NovelToon NovelToon
Salahkah Aku Mencintaimu?

Salahkah Aku Mencintaimu?

Status: tamat
Genre:Tamat / Anak Genius / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Suami amnesia
Popularitas:4.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: Mommy Ghina

Salahkah seorang istri mencintai suaminya? Walau pernikahannya karena perjodohan kedua orang tua mereka berdua. Tentu tidaklah salah!

Aurelia, gadis desa yang baru saja menyelesaikan sekolah tingkat atasnya, dia langsung jatuh cinta pada calon suaminya Dhafi Basim, pria dari desa yang sama tapi sudah lama pindah dan tinggal di Ibu Kota. Namun, apa yang terjadi setelah mereka menikah, lalu Dhafi memboyong Aurelia untuk tinggal di Jakarta?

"Ampun .. Mas Dhafi, maafkan aku ... ini sakit," teriak Aurelia kesakitan saat tali pinggang suaminya menghujami seluruh tubuhnya.

"Dasar istri kampungan!" maki Dhafi.

Cinta membuat orang buta, begitulah Aurelia wanita yang polos. Berulang kali menerima siksaan dari suami, namun dia tetap bertahan. Tapi sampai kapankah dia bertahan? apalagi suaminya juga berkhianat dengan sepupunya sendiri. Mungkinkah ada sosok pria yang lain menolong Aurelia? Ataukah Aurelia berjuang sendiri membuat suaminya membalas cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bersandiwara?

Ujung ekor Aurelia melirik Dhafi, ingin rasanya Aurelia menertawakan dirinya sendiri setelah melihat bagaimana posisi sekarang mereka duduk, Dhafi diapit oleh dua wanita yaitu Faiza dan Aurelia, sungguh wanita itu sangat muak. Sementara Dhafi terlihat santai di antara kedua istrinya tersebut. Pria itu kini menggenggam tangan istrinya seolah-olah menandakan hubungan mereka sangat harmonis, padahal jauh dari kata harmonis tersebut.

“Mohon maaf aku tidak ada di rumah dan tidak menyambut kedatangan Ibu, Bapak dan Kakek, kalau aku tahu akan datang ke rumah pasti ada di rumah,” ucap Aurelia.

Bu Hana mengernyitkan kening yang sudah berkerut itu. “Loh tadi pagi, Ibu sudah kasih kabar ke Dhafi kalau kami semua akan datang, dan kata Dhafi kamu lagi ke pasar,” sahut Bu Hana.

Genggaman tangan Dhafi yang sedari tadi ingin Aurelia tepis sekarang terasa amat erat menggenggam tangannya.

“Sepertinya Aurel lupa Bu, tadi pagi aku sudah sampaikan ... mungkin karena kesenangan ingin jalan-jalan sama ibu-ibu di sini jadi lupa yang aku bilang, bukan begitukan sayang,” ujar Dhafi sedikit melirikkan matanya dengan ujung ekornya yang agak menyipit.

Aurelia menaikkan salah satu sudut bibirnya, dan menahan rasa sakit genggaman tangan Dhafi. “Kamu pikir aku akan mengikuti sandiwaramu, Mas!” begitulah sirat mata Aurelia yang ingin dia sampaikan walau tidak terucapkan pada bibirnya. Wanita muda itu kembali menatap tamu yang mengelilingi mereka.

Aurelia mengulas senyum tipisnya. “Aku memang tidak dapat kabar dari Mas Dhafi Bu, ponselku ke tinggalkan di rumah dan sejak jam 6 pagi aku sudah berangkat kerja, aku tidak jalan-jalan sama ibu komplek tapi pergi bekerja,” jawab Aurelia tanpa kata dustanya.

Sontak saja Dhafi menolehkan wajahnya dan memutar bola mata kecewanya, hatinya pun mengeram, Aurelia tidak menoleh dan tetap tersenyum.

“Apa, kok kamu bekerja! Jadi Dhafi tadi itu berbohong barusan!” Bu Hana melebarkan netranya, sementara Bu Ida yang ingin mengeluarkan suaranya sudah keduluan sama besannya.

“Ya Bu, aku bekerja, dan kata Mas Dhafi itu memang bohong, Ibu bisa tanyakan dengan tetangga di sini,” jawab Aurelia dengan tenangnya, tidak peduli dengan tatapan tidak sukanya dari suaminya.

Bu Hana menarik napasnya dalam-dalam, lalu kembali menyesap teh hangatnya, setelah itu dia melayangkan pandangannya pada putra pertamanya itu.

“Aurel, kenapa kamu bekerja? Memangnya nafkah dari suamimu masih kurang?” tanya Bu Hana dengan tatapan menyelidiknya dan tak sengaja menatap wajah Faiza, serta posisi duduk ketiga orang yang ada di hadapannya kini, entah kenapa Bu Hana merasa ada yang mengganjal, apa karena kejadian masa lalu dengan suaminya hingga dia memiliki sensi yang begitu tinggi.

“Maaf Bu, bukan maksud aku berbohong. Ibu pasti tidak suka dengan seorang istri yang bekerja. Aurelia sudah minta izin padaku untuk bekerja karena bosan di rumah, karena aku juga lebih sering lembur dan tidak memiliki waktu banyak dengan Aurelia. Sedangkan masalah nafkah selalu aku berikan tiap bulan dan melebihi dari kebutuhannya, betulkan sayang,” tutur Dhafi penuh dengan kebohongan, dan mencari pembenaran dari Aurelia.

Bu Hana memang sudah kasih wejangan pada Dhafi untuk memenuhi kebutuhan Aurelia, dan meminta Aurelia berbakti pada suaminya serta mengurus anak, pure 100% menjadi ibu rumah tangga. Pemikiran Bu Hana jika suami sudah memenuhi kebutuhan istrinya maka sang istri cukup berada di rumah apalagi gaji Dhafi sudah dua digit.

Wanita muda itu menarik kedua sudut bibir, senyuman yang penuh maksud, bukanlah senyuman kebahagiaan yang terpancarkan atas kata-kata indah dari suaminya.

“Bu, bukankan sebagai wanita harus mandiri dalam segala hal, termasuk memiliki penghasilan sendiri. Tidak ada ruginya istri bekerja di luar rumah, apalagi jika suami tidak pernah memberikan nafkahnya! Memangnya dengan makan batu di luar sana akan kenyang? Sedangkan perut butuh makanan, tapi bagaimana kalau tidak ada uang untuk beli makanan, maka dari itu seorang istri harus bisa mencari uang, demi tidak kelaparan dan hidupnya tidak bergantung pada suami. Karena tidak selamanya suami akan berikan nafkah buat istrinya, siapa tahu aja gajiannya untuk wanita lain. Betulkan Bu?” imbuh Aurelia berusaha tenang, sedangkan Dhafi wajahnya sudah merah padam menahan dirinya yang merasa disindir oleh Aurelia di depan orangtuanya.

Demi apa Bu Hana dan Bu Ida dibuat tercengang dengan penuturan wanita yang sejak dulu tidak banyak berbicara, tiba-tiba saja bisa berkata panjang. Bu Hana

Beginilah kenapa seseorang harus keluar dari rumahnya, untuk bersilaturahmi atau memiliki kegiatan positif, agar lebih banyak hal yang bisa dilihatnya, dan banyak hal yang bisa dia rasakan hingga mindset dalam hidupnya terbuka dengan wawasan yang dia miliki.

Bu Hana agak sedikit mencurigai kata nafkah dan wanita lain, sedangkan Bu Ida menatap dalam wajah putrinya yang agak berbeda tidak secerah saat putrinya awal menikah, tapi Bu Ida tidak bisa merabanya karena apanya.

“Aduh kenapa jadi tegang begini ya, berhubung baru pulang kerja ... aku permisi ke kamar buat ganti baju dulu,” kata Aurelia, kali ini nada bicaranya sangat santai, dan memecahkan keheningan itu.

“Aku sudah siapkan baju gantimu di atas ranjang kita sayang,” timbal Dhafi saat melihat Aurelia ingin beranjak dari duduknya. Wanita itu tak jadi bangkit, kemudian menoleh ke samping mencari maksud dari kata Dhafi.

“Di kamar kita, sayang, di atas,”  lanjut kata Dhafi mempertegas perkataannya. Faiza ikutan melirik netranya pada Aurelia, rasa cemburunya menggelayut di benaknya dengan rasa tak menentu, hatinya tidak terima jika malam ini Dhafi akan sekamar dengan Aurelia.

Wanita itu batinnya mendesah, dan ingin sekali dia mengulek bibir suaminya dengan sambel setan agar berhenti berbohong, bagaimana ceritanya bajunya sudah ada dikamar suaminya, benar-benar suaminya sudah mempersiapkan segala sesuatu halnya agar kelihatan rumah tangganya tidak bermasalah di hadapan kedua orang tua mereka berdua.

“Berhubung makan malam sudah tersedia, bagaimana kita makan malam dulu, Bu, Pak, kebetulan aku yang masak,” ajak Faiza dengan keramahannya memecahkan keheningan yang sempat terjadi dalam persekian menit.

Bu Hana dibuat terheran kembali. “Wah gak disangka kamu mau masak buat kita semua?”

“Sesekali Bu, kebetulan lagi menginap di sini, apalagi Aurelia juga tidak ada di rumah, daripada Mas Dhafi beli yang sudah jadi, sebaiknya aku yang masak bisa lebih hemat pengeluarannya,” jawab Faiza dengan senyuman semrigahnya.

Bu Hana ikutan tersenyum walau sedikit memaksa, kemudian kembali menatap anak dan menantunya.

“Aurelia, Ibu tahu kalau Faiza sepupu kamu, tapi jangan lama-lama menginap di rumah kalian berdua. Hari ini saja sudah perhatian sekali mau memasakkan buat kami semua, padahal dia tamukan yang tidak perlu repot-repot, dan kami tinggalkan mereka berduaan. Ingat walau saudara sendiri tetap dia seorang wanita yang bisa menjadi penggoda di rumah tangga kalian berdua,” imbuh Bu Hana, memberikan nasihat.

Wajah Faiza seketika itu juga pias, dan saat itu juga Dhafi menolehkan wajahnya dan menatap istri sirinya.

“Sebelum Ibu menasihati, semuanya sudah terjadi Bu, Mas Dhafi dan Faiza sudah berzina!” ingin sekali mulut Aurelia berkata seperti itu, namun detik ini hanya batinnyalah yang berkata.

 Bersambung ...

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1
Tri Yuli
Luar biasa
Tri Yuli
Lumayan
Nirmala
sudah terlambat mas dhafi..
Harita Ajun
Luar biasa
𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу​​​᭄
...
EsTefaYe
wow pak emran gercep
sakura
....
EsTefaYe
penyesalan memang selalu muncul diakhir kalau diawal namanya pendaftaran/Grin/
EsTefaYe
xi xi xi
EsTefaYe
s7
EsTefaYe
uuuh..co ganteng tp ringan tangan mending buang aj dr pd mati konyol
Sweet Girl
Dihapalin dulu aja Emran...
kasihan Aurelia, nanti banyak Maid yang semakin iri...
Sweet Girl
Ciiieee Auto pendengaran menurun....
Sweet Girl
Ciiieee Pak Emran kasmaran...
Sweet Girl
Mantu idaman ini Bu Ida...
Sweet Girl
Bejo Bu Ida...
Sweet Girl
Terima Rel... lebih baik dicintai dr pada mencintai dulu.
lambat Laun dg sering nya kebersamaan, bakal muncul benih benih cinta Rel...
Sweet Girl
Curhat ya Ma....
Sweet Girl
si tuan muda kok Ndak diajak sih...???
Sweet Girl
lanjut dong Tor....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!