Setelah pesta ulang tahunnya semalam, dia terbangun di atas ranjang kamar hotel tempatnya bekerja, dalam keadaan berantakan dan juga sendirian. Masih dalam keadaan bingung, dia menemukan bercak merah di bawah tubuhnya yang menempel di alas kasur. Menyadari bahwa dirinya telah ternoda tanpa tahu siapa pelakunya, diapun mulai menyelidiki diam-diam dan merahasiakan semuanya dari teman-temannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tersangka Dua
Suasana hati Ranti seharian ini kian memburuk. Semenjak keluar dari ruangan Arion hingga sekarang, tak sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Jika ada seseorang yang menghubunginya lewat ponsel atau telepon kantor, dia enggan menerimanya. Ketiga asistennya yang merasakan hal tak biasa pada bos mereka itu, mendadak kelimpungan menerima telepon di ruangan mereka.
Makan siang saja Ranti malas. Nina meski terkadang suka bergosip tetapi sangat perhatian kepada atasannya tersebut, sehingga dialah yang pergi keluar untuk membelikan kopi dan sandwich untuk Ranti.
Ketika Nina meletakkan makanan itu di depan Ranti pun tetap saja tak ada ucapan terima kasih yang terdengar, selain hanya anggukan kepala. Nina cukup mengerti, dan dengan segera memberitahukan kepada timnya agar tidak mengganggu Ranti untuk sementara waktu.
Tak terasa Jam pulang kerja untuk Nina dan lainnya telah tiba, mereka berpamitan pada Ranti dan langsung meninggalkan ruangan.
Di saat ruangan menjadi sunyi dan tenang, barulah Ranti mulai merasakan lega. Dia menyandarkan punggungnya, lalu meminum sisa kopi yang sudah dingin.
“Huft!”
Ranti masih sangat kesal kepada sikap Arion tadi, selain itu dia juga begitu kecewa terhadap Noah. Ingin sekali dia marah, tetapi kepada siapa harus dia lampiaskan?
Akhirnya dia hanya bisa mengusap wajah dengan kedua tangan. “Tenanglah, Ranti. Tunggu Kak Noah jujur dulu, mungkin aja dia juga lagi nyari waktu yang tepat buat bicarakan hal ini.”
Ranti berusaha berpikiran positif, di zaman sekarang ini, kegiatan tidur bersama dengan pasangan kekasih sudah dianggap sangat biasa. Bahkan di kota-kota besar seperti Jakarta, para gadis dan laki-laki muda secara terang-terangan menganut sistem ‘test drive’. Dimana mereka menganggap biasa kegiatan berhubungan intim sebelum menikah, dengan tujuan untuk bisa mengetahui apakah bagian tubuh dalam dari lawan main mereka itu sudah sesuai dengan tipe masing-masing. Jika sesuai maka mereka akan melanjutkan ke jenjang hubungan yang lebih serius.
Itu gila! Bagi Ranti pola pikir seperti itu memang sangat lah gila. Sebagai seorang yang terlahir dari keluarga biasa, kedua orang tua Ranti selalu mendidik dirinya agar menjadi wanita yang menghargai diri sendiri. Dan tidak melakukan hubungan bebas di luar nikah merupakan salah satu hal wajib dalam menghargai dirinya sendiri. Oleh sebab itu Ranti kini merasa telah sangat mengecewakan sang ibu yang menjadi orang tua satu-satunya.
Setelah menutup laptopnya, Ranti mulai menjalankan tugas akhirnya, yakni berkeliling ke area-area kitchen.
Kali ini dia bekerja dengan sangat serius, wajahnya juga selalu datar, membuat para karyawan dapur segan untuk bercanda dengannya.
Setelah menyelesaikan tugas dan juga absensi, Ranti menuju kamarnya. Di dalam sana dia seperti enggan untuk melakukan apa pun, hingga dirinya pun memilih untuk duduk dan berdiam diri di tepi ranjangnya.
Sejenak Ranti hanyut dalam lamunan. Pikirannya sungguh kacau, menyesal telah merayakan ulang tahun itu.
"Aku nggak bisa jalani masalah ini sendirian. Aku butuh solusi."
Tangan Ranti bergerak, meraih ponsel kemudian berniat untuk menelepon Tisya. "Apa aku ceritakan sama Tisya aja, ya?"
Namun, dengan segera dia membatalkan panggilan yang sudah terlanjur terhubung.
"Sial! Aku belum siap kalau orang lain sampai tahu." Ranti yang gelisah langsung melempar ponselnya pelan ke atas ranjang.
Jika Arion saja yang telah mengetahui kejadian itu langsung meremehkan dirinya, bagaimana dengan lainnya? Sungguh malu sekali, dan Ranti belum siap menghadapi mereka.
Tisya memang seorang gadis yang berpikiran terbuka, jika dia sampai tahu pun Ranti yakin temannya itu akan menganggap biasa saja. Sebab Tisya adalah keturunan campuran luar dan dalam negeri.
Namun Ranti menggelengkan kepalanya, memutuskan untuk tidak akan menceritakan kepada siapa pun. Setidaknya hingga dia benar-benar siap.
---
Ranti mengendarai mobilnya untuk pulang ke rumahnya. Malam itu jalanan masih sangat ramai oleh para pengendara, dan perjalanan pulang Ranti hingga ke rumah masih sangat jauh sekali.
Ketika berhenti di lampu merah, ponselnya berdering. Ranti yakin kalau itu pasti Tisya, dan tidak salah lagi.
"Halo, Sya," sapa Ranti sesaat setelah panggilan terhubung.
"Ran, kenapa tadi nelepon? Sorry, tadi aku lagi di kamar bos."
Bos yang Tisya maksud pastilah Arion, kakaknya. Ranti langsung terbayang pada wajah sombong lelaki itu.
"Nggak ada apa-apa, Sya. Aku kepencet doang," jawab Ranti, dengan nada sesantai mungkin.
"Ah masa sih? Nggak biasanya juga, kamu lagi dimana sekarang? Udah pulang?" Tisya mulai cerewet.
"Ini lagi di lampu merah."
"Lampu merah mana?"
Ranti mengerutkan alisnya, kenapa Tisya jadi kepo sekali? Namun, dia lekas menjawab, "Masih deket hotel."
Tiba-tiba suara Tisya terdengar lebih pelan dari sebelumnya, lebih seperti berbisik.
"Ran, boleh minta tolong nggak?"
Ranti menjadi penasaran, lalu bertanya, "Minta tolong apa, Sya?"
"Kamu pergi ke Taman Pahlawan, tolong cek Kak Rico sama siapa di sana?"
Apa?!
"Taman Pahlawan? Beda arah dong dari rumah aku," keluh Ranti.
"Ih, tapi ini urgent, Ranti. Please," rengek Tisya.
"Terus kalau aku ke sana aku harus apa?"
"Kamu parkir agak jauh, cukup awasin aja, bentar doang kok, dia lagi sama siapa. Soalnya tadi siang, Nita balik dari Surabaya, mereka pasti ketemuan." Nada bicara Tisya berubah.
Ranti menghela napas, kalau sudah begini mana bisa dia menolak.
"Ya udah, aku ke sana."
"Makasih ya, bestie!" Tisya buru-buru memutuskan panggilan mereka.
Di saat yang sama, lampu lalulintas sudah berubah hijau, dengan terpaksa Ranti membelokkan stir ke kiri menuju Taman Pahlawan, padahal arah rumahnya adalah lurus ke depan.
Berbicara tentang Nita, dia adalah mantan kekasih Rico, sejak mereka masih SMA hingga kuliah. Namun, hubungan keduanya harus putus karena Rico harus melanjutkan kuliah di jenjang Magister ke luar negeri. Nita yang posesif selalu ingin tahu kabar dari Rico setiap saat membuat lelaki itu lelah. Akhirnya setelah satu tahun menjalani long distance relationship, hubungan mereka benar-benar berakhir.
Namun setelah bertahun-tahun tidak bertemu, keduanya memutuskan untuk menjadi teman baik. Mungkin memang hanya teman baik saja, tetapi setiap kali Nita pulang ke Jakarta, mereka berdua menjadi cukup intens bertemu. Tisya, yang sejak lama menyukai Rico, selalu cemburu pada Nita. Bahkan dia juga sering kali mengutus sopir pribadinya untuk memata-matai dua orang tersebut di kala perjumpaan mereka, tak terkecuali Ranti juga yang ikut menjadi mata-mata Tisya.
"Sudah satu tahun suka sama Kak Rico, Tisya masih betah aja main kucing-kucingan begini. Padahal aku yakin Kak Rico nggak bakal nolak dia. Cewek dengan hidup sempurna kayak dia, pasti jadi idaman semua cowok."
"Ckckck."
Ranti bergumam di sepanjang jalannya, tak habis pikir dengan Tisya yang mampu memendam perasaan sampai waktu tahunan. Beruntung selama ini hanya Ranti saja yang tahu perihal rahasia tersebut, jika saja terdengar hingga ke telinga Anya pasti bakal terungkap. Rico tahu, Arion pun juga pasti akan tahu.
Namun, Ranti sudah pernah menanyakan persoalan ini kepada Tisya, dan jawabannya sampai membuat Ranti kehabisan kata-kata.
"Aku maunya Kak Rico yang usahain dan nembak aku duluan. Aku yakin dia juga suka sama aku, cuma dia masih harus kejar posisi CEO. Kamu tahu kan, Ran, kalau Kak Arion itu sudah ditunjuk jadi penerus bisnis orang tua aku. Jadi posisi Kak Arion di hotel nggak akan bisa lama, abis itu Kak Rico bakal gantiin dia. Baru deh Kak Rico berani ngadepin keluarga aku."
Sungguh, Ranti sangat menganggap bawa Tisya hanya halu saja kala itu. Dan sekarang dia jadi kasihan pada teman baiknya tersebut, sebab dia sudah dengar sendiri saat Arion sedang berbicara dengan ibunya di balkon malam kemarin, bahwa lelaki itu akan tetap bertahan di Hotel Phoenix sampai kapan pun.
Tak lama kemudian Ranti tiba juga di depan Taman Pahlawan, lalu menepikan mobilnya. Dia membuka kaca jendela mobil untuk mencoba mencari keberadaan Rico di dalam taman tersebut. Hari sudah gelap, tapi pencahayaan di taman cukup terang. Namun, Ranti tetap tak bisa melihat sosok Rico.
Dia lantas mengirim sebuah pesan singkat pada Tisya.
"Kamu yakin Kak Rico lagi ada disini?"
Dengan cepat Tisya membalas. "Yakin! Aku sudah pasang alat pelacak di bawah mobilnya. Sekarang posisi mobilnya diam di area taman. Coba deh kamu lihat di parkiran, ada mobil dia nggak?"
"Astaga." Ranti sampai geleng-geleng kepala mengetahui bahwa Tisya juga sampai memasang alat pelacak di mobil Rico.
"Aku harus nasihatin dia nanti," gumam Ranti.
Setelah itu Ranti memutuskan untuk turun saja dari mobilnya. Berjalan ke arah parkiran mobil dan benar saja, mobil sport milik Rico terparkir rapi di sana.
Ranti tak lantas mendekati mobil tersebut sebab takutnya ada Rico di dalamnya, atau sedang berada di sekitar mobilnya. Jika kedapatan sedang ada di sana, kira-kira Ranti mau buat alasan apa?
Untuk itu dia memutuskan untuk duduk saja di salah satu bangku taman.
"Ah sial, seharusnya jam segini aku udah sampai rumah," keluh Ranti seraya melihat jam tangannya.
Tiba-tiba terdengar suara tertawa dari seorang wanita tak jauh darinya, lebih tepatnya bersebelahan dengannya, hanya saja mereka terpisah oleh sebuah pohon hias.
Ranti menengokkan kepalanya ke arah suara, dan terkejut saat akhirnya dia menemukan Rico di sana. Ternyata suara wanita itu adalah milik Nita. Ranti mengenali wajah Nita melalui gambar foto yang sering Tisya perlihatkan di akun sosial media milik Nita.
"Tebakan Tisya memang nggak pernah salah."
Rico dan Nita tampak begitu akrab sekali, bahkan tak ada canggung antara keduanya. Mereka berbincang berbagai hal, hingga ke persoalan pribadi.
Yang dapat Ranti tangkap, sepertinya Nita sedang memaksa Rico agar mengakui sesuatu.
"Dua tahun lho kamu tinggal di luar negeri, masa masih perjaka aja, nggak mungkin lah Rico, jangan bercanda ah!"
Ranti mengernyit, pertanyaan yang aneh, pikirnya. Bukankah itu termasuk ranah pribadi yang tidak seharusnya dipertanyakan?
Namun, Rico sempat beberapa kali menolak menjawabnya. Akan tetapi dasarnya Nita yang memang posesif sehingga dia seperti harus tahu apa yang ingin dia ketahui, Rico pun tampak menyerah.
Di sebelah mereka, Ranti yang sejak tadi mengikuti arah pembicaraan jadi ikut merasakan tegang, sekaligus penasaran juga dengan jawaban Rico.
Hingga akhirnya jawaban Rico membuat jantung Ranti nyaris berhenti.
"Oke, oke aku ngaku, deh! Ini baru dua hari yang lalu, di hotel," ucap Rico.
"Gila! Sama siapa?" Tanya Nita penuh semangat.
"Ah, sama temen juga, dia mabuk, kayak maksa banget. Aku juga lagi panas, kan. Jadi ya udah."
Berikutnya yang terdengar hanyalah suara tawa Nita yang mengejek Rico.
Sedangkan Ranti, kini terdiam membeku dan kedua tangan meremas kuat ujung kemeja kerjanya.
"Dua hari yang lalu? Temen dia sendiri? Mabuk? Itu pasti aku!"
huh emang plot twist
jika sekeluarga demanding harta dan martabat
sampai harus merekrut semua Teman
😃😃 semangaat bang Arion semoga ranti cepet jinak
sampai kapan
/Determined/
semangat ranti
pasti ada Alasan dibalik semua itu,, hemm
mungkkn Arion Akan terus memintamu sebagai kekasih sungguhan
kenapa gak di iklanin aja di novel sebelah yg sudah banyak pengikutnya
Kan Makin seruu ni
sebentar lgi pasti tau siapa pelakunya
semangaat Ranti
alur cerita yg bagus
berarti pelakunya adalah Arion fix
berarti anak genderuwo/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Jadi bener Arion yg bermalam sama Ranti, pasti manusia kutub itu tersinggung sebab dikatai Gay,
makanya dia langsung membuktikan pada ranti klo dia bukan Gay/Joyful//Joyful/
gak bilang juga binging, semanga Ranti semoga segera hamil agar tau siapa pelakunya