Memiliki saudara kembar nyatanya membuat Kinara tetap mendapat perlakuan berbeda. Kedua orang tuanya hanya memprioritaskan Kinanti, sang kakak saja. Menuruti semua keinginan Kinanti. Berbeda dengan dirinya yang harus menuruti keinginan kedua orang tuanya. Termasuk menikah dengan seorang pria kaya raya.
Kinara sangat membenci semua yang terjadi. Namun, rasa bakti terhadap kedua orang tuanya membuat Kinara tidak mampu membenci mereka.
Setelah pernikahan paksa itu terjadi. Hidup Kinara berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
"Arrrgggghhhhh!! Sial! Sial! Kenapa aku tidak bisa menghubungi Rico sama sekali!" Veronica melempar ponsel ke kasur. Meluapkan kekesalan. Sudah berkali-kali ia menghubungi Rico, tetapi tidak ada satu pun panggilan yang terhubung.
"Aku harus mencari tahu, kenapa sikap Rico sekarang sangat berbeda padaku. Aku yakin kalau dia menyembunyikan sesuatu."
Veronica mengambil tas miliknya. Lalu masuk mobil dan pergi menuju ke rumah Rico. Berkenal dan berteman baik membuat Veronica juga mengenal orang tua Rico. Apalagi Veronica pandai mengambil hati orang lain.
"Veronica ...." Ibu Ratmi menyambut wanita itu. Mereka saling berpelukan. "Lama sekali kamu tidak main ke sini," ujar Ibu Ratmi.
"Maaf, Tante. Belakangan ini aku sibuk. Oh iya, di mana Rico, Tante?" tanya Veronica celingukan. Walaupun tahu kalau Rico sudah memiliki rumah sendiri, tetapi ia berharap bisa bertemu dengan Rico di sini.
"Oh, Rico sedang berbulan madu."
Jawaban dari Ibu Ratmi seketika membuat Veronica terdiam seribu bahasa. Mendadak seperti orang linglung. Ibu Ratmi yang melihat itu justru tersenyum simpul sambil mengusap perlahan punggung wanita di depannya.
"Rico belum memberitahu kamu kalau dia sudah menikah?" tanya Ibu Ratmi. Veronica menggeleng cepat.
"Ah, memang kami belum mempublikasikan pernikahan Rico. Nanti jika waktunya sudah tepat, maka kamu akan mendapat undangan."
"Memang siapa wanita yang dinikahi oleh Rico, Tante?" Veronica benar-benar merasa penasaran. Wanita seperti apa yang sudah berhasil merebut Rico darinya.
"Nanti kamu akan tahu sendiri." Ibu Ratmi tidak ingin terlalu menceritakan tentang Kinara. Entah mengapa, ia merasa khawatir jika belum waktunya, akan ada beberapa masalah yang dihadapi mereka. Wanita paruh baya itu pun mengalihkan pembicaraan.
Setelah hampir satu jam berada di sana, Veronica berpamitan pulang. Membawa rasa cemburu, amarah dan geram yang bercampur menjadi satu. Ia sungguh tidak ikhlas Rico menikah. Tidak ada wanita mana pun yang boleh menikah dengan Rico. Hanya dirinya seorang.
Dengan gerakan kasar, Veronica mengambil ponsel dan menghubungi seseorang. Memintanya untuk mencari tahu siapa istri Rico. Ia harus mendapatkan informasi sedetail mungkin. Ia harus memberi peringatan kepada wanita itu. Walaupun statusnya sebagai istri sah, tetapi selama belum dipublikasikan maka ia masih bisa merebut Rico.
Itulah pemikiran picik Veronica.
****
Rico dan Kinara menikmati bulan madu mereka. Sikap lembut dan perhatian sang suami membuat Kinara merasa luluh dan bahagia. Tidak ada rasa takut. Trauma yang kemarin pun sudah perlahan menghilang. Rico benar-benar tahu bagaimana cara memanjakan wanita. Namun, tentu saja tidak semua wanita bisa dimanjakan seperti Kinara saat ini.
Lelaki itu tersenyum ketika melihat tingkah istrinya yang lebih terlihat seperti anak kecil. Apalagi saat makan ice cream. Bibir wanita itu belepotan coklat. Bukannya merasa risih, Rico justru mengusapnya dengan lembut. Membantu membersihkan sampai tidak ada setitik pun noda.
"Ara, aku mau bertanya satu hal padamu." Rico mulai berbicara serius. Membuat Kinara diam dan menatap lekat ke arah suaminya.
"Ada apa?"
"Aku tidak sengaja melihat ada bekas luka di perutmu. Kalau boleh tahu, itu bekas luka apa?" tanya Rico seperti orang yang penasaran.
"Oh, itu. Emmm ...."
"Ara, kita adalah suami istri. Sudah seharusnya tidak ada yang disembunyikan." Rico menangkup kedua pipi istrinya dan menatapnya dalam.
Kinara pun menghela napas panjang. "Dulu, saya pernah menyelamatkan seseorang. Tapi saya lupa-lupa ingat. Saya mohon, jangan membahas hal ini, Tuan. Saya tidak mau mengingat hal yang ingin saya lupakan."
"Kenapa? Kamu menyesal sudah menolong dia?" tanya Rico memastikan.
Kinara menggeleng cepat. "Tidak. Untuk apa saya menyesal? menolong seseorang itu bukanlah hal yang mesti disesali. Lagipula, saya tidak tahu di mana orang itu berada sekarang."
"Ara, jika kamu bertemu dengan orang itu lagi, apa yang akan kamu katakan padanya?"
"Em, apa ya? Entahlah. Kalau kami bisa saling berkenalan, mungkin kami akan berteman baik. Tapi sepertinya itu tidak mungkin."
"Kenapa tidak mungkin?" Rico terus saja mendesak.
"Ya tidak mungkin saja. Saya mau pulang, Tuan." Kinara tersentak kaget ketika Rico sudah menciumnya dengan cepat. Di depan banyak orang yang berlalu lalang. Dengan kesalnya, Kinara memukul lengan Rico.
Bukannya marah, Rico justru tergelak keras. "Jangan memanggilku tuan, Nona Muda. Panggil saja Mas Rico. Aku ini sekarang suami kamu bukan atasanmu."
"Emm ... baiklah. Ma-Mas Rico."
Lagi dan lagi, Rico mencium istrinya. Kali ini lebih lama sebelum akhirnya mereka berdua kembali ke hotel.
Hati Kinara merasa sangat bahagia. Ia berharap Rico akan memperlakukan dirinya sebaik ini. Sikap Rico yang kemarin-kemarin akan Kinara anggap sebagai perkenalan saja. Kini Rico telah baik padanya maka Kinara akan menjadikan Rico sebagai sandaran hidupnya setelah Danu tentunya.
Semoga saja hidupku akan lebih bahagia setelah ini. Batin Kinara penuh harap.
****
Kinara merasa sangat jenuh. Setelah sebulan sekali bersama Rico, kini ia harus kembali duduk bosan menunggu suaminya pulang dari kantor. Setiap hari kesibukannya hanya bermain ponsel, membaca buku, atau hal-hal yang hanya dilakukan di rumah.
Danu : Ara, aku mau mengajakmu makan siang.
Ada sebuah pesan masuk dari Danu. Membuat bibir Kinara tertarik cepat. Wanita itu begitu bahagia saat sang sahabat menghubunginya. Namun, senyuman itu hanya sesaat. Ia sangat ingin bertemu dengan Danu, tetapi rasanya khawatir Rico tidak akan memberi izin.
Apa salahnya mencoba. Kinara menghubungi Rico untuk meminta izin. Pada awalnya, Rico menolak. Tidak mengizinkan. Namun, Kinara terus memohon dan merayu suaminya.
"Baiklah. Biar Pak Yanto ikut denganmu."
"Oke!" Kinara mematikan panggilan itu. Lalu bersiap untuk pergi ke restoran tempat ia dan Danu janjian.
Kinara bukan mau bersikap centil atau menggoda pria lain. Danu adalah sahabat baiknya. Bagaimana juga, hubungannya sudah seperti kakak adik yang sangat akrab. Terlebih lagi, Rico sekarang sudah mengenal baik Danu.
"Nyonya, kita berangkat sekarang?" tanya Pak Yanto sopan. Kinara mengangguk lalu masuk mobil.
Setelahnya, mereka pun berangkat. Namun, belum juga keluar dari gerbang rumah. Pak Yanto tiba-tiba berhenti mendadak. Saat menatap ke depan, Kinara terkejut melihat Kinanti berdiri di depan mobil mereka. Dengan gegas Kinara turun dari mobil.
"Kakak ...." Kinara memanggil sambil memeluk saudaranya. Kinanti pun membalas pelukan itu.
"Ara, aku merindukanmu."
"Aku juga merindukan Kak Kinan."
"Kamu mau pergi?" tanya Kinanti.
"Ya, aku mau bertemu Danu. Tapi karena Kakak di sini, lebih baik kita masuk saja. Aku akan bilang pada Danu." Kinara hendak mengambil ponsel, tetapi ditahan oleh sang kakak. "Kenapa?"
"Ara, aku hanya sebentar saja. Kamu tidak perlu membatalkan pertemuanmu dengan Danu."
"Kakak, katakan ada apa?"
"Ara ... Kakak tahu selama ini banyak salah sama kamu. Bisakah kamu menolong kakak? Setelah ini, kakak tidak akan meminta bantuan padamu lagi. Kakak janji."
jangan² nanti minta anak kakaknya diurus oleh ara kalau iya otw bakar rumahnya
kinara masih bisa sabar dan berbaik hati jangan kalian ngelunjak dan memanfaatkan kebaikan kinara jika gk bertaubat takut nya bom waktu kinara meledak dan itu akan hancurkan kalian berkeping" 😏😂