Arnetha Julia Richardo adalah seorang putri tunggal dari pengusaha kaya. Hidupnya sempurna, ayahnya seorang pengusaha kaya dan ibunya adalah seorang kepala rumah sakit besar. Hidupnya tak ada kekurangan apapun baik materi ataupun kasih sayang.
Arnetha biasa dipanggil Arne oleh teman-temannya. Arne juga memiliki sahabat bernama Aini, mereka adalah teman sekelas yg cukup akrab. Disisi lain, Arne juga memiliki kekasih tampan dan populer bernama Boy. Mereka sudah berpacaran sejak bangku SMA.
Suatu hari, Boy memutuskan hubungannya dengan Arne dan malah melamar Aini. Bukan hanya itu pula, saat pulang ke rumah, ada Aini dan ibunya Marta yg ternyata adalah simpanan ayahnya. Sejak hari itu, Arne dan mamanya Jeny pergi dari rumah karena diusir oleh ayahnya Arne, Richardo.
Bukan hanya hati Arne yg terluka tapi juga keluarganya hancur karena ayahnya yg mengkhianati mereka. Bagaimana Arne melewati kehidupannya yg pilu?? Dapatkah Arne menemukan belahan jiwanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hunny24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.24 Mempermalukan diri sendiri
Setelah Anderson menengahi insiden tersebut, dirinya pun melaporkan Richard dan istrinya atas penganiayaan pada Arne serta pencemaran nama baik pada atasannya.
Dan untuk membuktikan faktanya, Aini pun diperiksa oleh dokter kandungan. Hasilnya pun membuat Richard dan Martha malu setengah mati. Bukan hanya sudah memfitnah Arne tapi juga membuka aib Aini yg hamil diluar pernikahan.
Sementara Arne pun hanya tersenyum, awalnya dirinya terkejut akan apa yg terjadi pada Aini hingga meminta Richard dan Martha bicara serius. Tapi yg mereka lakukan hanyalah memfitnahnya dan mempermalukannya.
Aini pun sadarkan diri dan terkejut sudah berada di rumah sakit. Dirinya pun gemetaran melihat raut wajah Richard yg nampak kesal menatapnya. Begitu juga Martha yg terlihat kesal pada sikapnya.
"Mama.. Papa.." ucap Aini.
"Aini.. apa ini yg kami ajarkan padamu?" tanya Richard.
"Sayang.. hentikan ini rumah sakit." ucap Martha.
"Papa.. mama maafkan aku.. " ucap Aini menangis agar keduanya tak memarahinya.
Plakkk..
Sebuah tamparan pun mendarat di pipi Aini. Dan Aini cukup terkejut karena Richard menamparnya. Begitu juga dengan Martha yg tak percaya pada apa yg dilihatnya.
"Apa yg kau lakukan pada putriku?" tanya Martha.
"Dia sudah mempermalukanku.. dan kau juga tadi menampar Arne putriku." balas Richard.
"Tapi Arne memang tidak menyukai Aini, aku pikir dia ingin mempermalukannya." ucap Martha.
"Kau itu selalu berpikiran buruk pada Arne.. lihat justru Aini yg membuat kita malu." ucap Richard.
"Mama.. papa.. maafkan aku.. aku salah dan khilaf." ucap Aini.
"Apa Boy ayahnya?" tanya Richard dan hanya dijawab dengan anggukan oleh Aini.
"Baj***an satu itu minta dihajar rupanya.." ucap Richard.
"Papa jangan.." ucap Aini menarik tangan Richard.
"Apa katamu? dia sudah membuat kita malu..kau masih melindunginya?" balas Richard emosi.
"Mama.. tolong jangan biarkan papa memukul Boy." ucap Aini pada Martha.
"Sayang.. kita bicarakan ini dirumah besok." ucap Martha.
"Ck.. kau urus Aini sampai dia pulang.. aku lelah." ucap Richard.
Richard pun keluar dari ruangan Aini dan dengan tampang emosi. Terlebih dirinya lagi dan lagi menyalahkan Arne atas hal ini. Bahkan Arne mendapat tamparan keras dari Martha.
Arne pun sedang berkeliling memeriksa pasien dan berpapasan dengan ayahnya. Arne hanya menyapanya lalu melanjutkan pekerjaannya.
"Arne bisa kita bicara?" tanya Richard.
"Lain kali saja, aku sibuk pa." balas Arne.
"Baiklah.. maaf untuk yang tadi." ucap Richard.
"Aku sudah terbiasa dijadikan kambing hitam atas ulah Aini." balas Arne lalu pergi meninggalkan Richard.
Richard pun merasa semakin bersalah dengan sikapnya pada Arne. Dan kian hari hubungan mereka kian merenggang. Ditambah lagi Arne sangat sibuk sebagai dokter residen, yg membuat Richard tak bisa bebas bertemu dengannya.
Dan Arne dirinya sangat kesal atas insiden kali ini. Bahkan dirinya senang mendengar prof Anderson membantunya dengan melaporkan tindakan hari ini yg dilakukan oleh Martha.
.
.
Keesokannya, Aini pun keluar dari rumah sakit bersama Martha. Arne pun hanya bisa lega melihat Aini keluar dari rumah sakit. Karena bertemu dengannya hanya akan menimbulkan masalah baru. Walau Arne cukup prihatin pada apa yg dialami oleh Aini. Disisi lain Arne juga beruntung karena ini menimpa pada Aini bukan padanya.
Arne pun membayangkan jika dirinya dan Boy masih bersama, mungkin hal yg terjadi pada Aini akan terjadi padanya juga. Arne pun menyadari rencana Tuhan, kalau segala sesuatu yg menurutnya buruk tak berarti selalu buruk pada realitanya.
Sementara itu laporan Anderson pun sudah diterima oleh Rafli dan baik Arne ataupun Anderson dipanggil ke ruangannya.
"Jadi insiden ini yg terjadi kemarin." ucap Rafli.
"Benar, beberapa waktu lalu wanita bernama Martha ini juga menolak saat Arne memeriksa kondisi putrinya yg pingsan, sampai meminta dokter baru." ucap Anderson.
"Benarkah itu Arne?" tanya Rafli.
"Benar tuan,." ucap Arne.
"Tunggu, bukankah dia ibu tirimu dan kalian keluarga.?" tanya Rafli.
"Sial darimana dia tahu?" gumam Arne dalam hati.
"Tapi dia sudah menghinaku berkali-kali dan mencoba menjatuhkan reputasi rumah sakit ini." ucap Arne.
"Sudahlah, kalian jangan dipikirkan terlalu dalam.. ini hanyalah masalah biasa." ucap Rafli.
"Masalah biasa? tapi Arne sampai ditampar dua kali." ucap Anderson kesal.
"Sudahlah, prof.Anderson setiap rumah sakit pasti sering bertemu hal seperti itu." ucap Rafli.
Dengan kecewa baik Anderson dan Arne pun keluar dari ruangan Rafli. Tapi tiba-tiba Arne ditahan untuk bicara empat mata dengan Rafli.
"Arne.. kau harus memaafkan ibu tirimu." ucap Rafli.
"Itu masalahku tuan, kuharap anda jangan ikut campur selain berhubungan dengan rumah sakit." balas Arne.
"Memang hubungan orangtua sambung selalu begitu.. kami akan bicara secara kekeluargaan agar reputasi rumah sakit tetap bagus." ucap Rafli.
"Aku mengerti." ucap Arne.
"Arne kau bisa bicara denganku lain kesempatan?" tanya Rafli.
"Untuk membahas apa tuan?" balas Arne curiga.
"Hanya sekedar konsultasi. Mungkin di Cafe atau resto kesukaanmu." ucap Rafli.
"Mungkin jika saya ada waktu tuan. Permisi." balas Arne lalu pergi.
"Ck.. sulit sekali bertemu dengannya." gumam Rafli.
.
.
Di depan pintu nampak Anderson menunggunya.
"Sstt.." ucap Anderson lalu mengajak Arne bicara ke tempat sepi.
"Ada apa prof?" tanya Arne.
"Apa dia mulai kurang ajar? atau mengajakmu bertemu diluar rumah sakit?" tanya Anderson.
"Bagaimana prof tahu?" tanya Arne terkejut.
"Sudah kubilang kan dia itu pria bre**k.." balas Anderason.
"Sepertinya benar dan aku harus hati-hati." ucap Arne.
"Kau bisa gunakan aku sebagai alasan untuk menghindarinya.. " ucap Anderson.
"Kenapa prof menawarkan diri?" tanya Arne curiga.
"Jangan berpikir macam-macam, aku sedang menyelidiki baj***an itu.. Jadi kau sebagai target baru dia harus bicara padaku jika dia mulai macam-macam." ucap Anderson.
"Prof jujur kau lebih cocok jadi detektif dengan sikap dingin dan kejammu ini." balas Arne.
"Ck.. aku begini karena tak ingin ada korban lagi." balas Anderson.
"Korban?" tanya Arne.
"Sudahlah lupakan, jika kau tak mau juga tak apa, kau yg rugi." balas Anderson.
"Baiklah prof.. aku mengerti." balas Arne.
Arne pun semakin hari semakin penasaran dengan ucapan Anderson. Mungkinkah tuan Rafli bersikap seburuk itu pada dokter atau perawat baru? Dan lagi Anderson menyebut korban lain, yg artinya ini sudah terjadi sejak lama.
Arne pun memberanikan diri bicara pada Kenzi dan rekan sesama dokter lainnya. Dirinya bicara soal ajakan Rafli padanya dengan polosnya agar bisa melihat respon mereka.
"Wah itu mencurigakan sekali.. kita harus hati-hati." ucap Kenzi.
Lalu seorang senior pun berceletuk. "Tindakan yg bijak Arne, kalian juga jangan terlalu percaya pada jabatan seseorang disini.. jika tak nyaman lebih baik keluar dan cari tempat kerja yg membuat kalian nyaman." ucap Cindy senior mereka.
"Kak Cindy, apa kakak tahu sesuatu?" tanya Arne.
"Lebih baik kalian diam dan berhati-hati, orang-orang diatas sangat waspada dan sensitif." balas Cindy berharap mereka semua paham.
Kenzi dan Arne pun saling pandang dan mengerti situasinya. Lalu Arne bercerita pada Anderson begitu juga dengan Nino.
kenapa gk sekalian ketiban bom
🤣🤣🤣
hehheeh laki2 didunia halu memang meresahkan