Aku begitu mengharapkanmu setelah kau merusakku. Kau yang lari dari tanggungjawab hanya demi reputasimu! Kau juga yang telah menyiksaku dengan meninggalkan benih ini! Dan sekarang kau kembali setelah aku begitu benci? Lalu kenapa kau kembali setelah aku ingin membuka hati untuk orang lain? Kenapa kau kembali dengan caramu yang membuatku bimbang atas semua kehidupan yang aku alami selama ini? Aku harus bagaimana? Kenapa hati ini begitu berat untuk membencimu. Apakah aku mencintaimu atau mencintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagita chn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Menjemputnya
Setelah pulang dari diner bersama sang kekasih Aldigar memilih duduk di taman rumah sambil menikmati kopi panasnya. Semua orang sudah beristirahat, hanya dirinya saja yang terus kepikiran akan kehamilan Zeline.
Ia masih ingat betul bagaimana ia memperkosanya waktu itu. Ya dia akui kalau dia salah, tapi kehamilan ini sungguh bukanlah keinginannya bahkan ini adalah petaka. Baginya ia juga sudah memberikan uang pada Zeline, seharusnya ia bisa mencegah kehamilan itu, pikirnya.
Akanku penggal siapapun yang berani memberiku obat perangsang itu! Anehnya sama sekali tidak ada yang terlihat mencurigakan di sana.
Apa ini ulah Jordan?
Oh tidak mungkin! Bahkan saat kejadian itu Jordan ketiduran didepan pintu kamar hotel itu karena menungguku. Mana mungkin dia melakukan hal ini padaku. Maafkan aku ya Tuhan, entah siapa yang melakukan hal ini sampai-sampai aku berprasangka buruk pada saudaraku sendiri.
Akhirnya Finn pun datang juga, ia memang memiliki kamar tersendiri dirumah ini jika ia ingin menginap. Ini juga sudah terlalu malam, jadi Finn memutuskan untuk pulang ke rumah atasannya saja sekaligus melapor.
"Bagimana dengannya? Apa dia baik-baik saja?" Tanya Aldigar langsung saat Finn mendekat dan duduk disebelahnya.
"Dia baik-baik saja Tuan muda."
"Lalu bagaimana kehidupan dirumahnya?"
"Cukup baik, rumahnya sederhana, hangat dan nyaman."
"Dia memiliki saudara?"
"Aku tidak melihat siapapun di sana kecuali Zeline dan ibunya. Mungkin yang lain sedang berpergian."
"Termasuk ayahnya?"
"Tentu saja Tuan Muda. Aku juga perlu mencari tahu akan ini. Ohh iya, Zeline sepertinya tumbuh dengan sangat baik di keluarganya, buktinya ibunya sampai memohon dan berpesan kepadaku untuk menjaganya dengan baik karena ia berkata ini baru pertama kalinya ia memiliki pacar, padahal kita hanya pura-pura."
"Benarkah? Ia tidak pernah berpacaran? Bagaimana bisa dengan umur segitu dia tidak pernah berpacaran?" Ujar Aldigar dengan penuh keheranan.
"Mungkin memang dia tidak suka pacaran Tuan Muda."
Ya tapi dia memang terlihat sangat polos si, apalagi dia masih perawan waktu itu. Memang ada wanita yang tidak berpacaran dijaman sekarang? Rasanya aneh saja.
"Baiklah, sekarang istirahatlah Finn. Mulai besok antar jemput dia ke kantor. Aku tidak ingin dia kecapean karena dia sedang hamil."
"Baik Tuan muda."
Kenapa aku jadi bimbang begini mendengar Zeline belum pernah pacaran, apa benar itu anakku? Bagaimana ini???
*
*
Tak terasa pagi pun tiba. Finn sudah bersiap-siap untuk menjemput Zeline sesuai perintah Aldigar tadi malam. Bahkan sepertinya ini akan menjadi tugas barunya sekarang. Aldigar akan menyetir mobil sendiri ke kantor, jadi Finn sudah berangkat lebih dulu untuk menjemput Zeline.
Sekarang, dengan cepat Finn sudah berada didepan rumah Zeline.
"Anda menjemputku? Seharusnya Anda tidak perlu repot-repot menjemput. Aku bisa naik taksi." Ujar Zeline sedikit canggung padanya. Karena Finn benar-benar menjemputnya hari ini sesuai perkataannya semalam, padahal ia sudah melarangnya.
"Tinggal masuk! Kenapa harus berbelit-belit?" Tatapan Finn yang serius lagi-lagi membuatnya terdiam.
Zeline pun pasrah dan melangkah masuk ke dalam mobil itu. Sebenarnya ia juga tidak ingin repot-repot mencari taksi karena mobil kantornya ditarik oleh Finn dengan alasan perintah. Perintah siapa lagi jika bukan perintah lelaki bajingan itu, rasanya mengingatnya saja membuatnya muak.
"Kamu sudah sarapan?" Tanya Finn sambil melajukan mobilnya.
Zeline menggeleng. Ia tidak ingin makan apapun pagi ini.
"Kenapa tidak sarapan? Kamu sedang hamil, kamu harus banyak makan dan perlu banyak nutrisi." Mendengar itu tentu saja membuat Finn langsung mengoceh karena ini menyangkut kesehatannya dan bayinya.
"Anda hanya bisa berbicara. Anda tidak merasakan apa yang aku rasakan. Anda juga tidak tahu apa yang aku pikirkan dan Anda juga tidak tahu apa yang membuatku kehilangan selera makan kan? Aku sedang memikirkan hidupku kedepannya, bagaimana jika ibuku tahu akan ini, ia pasti akan memukulku!"
Finn tidak tahu harus berkata apa. Zeline sudah berbicara panjang lebar. Sepertinya suasana hatinya memang begitu buruk pagi ini. Ia bisa melihat beban berat yang dikandung Zeline dari binaran matanya.
"Percayalah padaku. Kedepannya hidupmu akan baik-baik saja. Kamu tidak sendirian, Aku ada bersamamu sekarang."
"Haha..." Zeline langsung tergelak. Di balik gelak tawanya itu ada rasa sedih luar biasa, bahkan rasa sakit yang begitu menusuk didadanya sekarang.
"Anda ada karena dibayar kan? Anda dibayar berapa untuk bersikap seperti ini? Sebenarnya aku tidak perlu dikasiani. Bukankah Anda melakukan semua ini karena perintah Tuan Aldigar? Enak sekali dia! Bisa melakukan apa saja dengan uangnya termasuk lari dari tanggung jawabnya ini!" Sebenernya Zeline tidak suka banyak bicara, namun keadaan yang membuatnya muak dan ingin meluapkan seluruh unek-uneknya.
"Tuan Aldigar tidak seburuk yang kau kira. Dia juga sangat mengkhawatirkanmu Zeline"
"Ohh ya? Justru dia lelaki terburuk yang aku kira! Buktinya dia menyuruhmu untuk melakukan semua ini kan? Mana tanggungjawabnya?"
Rasanya berbicara dengan perempuan itu memang tidak akan ada ujungnya. Finn pun memilih untuk mengalihkan pembicaraan saja dan mengajaknya sarapan.
"Kalau begitu sebaiknya kita beli sarapan dulu bagaimana? Aku juga belum sarapan,"
Zeline hanya mengangguk, ia memang sedikit canggung berduaan seperti ini dengan Finn.
Finn langsung mengarahkan mobilnya untuk menuju kesebuah toko roti, yang kebetulan tak jauh dari jalan yang mereka lewati.
Finn segera turun dari mobilnya setelah berhenti di parkiran toko roti itu. Ia membelikan roti sandwich panggang dan susu cup hangat yang baru di seduh untuk Zeline, susu fresh tentunya dan tentunya baik juga untuk kesehatannya. Sedangkan Finn sendiri membeli 1 cup kopi hangat dan 1 roti sandwich panggang untuknya juga.
"Makanlah. Isi perutmu." Perintah Finn sambil menggigit roti miliknya.
"Anda selalu sarapan seperti ini?"
"E'mm." Sambil mengangguk.
Sebenarnya Zeline benar-benar merasa canggung akan kedekatan ini. Mereka tidak pernah sedekat ini sebelumnya, namun karena lapar Zeline pun menyantap roti itu yang aromanya menggugah selera. Entah kenapa lidahnya juga merasa cocok dengan makanan itu, bahkan dengan cepat ia sudah melahapnya habis seperti orang kelaparan.
"Kamu sudah habis?" Tanya Finn heran. Ia terjeda saat makan tadi karena sibuk membalasi pesan penting di ponselnya. Namun Zeline sudah menghabiskan roti panggang itu dengan cepat. Bahkan miliknya pun masih separuh.
"Hehe. Maaf, aku lapar. Sebenarnya aku belom makan sejak semalam, hanya ngemil sedikit." Ujarnya sedikit malu, habis mau bagaimana lagi? Begitulah adanya Finn. Mungkin memang bawaan bayi yang cocok dengan makanan itu sekarang.
"Kamu belom makan sejak semalam?" Tanya Finn lagi. Zeline pun mengangguk.
"Jangan dibiasakan begitu. Kamu itu sedang hamil, kamu harus banyak makan dan jangan sampai telat makan!"
"Aku memang sudah berusaha makan, tapi bagaimana jadinya jika aku terus memuntahkannya semalam?"
"Ohh, iya juga. Kamu kan sedang mengidam. Tapi kamu suka roti panggangnya?"
Zeline mengangguk lagi, memang rasanya enak roti itu di lidahnya. Mungkin karena harganya yang juga mahal, terlihat jelas dimana Finn membelinya dari toko mana.
"Kalau begitu aku belikan lagi. Tunggulah sebentar. Kamu harus makan yang banyak."
"Pak Finn! Tidak usah. Maksudku aku sudah kenyang."
"Apa salahnya buat nanti. Kamu bisa menghangatkan nya di microwave milik Tuan muda kan? Kamu harus makan yang banyak,kamu tidak sedang sendiri sekarang,tapi kamu sedang berbadan 2."
Finn pun sudah turun lagi dari mobil itu dan meninggalkannya sebentar.
Kenapa dia bersikap perhatian sekali. Berapa bayarannya??
Tak lama Finn akhirnya kembali. Ia bukan hanya membawa roti panggang itu lagi melainkan ada bawaan lain yang ia bawa seperti susu kehamilan untuk Zeline.
"Ini untukku?"
"Haha. Masa untukku?"
Finn langsung melajukan mobilnya kembali setelah tergelak untuk segera menuju ke kantor.
lanjut thor gak sabar nih.. /Chuckle/