Pria Buta Yang Genius

Jerit kesakitan masih terdengar jelas di kamar hotel milik David, dia terus berusaha untuk berdiri mencari card lock pintu kamar hotel yang dia letakkan di atas meja nakas, tapi setelah meraba raba keatas meja nakas, David tidak menemukan apapun. Dan tentu saja hal itu membuat David kembali merasa geram.

"Akhh.. Sial! Sebenarnya siapa kedua pria itu? Kenapa aku tidak bisa melihat wajah mereka. Aku yakin mereka bukanlah orang orang biasa, apakah mungkin mereka berdua adalah bodyguard yang melindungi Rebecca!" tuduh David menerka-nerka.

Setelah itu dia pun berjalan tertatih tatih menuju ke atas ranjang. Sungguh rasanya tongkat sakti milik David seperti terluka hebat, pukulan yang pria asing itu berikan benar-benar telah membuat tongkat sakti David menjadi loyo tidak bernyawa, dan tentu saja karena hal itu David menjadi ketakutan.

Jangan sampai, pria tampan seperti dirinya mengalami impoten akibat tongkat sakti yang terluka dan tidak mau bangkit kembali.

"Lihat ini tongkat sakti milikku, sudah tidak perkasa lagi dan menjadi loyo, aku rasa dia telah terluka akibat pukulan dari pria asing itu. Sekarang juga aku harus menelfon para anak buahku, agar aku dapat keluar dari kamar ini." ringis David menahan sakit dan langsung menghubungi nomor handphone kedua anak buahnya.

Sedangkan Kedua anak buah David, yang mendapatkan telfon dari bos mereka pun menjadi terkejut, mereka mengira jika bos mereka saat ini sedang memadu kasih bersama wanita cantik yang berhasil mereka culik.

Tapi ternyata semua rencana menjadi gagal total, lalu dengan cepat mereka berdua pun bergegas menyusul David yang terkurung di dalam kamar hotel miliknya sendiri.

"Kenapa lama sekali? Apa yang sebenarnya kalian berdua lakukan hah!" teriak David memukul kepala kedua anak buahnya.

"Maaf bos. Kami tadi sedang ngopi di warung bos."

"Apa! Dasar anak buah bodoh. Seharusnya tugas kalian itu menjaga saya di depan pintu kamar hotel, agar tidak ada orang yang bisa menerobos masuk, bukan malah enak enakan ngopi di warung!"

"Iya, tapi bukankah bos sendiri yang memerintahkan kami berdua untuk pergi dari hotel, karena bos ingin berduaan saja bersama nona Rebecca." jawab mereka membela diri sambil memasang tampang ketakutan.

Mendengar perkataan kedua anak buahnya, David pun menjadi terdiam. Benar yang diucapkan oleh mereka berdua, jika memang dirinyalah yang memerintahkan mereka untuk pergi menjauhi dirinya.

"Cih! Dasar anak buah bodoh! Seharusnya kalau aku memerintahkan kalian pergi menjauh, itu artinya kalian tetap berada di dekatku untuk melindungiku, bukan malah enak enakan duduk di warung kopi. Sekarang juga cepat telfon Dokter Markes. Aku tidak ingin jika tongkat sakti milikku menjadi loyo tidak bisa bangkit kembali." titah David dengan wajah menahan sakit.

Secepat kilat, salah satu anak buahnya pun langsung menghubungi Dokter Markes. Sedangkan anak buah yang satunya, diberi perintah untuk mencari jejak dari kedua pria yang telah menyerang dirinya.

***

Di lain kamar, saat ini Angga sudah menidurkan Rebecca keatas ranjang miliknya, dia langsung menutupi tubuh wanita itu menggunakan selimut tebal, agar ketika pak Tagor masuk nanti, pria tua itu tidak dapat melihat tubuh Rebecca yang sedang berbaring.

Nafas Angga terasa naik turun, rasanya benar benar lelah setelah bermain kejar kejaran sambil menggendong wanita itu di dalam pelukannya.

Angga yang duduk di kursi dekat ranjang pun langsung menyeka keringatnya yang keluar deras,setelah ini Angga berencana mandi, agar tubuhnya kembali segar bugar.

"Huh! Wanita ini sepertinya kebanyakan dosa, tubuhnya sangat berat. Pinggang dan punggungku terasa pegal sekali setelah menggendong tubuhnya." gerutu Angga sambil merenggangkan otot otot tangannya.

Hingga tak lama kemudian, terdengar suara pintu yang terbuka dari luar, menampilkan sesosok pria tua yang tak lain adalah Pak Tagor.

"Tuan!" sapa pak Tagor tersenyum manis.

"Pak, Akhirnya kau berhasil kabur dari pria bajingan itu. Lalu bagaimana dengan dirinya? Apakah dia berhasil melihat wajah kita?" tanya Angga menatap penasaran.

Pak Tagor kembali tersenyum melihat ekspresi wajah Angga yang tampak panik. Mungkin hal seperti ini adalah yang pertama kalinya untuk seorang Angga, tapi tidak untuk dirinya.

Karena di masa lalu, pak Tagor ternyata adalah seorang mantan detektif yang sudah pensiun dari pekerjaannya.

"Tenang Tuan. Semuanya aman terkendali, David Becam bahkan tidak bisa melihat wajah kita sedikitpun."

"Benarkah! Syukurlah kalau begitu, itu artinya kita masih mempunyai waktu untuk membongkar kejahatannya. Dan setelah semuanya terbongkar, barulah kita muncul di hadapan pria bajingan seperti dia." kelakar Angga penuh dengan rencana.

"Iya, itu adalah salah satu ide yang bagus Tuan Angga. Tapi jangan lupakan satu hal, jika saat ini Tuan Angga sudah terlibat dalam kehidupan nona Rebecca. Dan itu artinya dalam waktu dekat ini Tuan Angga akan segera beratatap muka kembali dengan David Becam maupun paman nona Rebecca yang bernama William Harley. Tuan harus segera mencari tahu siapa mereka sebenarnya. Dan Tuan harus bersandiwara lebih baik lagi agar identitas Tuan yang sebenarnya tidak terbongkar oleh mereka."

Deggghhh......

Mendengar pesan yang diucapkan pak Tagor, Angga pun menjadi terdiam membisu.

Memang benar jika dirinya telah terlibat oleh kehidupan wanita yang saat ini terbaring di atas ranjang miliknya.

Dan mau tak mau, Angga harus siap melawan mereka semua menggunakan otaknya yang genius dan juga cerdik, tapi jangan sampai mereka mencurigai kelebihan yang dia miliki, karena hal itu akan menjadi bomerang bagi dirinya sendiri.

Sambil terus berpikir Angga manggut manggut tersenyum menyeringai, mungkin inilah saatnya untuk dirinya mengetes apa yang dia miliki saat ini.

"Aku mengerti akan apa yang pak Tagor maksudkan. Mereka tidak boleh tahu jika aku mempunyai kemampuan di dunia Cyber dan juga teknologi. Sangat baik jika mereka hanya mengira aku adalah pria buta yang bodoh dan juga dungu, bukankah begitu pak Tagor?" tanya Angga kepada pak Tagor.

"Benar sekali Tuan. Mulai saat ini menyamarlah menjadi pria buta yang bodoh dan dungu, agar kita bisa mengetahui siasat yang akan mereka rencanakan."

"Wah! Kau benar benar hebat pak. Aku rasa kau adalah orang yang lebih genius dari pada aku." puji Angga tersenyum.

"Hahahaha! Tuan terlalu memuji saya, jika begitu saya pamit undur diri sekarang juga. Karena hari sudah semakin malam, Tuan selamat beristirahat. Semoga malam anda bisa tenang dan damai." sindir pak Tagor sambil melirik kearah Rebecca yang masih tertidur pulas.

Angga tidak dapat melihat lirikan itu, tapi dia mengerti akan sindiran yang diucapkan oleh Pak Tagor.

"Pak! Kau sedang menyindir ku ya?" tanya Angga menatap tajam.

Pak Tagor hanya tersenyum simpul, sambil melangkah pergi meninggalkan kamar hotel tersebut.