NovelToon NovelToon
Naugthy My Prince

Naugthy My Prince

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Bad Boy / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Penulismalam4

Prince play boy tingkat dewa yang sudah terkenal dengan ketampan nya, cukup dengan lirikan nya mampu membuat para kaum hawa menjerit histeris meminta Prince untuk menikahi mereka.

Suatu hari Prince mendapatkan tantangan untuk memacari siswi terjelek disekolah nya selama seminggu, namun jika ia menolak hukuman yang harus ia terima yaitu memutuskan semua pacar nya yang sudah tidak terhitung jumlah nya.
Prince mau tak mau menerima tantangan teman nya yaitu memacari adik kelas nya yang di cap siswi terjelek disekolah.

Berniat untuk mempermainkan adik kelas nya, Prince justru terjebak oleh permainan nya sendiri.

bagaimana kelanjutan nya, langsung cek sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penulismalam4, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tanpa Mahkota tetaplah seorang Ratu

Hari-hari berlalu dengan pelan… atau terlalu cepat, Margaret sendiri tidak yakin. Tapi tubuhnya tahu. Setiap pagi terasa lebih berat dari sebelumnya. Napasnya mulai pendek meski hanya duduk. Suara tawanya kini tak pernah penuh. Dan yang paling terasa… adalah rambutnya.

Awalnya hanya segenggam kecil yang tersangkut di sisir. Lalu menyisakan helai-helai panjang di atas bantal. Hingga suatu pagi, saat ia menyentuh kepala sendiri, jarinya tak lagi menemukan banyak.

Margaret menatap cermin kecil di meja samping ranjang. Ia membuka kupluk rajut abu-abu yang sering ia pakai belakangan ini. Rambutnya—yang dulu tebal dan hitam gelap—kini hanya tersisa tipis dan acak.

Ia mendesah pelan.

Tangannya menyentuh kulit kepalanya yang terasa dingin. Ia mengerjap. Tak ada air mata. Tapi ada nyeri yang tak bisa ditunjuk dengan jari.

Pintu kamar terbuka perlahan.

Prince masuk membawa bunga kecil dan sekotak puding kesukaan Margaret. Ia menghentikan langkah saat melihat Margaret menatap cermin dengan kepala terbuka.

Margaret buru-buru ingin menutupinya kembali, tapi Prince sudah melangkah cepat, memegang tangannya pelan.

“Jangan ditutup,” bisiknya.

Margaret menunduk. “Gue kelihatan... aneh.”

Prince mendekat, menangkup wajah Margaret dengan kedua tangan.

“Lo tetap cantik,” ujarnya tulus.

Margaret tersenyum pahit. “Kalo gue gak ada rambut, lo masih mau gandeng gue ke kantin?”

Prince mengangkat alis. “Kalo lo gak punya rambut pun, gue bakal nyukur rambut gue juga biar kita samaan.”

Margaret tertawa kecil, lalu menunduk lagi. “Lo kalo ngomong suka kayak di novel.”

Prince mendekatkan wajahnya, mengecup kening Margaret yang dingin.

“Karena hidup gue sekarang kayak novel. Dan lo tokoh utamanya.”

Margaret menghela napas panjang. Ia lelah. Tapi pelukan Prince selalu jadi tempat paling nyaman untuk jatuh. Ia menyandarkan tubuhnya, dan kali ini, sedikit bergetar.

“Kalau suatu hari nanti gue gak bisa bicara, lo masih mau dengerin suara gue lewat ingatan?” tanyanya pelan.

Prince memeluknya lebih erat. “Kalau suatu hari nanti lo gak bisa buka mata, gue bakal cerita semua kejadian dunia ke lo, tiap pagi. Kalau suatu hari lo gak bisa genggam tangan gue… lo bakal tetap gue genggam.”

Hening sesaat.

Di luar, matahari pagi menembus tirai, memantul di dinding putih kamar rumah sakit.

Dan di dalam pelukan itu, Margaret menutup matanya. Bukan menyerah… hanya butuh waktu. Karena tubuhnya semakin lemah, tapi hatinya masih mencoba bertahan—karena di dalam hatinya, masih ada ruang kecil yang dipenuhi harapan, bernama Prince.

Sudah malam saat Margaret tertidur dalam pelukan Prince. Nafasnya tenang, meski sedikit terputus-putus. Prince tetap di sisinya, menatap wajah itu dalam diam. Ia menyentuh helai rambut terakhir yang masih tersangkut di bantal, lalu memejamkan mata.

Ada rasa sesak yang tak bisa dituliskan. Bukan hanya karena rasa takut kehilangan, tapi karena melihat orang yang dicintainya perlahan kehilangan bagian dari dirinya sendiri… dan tetap tersenyum.

Beberapa jam kemudian, setelah memastikan Margaret tertidur pulas dan dipantau perawat, Prince keluar dari kamar dengan jaket hitamnya. Langkahnya cepat, tapi tak terburu-buru. Tujuannya jelas.

Keesokan Paginya

Margaret bangun lebih cepat dari biasanya. Ia merasa sedikit lebih ringan meski tubuhnya tetap lemas. Ketika ia membuka matanya, ruangan masih sama—putih, tenang, dan penuh aroma obat.

Namun satu hal berbeda.

Prince duduk di kursi seperti biasa, memandangi jendela dengan gelas kopi di tangan. Tapi kali ini… rambutnya hilang. Botak. Hanya menyisakan kulit kepala yang tampak bersih dan sedikit berkilau oleh sinar matahari pagi.

Margaret mengerjap, lalu mengangkat tubuhnya pelan.

“...Prince?”

Prince menoleh. Senyum itu langsung muncul, hangat seperti mentari di luar jendela.

“Pagi, Yang.”

Margaret menatapnya tak percaya. Mulutnya terbuka, tapi tak langsung bersuara.

“Lo... ngapain?” tanyanya pelan, setengah tergelak, setengah tersedak haru.

Prince bangkit, mendekat, duduk di pinggir ranjang. “Gue janji, kan? Kalau lo gak punya rambut, gue juga gak mau punya.”

Margaret menatapnya lama. Matanya mulai berkaca.

“Lo bodoh,” bisiknya, tangan menyentuh kepala Prince dengan lembut.

“Bodoh banget,” lanjutnya, kali ini dengan tawa yang bercampur air mata.

Prince hanya tertawa kecil, menggenggam tangan Margaret.

“Kalau lo merasa kehilangan mahkota lo, gue juga rela turun tahta. Karena lo tetap ratu gue. Dengan atau tanpa rambut.”

Air mata Margaret menetes. Tapi kali ini, bukan karena sakit. Bukan karena takut. Tapi karena cinta… yang terasa begitu nyata.

Mereka tertawa pelan, saling menatap. Di tengah semua ketidakpastian, satu hal menjadi jelas—bahwa cinta bisa berdiri paling kuat, bahkan saat tubuh mulai runtuh satu per satu.

Dan di momen itu, tanpa mahkota, Prince terlihat paling seperti pangeran.

__________________________________

Tawa pelan Margaret dan Prince masih menggema lembut di dalam kamar rumah sakit. Suasana di dalam terasa hangat meski udara dingin pagi belum sepenuhnya menghilang. Mereka berdua masih saling menatap, saling menguatkan tanpa kata-kata yang muluk. Hanya keberadaan. Hanya kehadiran. Itu cukup.

Namun di balik pintu kamar 305 yang tertutup rapat, seseorang berdiri.

Arkan.

Tubuhnya tegap seperti biasa, ransel hitam menggantung di punggung, tangan dimasukkan ke dalam saku jaket abu yang tak pernah berubah. Kepalanya sedikit menunduk, telinganya nyaris menempel di pintu. Namun langkahnya tidak maju, dan tubuhnya tidak mundur.

Ia diam.

Dari celah pintu, ia bisa mendengar suara Margaret—lembut, serak, penuh tawa. Ia juga mendengar suara Prince, yang kini terdengar lebih ringan, lebih hidup.

Tak ada ekspresi di wajah Arkan. Matanya kosong, tapi tajam. Pandangannya tidak sekadar memikirkan… tapi menilai, menimbang, dan menyimpan.

Beberapa kali suster lewat di koridor, tapi tak satu pun berani menegurnya. Aura dingin yang mengelilingi Arkan seperti menciptakan dinding tak terlihat—tak tersentuh, tak terganggu.

Ia tidak mengetuk.

Tidak juga melangkah pergi.

Dan tak ada yang tahu, apa sebenarnya yang ada dalam pikirannya. Apakah rasa penasaran? Rasa kehilangan? Atau sesuatu yang lebih dalam dan belum bisa dijelaskan dengan logika biasa?

Beberapa helai rambut Margaret yang tersangkut di sisir semalam, kini terletak di meja kecil tepat di sisi tempat tidur. Mata Arkan menatap ke arah benda itu dari celah pintu kecil—seolah helai-helai rambut itu menyampaikan pesan yang hanya ia yang bisa mengerti.

Angin dari jendela ujung koridor berdesir pelan, menggoyangkan tirai dan membuat suara samar—dan di saat yang sama, bibir Arkan bergerak pelan, nyaris tak bersuara.

“...belum saatnya.”

Dan dalam diam itu, ia masih berdiri.

Sendiri.

Menjadi bayang-bayang dari cerita yang belum selesai ia tulis.

1
Faulinsa
apakah Arkan malaikat pencabut nyawa? duh..
penulismalam4: Duh,bahaya ni
total 1 replies
Faulinsa
Arkan tu kayak cenayang gitu kah Thor? kok tahu masa depan??
Shintaa Purnomo
lumayan bagus, tetap semangat karna menulis dan merangkai sebuah cerita itu sulit
penulismalam4: iya, makasih ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!