11
Anggi Putri Nugroho, wanita cantik yang baru menyelesaikan pendidikan kedokterannya di usia 23 tahun. Memiliki kepercayaan diri tingkat tinggi membuat Dokter Anggi tanpa segan menerima tantangan dari kedua sahabatnya untuk menakhlukan seorang laki-laki asing yang mereka temui di club. Hingga akhirnya kisah rumit percintaannya 'pun dimulai.
Ig : Ratu_Jagad_02
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Mbak, carikan dress untuknya." ucap morgan pada pelayan boutique. Ya, tidak tanggung-tanggung, Morgan memang langsung membawa Anggi ke boutique.
"Baik Tuan. Mari Nona, silahkan."
Anggi langsung melangkah masuk, ia langsung memilih dress yang cocok dan langsung memakainya di ruang ganti. Begitu selesai, ia keluar dari ruang ganti dan menemui Morgan dengan wajah yang cemberut.
"Kenapa cemberut begitu? Kau sengaja ingin menggodaku?" ucap Morgan.
"Memang kau tergoda? Dasar lemah, begitu saja tergoda."
"Imanku memang lemah, makanya jangan pernah berani menggodaku, atau aku benar-benar akan menjadikanmu kuda-ku."
Anggi melotot mendengar ucapan Morgan. "Dasar mesum, otak gila! Hmpph!" Anggi berontak saat Morgan membekap mulutnya.
"Kau pikir ini kamar pribadi kita? Lihat! Kau dipandang seperti orang gila."
Morgan menunjuk beberapa orang yang memperhatikan mereka melalui ekor matanya. Saat Anggi menyadari itu, ia hanya mampu tersenyum kikuk sembari mengangguk sopan pada mereka. Setelah insiden memalukan itu ia langsung menarik Morgan pergi ke mobil.
"Hahaha kenapa wajahmu memerah begitu? Kau malu ya karena tadi jadi pusat perhatian?" ucap Morgan dengan tertawa. Wajah Anggi yang memerah benar-benar terlihat lucu di matanya.
"Haish! Diam atau aku cium!" ancam Anggi spontan.
"Cium? Baiklah, ini." tanpa tawar menawar, Morgan langsung memajukan tubuhnya dan menunjuk pipinya
"Hih, memang dasar laki-laki mesum!"
Bukannya mencium Morgan seperti ucapannya tadi, Anggi justru menarik rambut Morgan dengan keras untuk melampiaskan kekesalannya. Namun jika biasanya orang yang dijambak akan meringis atau bahkan menangis, maka berbeda dengan Morgan yang justru tertawa keras menerima amukan Anggi.
"Kenapa malah tertawa," kesal Anggi.
"Kau lucu. Baiklah, sepertinya aku cocok denganmu. Jadi, apa tawaranmu waktu itu masih berlaku?" tanya Morgan.
"Tawaran? Tawaran yang mana?"
"Tawaran untuk menjadi pacarmu. Apakah itu masih berlaku?"
"No, lowongan sudah ditutup."
"Aku tidak peduli, pokoknya aku mau menjadi pacarmu dan mulai sekarang kita pacaran secara resmi." Morgan meraih tangan kanan Anggi dan bersalaman.
"Hih! Pacar, pacar, aku sudah tidak tertarik. Jadi jangan pernah bermimpi untuk menjadi pacarku lagi!" Anggi menghempas tangan Morgan begitu saja.
"I dont care, Mama dan Papaku tahunya kau adalah kekasihku, orang tuamu 'pun tahunya kita pacaran. Jadi kau tidak mempunyai pilihan lain selain berpacaran denganku." Morgan langsung menyalakan mesin mobilnya dan melajukannya begitu saja. Hingga akhirnya mobil berhenti di depan sebuah restoran.
"Kenapa ke sini?" tanya Anggi.
"Kau hanya makan sedikit tadi. Ayo masuk, aku tidak mau pacarku jadi sakit nantinya hanya karena kurang makan." ucap Morgan santai.
Meski enggan, Anggi tetap mengikuti langkah Morgan untuk memasuki resto. Ia merengut sebal saat merasa dirinya terjebak dalam rencananya sendiri. Ya, rencana awalnya adalah membuat Morgan menjadi pacarnya dan menyelesaikan tantangan dari kedua sahabatnya, lalu kenapa kini keadaan justru berbalik? Ia terjebak dengan status pacaran bersama Morgan. Ahhh, Anggi benar-benar gila dengan keadaannya sekarang.
"Duduklah, baby." Morgan menarik kursi untuk Anggi duduki.
"Jangan memanggilku baby! Kau pikir aku sugar baby-mu." gerutu Anggi.
"Baiklah, kau tidak suka dipanggil baby, lalu aku harus memanggilmu apa? Ahhh ya, apa mungkin honey? bukankah saat aku datang ke rumahmu waktu itu kau memanggilku honey? Ya ya, jadi mulai sekarang aku akan memanggilmu honey."
"Hei, laki-laki mesum, dengarkan aku. Aku tidak mau menjadi pacarmu, ingat itu!"
"Aku tidak peduli, intinya mulai sekarang kau adalah pacarku. Titik!"
"Aku mohon jangan membuatku gila." rengek Anggi memohon.
"Tidak akan, Honey. Sudahlah, ayo kita makan."
Morgan memanggil pelayan resto dan memesan makanannya. Sedangkan Anggi, rasanya ia ingin sekali membunuh Morgan saat ini. Kemana larinya Morgan yang kemarin mengacuhkannya? Kenapa hari ini Morgan justru terlampau menjengkelkan. Oh Tuhan, bantulah Anggi cantik ini terbebas dari Morgan, jerit Anggi dalam hati.