakin penasaran.

"Penasaran yaa? hayooo? Udan pengen banget nih nyenengin hati Naina. haha.. Caranya adalah... Nanti Mas Nicho teriak bilang "Naina.... You are So Beautifull". Berani nggak?" Naina menaikkan alisnya menantang Nicho dengan permainannya.

"Hahaha.. Kalau itu mah kecil, baby. Kan Mas Nicho bilang, kalau everything for you, baby" Nicho berkata pelan sambil mendekatkan wajahnya pada Naina.

Sedangkan Naina tidak bisa bergerak sedikitpun. Meskipun ia yakin jika Nicho tidak mungkin melakukan hal-hal yang kelewatan. Tapi tetap saja dengan jarak sedekat itu membuat jantungnya berdegup lebih cepat.

Sedangkan Nicho kembali menjauhkan kepalanya sembari menahan tawa melihat reaksi Naina yang diam mematung. Sebenarnya ingin sekali ia tertawa dan mengacak-acak rambut Naina karena gemas. Hanya saja ia yakin jika Naina akan kesal part 2 kalau sampai hal itu terjadi.

.

.

Setelah menunggu sekitar 20 menit. Akhirnya giliran mereka pun tiba. Mereka duduk dengan formasi yang tidak jauh berbeda. Hanya saja Dira duduk disebelah Naina. Sedangkan Anin duduk di barisan kedua bersama Nadine dan Lucas.

Beberapa saat kereta pun melaju dan memasuki ruangan yang gelap seperti rumah hantu. Hanya saja disini tenaga mereka dikuras dua kali lipat. Karena selain Mummy yang menakutkan, mereka juga menaiki rollercoaster yang begitu cepat.

"Aaaaakkkkkk.... Astaghfirullah......." Naina dan Dira mulai berteriak dalam waktu bersamaan.

"Papaaaaaa... Maamaaaaaa... Maafin Nainaaa.... Aaaaaaaaaaaaaaa". Naina takut jika jantungnya akan bermasalah. Spontan ia teringat kepada orang tuanya yang kerap menjadi korban keisengannya.

Naina memeluk erat Nicho yang ada di sampingnya. sedangkan tangan kirinya bergenggaman dengan tangan Dira yang juga ketakutan. Sementara Nicho hanya fokus pada keadaan Naina. Ia sampai tidak menikmati wahana ini.

.

.

"Alhamdulillah Yaa Allah", Ucap Naina mengatur nafas setelah mereka selesai dengan permainan itu.

"Naina nggak kenapa-napa kan? Mual nggak? apa kepalanya pusing?" Nicho memberikan botol minum kepada Naina. Sedangkan hal yang sama juga dilakukan oleh Lucas kepada Nadine dan Dira. Kalau Anin jangan ditanya. Ia memang paling berani soal hal ini. Baginya ini belum membuat adrenalin nya terpacu.

"Alhamdulillah. Naina okay, Mas. Walaupun kaya sempet berhenti sih tadi detak jantungnya". Naina mengingat lagi saat tiba-tiba kereta mereka ditarik mundur dengan cepat.

Saking fokus dengan permainan tadi. Naina baru sadar, jika Nicho tidak melakukan tantangan yang ia berikan.

"Ehh.. Mas Nicho Jangan tanya-tanya sama Naina dulu. Naina kan mau balik lagi ke mode ngambek. Soalnya Mas Nicho nggak berhasil melakukan tantangan Naina". Naina memberikan tatapan tajam dengan ekor matanya.

Sedangkan Nicho hanya berjalan tanpa menjawab sepatah kata pun. Tentunya sikapnya semakin membuat anak bungsu Papa Ali uring-uringan dan semakin kesal karena merasa terabaikan.

"Gimana? seru kan? mau lanjut yang lebih seru nggak?" Tanya Nadine pada rombongan

"Emang ada yang lebih seru lagi? Tanya Dira yang baru berhasil mengatur nafasnya

"Ada dong. Sekalian jadi permainan terakhir sebelum kita balik. Soalnya waktunya udah mepet" Nadine kembali menyalakan kameranya untuk membuat mini vlog di akunnya.

"gimana? berani nggak nih? itu tuh wahananya!" Anin menunjukkan rollercoaster yang sangat tinggi yang memang sudah terlihat saat mereka masuk tadi.

"Berani lah. Sekalian deh. Biar panasnya nggak setengah-setengah. Butuh pelampiasan nih" Naina berkata dengan sedikit lebih keras. Tangannya pun mengipas-ngipaskan ke wajahnya, menunjukkan jika ia memang sedang panas.

Sedangkan Nicho yang ada didepannya tersenyum lebar mendengar penuturan Naina yang sengaja tertuju kepadanya.

Tiga puluh menit menunggu. satu persatu dari mereka duduk menggantung di roller coaster trek "Cylon". Naina dan Nicho duduk dibarisan tengah. didepan kursi mereka ada Anin dan Dira. Sedangkan dibelakang mereka ada Lucas dan Nadine.

Naina sudah berdo'a dengan khusyu terlebih dahulu. Meskipun sebal, Tapi ia juga mengingatkan Nicho untuk ikut berdo'a. Nyali Naina tiba-tiba ciut. Tangannya sudah dingin dan Kakinya terasa kaku. Ia menyesal karena melampiaskan kekesalannya dengan cara yang sepertinya salah.

"Nay.. pegangan Mas Nicho ya. Bentar lagi akan mulai". Nicho sempat khawatir karena melihat Naina lebih cemas dari sebelumnya.

"Mas... Naina takut. Boleh nggak kalau Naina Baa....... Aaaaaaaaaaaaaaaaaa". Perkataan Naina terpotong karena Rollercoaster yang tiba-tiba melaju.

Tangan Naina mencengkram tangan Nicho kuat. Bahkan jarinya tanpa sengaja menancap di kulit Nicho. Pikirannya sudah kacau. Ia hanya bisa berteriak untuk melampiaskan ketakutannya.

"Maaaassssss..... Aaaaaaaa. Ja-jaa-jaantung Nainaaa... Aaaaaaaaaa". Jika ada yang sadar. Suara Naina lah yang teriak paling kencang dari semua barisan.

Naina menutup matanya dan berusaha untuk lebih tenang. Akhirnya ia bisa berhenti berteriak. Meskipun tetap ada rasa takut.

Mata Naina benar-benar terpejam saat mereka berada diatas titik paling tinggi. Sedangkan tiba-tiba ia mendengar suara yang amat ia kenali berteriak.

"Naina Elok Abdullah.... You are... !One and Only My favorite girl. I love you so much........ " Teriak Nicho lebih kencang daripada Billy saat memimpin upacara Hari Kemerdekaan di Lapangan kota.

Naina membuka matanya perlahan. Ia menatap Nicho yang ternyata juga menatapnya matanya dalam.

"I love you". Kali ini Nicho mengucapkan kata itu tanpa suara sedikitpun. Tapi ejaannya begitu jelas sehingga Naina tidak kesulitan mengartikannya.

"I Love you so much, Naina"

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻