"Sebenarnya Aku hanya terpaksa menikahi mu demi memenuhi permintaan terakhir mendiang Papa, jadi kamu jangan pernah berharap lebih dalam pernikahan ini. Satu bulan lagi Kania kekasihku akan kembali dari luar Negeri, kami sudah berencana menikah setelah dia kembali dan pernikahan kita hanya sebatas itu saja" Farhan Adinata.
Mendengar pengakuan suaminya yang begitu menyesakkan dada, tak menyurutkan keteguhan Nada K.A mencintai suaminya. Ia meminta waktu satu bulan itu untuk menjalankan perannya sebagai istri yang berbakti kepada suaminya. Setelah satu bulan ia akan merelakan suaminya untuk wanita lain. Namun, setelah satu bulan Nada berubah pikiran, ia lebih rela di madu dan menyembunyikan statusnya sebagai istri Farhan demi cinta dan baktinya kepada sang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KCN~ BAB 24
Didalam ruangannya, Farhan mondar-mandir sambil terus menghubungi temannya yang tadi malam ia mintai bantuan untuk mencari keberadaan Nada. Padahal temannya itu mengatakan akan memberikan informasi sebelum matahari terbit, namun hari sudah beranjak siang temannya itu belum juga memberi kabar dan bahkan nomornya pun susah di hubungi.
Namun, Farhan tak menyerah, ia terus berusaha menghubungi temannya sampai akhirnya panggilannya pun terjawab.
"Ya, halo Han, ada apa?" Tanya diseberang telepon dengan suara beratnya, nampaknya ia terpaksa terbangun hanya untuk menjawab telepon yang ia tahu pasti dari Farhan.
"Tom, kamu bilang akan memberikan informasi tentang Nada sebelum matahari terbit tapi ini sudah siang dan kamu belum juga memberi kabar tentang dimana Nada berada saat ini. Kamu itu gimana sih?" Gerutu Farhan, jelas ia tidak terima karena sudah membayar mahal namun hasil yang ia inginkan tidak sesuai dengan yang sudah dijanjikan oleh Tomi temannya itu.
"Aduh, Han, Lo itu baca gak sih chat dari gue? Gue kirim chat ke Lo itu tengah malam tahu gak!."
"Chat, chat yang mana? Gak ada, Tom, jangan bercanda ya!" Kesal Farhan. Sejak pagi setelah membersihkan badannya, ia terus memeriksa ponselnya menuggu pesan atau telepon dari temannya itu namun hingga menjelang siang Tomi tidak juga mengabarinya.
"Gue serius, Han, gue itu kirim chat ke Lo tengah malam tapi ya udahlah mungkin gak terkirim. Gue kasih tau langsung dah Nada ada dimana." Laki-laki itu mengubah posisi tidurnya yang tadinya tengkurap, membalik badannya menjadi terlentang.
"Ayo cepat bilang sekarang Nada ada dimana?" Tanya Farhan dengan tak sabar, saat ini juga ia akan langsung mendatangi tempat dimana pun Nada berada.
"Nada dan beberapa temannya sesama guru, lagi ada disebuah desa terpencil, mereka mengajar secara sukarela disana."
Detik itu juga Farhan langsung memutuskan sambungan teleponnya, tanpa membuang waktu ia bergegas berangkat ke desa itu. Ia harus segera bertemu Nada, ada banyak hal yang ingin ia bicarakan pada istrinya itu.
.
.
.
Sementara itu, saat ini Nada dan Bu Minah sudah berada dalam perjalanan menuju bukit. Kedua teman Nada awalnya ingin ikut namun tidak jadi karena merasa tidak akan kuat untuk berjalan kaki.
"Capek gak, Neng?" Tanya Bu Minah ketika telah sampai di atas bukit.
"Lumayan, Bu." Jawab Nada dengan sedikit terengah sambil mengusap peluh dikening nya.
Nada pun segera mengeluarkan ponselnya dari dalam tas jinjing nya, dan seketika senyum lebar terukir diwajah cantiknya ketika melihat balok sinyal di ponselnya penuh.
"Wah, beneran Bu disini ada jaringan." Ucapnya dengan girang.
Bu Minah pun tersenyum, "Ya udah Neng, kalau gitu Ibu turun lagi kebawah ya mau cabut singkong. Neng Nada teleponnya disini aja jangan jauh-jauh, soalnya disana ada jurang yang cukup dalam dan terhubung langsung ke sungai." Ucap bu Minah sambil menunjuk kearah belakang Nada, ia khawatir jika Nada sampai tergelincir jatuh ke jurang itu.
"Iya, Bu, aku gak akan jauh-jauh kok dan paling teleponnya juga sebentar. Terimakasih ya Bu sudah diperingatkan."
Bu Minah pun kembali menuruni bukit itu, sementara Nada langsung memenuhi keinginannya yang sejak kemarin ingin menelpon mama Sarah. Namun, keningnya mengkerut ketika melihat ada banyak sekali panggilan tak terjawab dari Farhan. Ia bertanya dalam hati kenapa laki-laki itu menelponnya, bukannya hubungan mereka sudah selesai.
Namun, Nada tidak menghiraukan panggilan itu, tujuannya sekarang hanyalah menelpon mama Sarah.
Senyum diwajahnya mengembang saat telah menemukan kontak mama Sarah, dan baru saja ia akan menekan tombol memanggil namun ponselnya terlepas dari genggamannya ketika tiba-tiba saja merasakan dorongan kuat dari belakang.
Nada berteriak kencang ketika tubuhnya berguling-guling jatuh kearah jurang yang sebelum ditunjukkan oleh bu Minah, dan teriaknya itu terhenti saat ia tersangkut di sebuah ranting pohon. Dengan sisa tenaganya ia berpegangan kuat pada ranting itu agar tubuhnya tak kembali berguling jatuh ke dasar jurang.
Saat Nada akan kembali berteriak meminta tolong, seketika kedua matanya membulat ketika melihat siapa yang berdiri diatas sana.
"Kamu...? Tolong, bantu aku naik dari sini." Pinta Nada memohon.
Sosok diatas sana tersenyum tipis lalu menurunkan kebawah sebatang bambu panjang yang runcing . Jika Nada berpikir ia mengulurkan bambu itu untuk membantunya naik, itu salah besar. Justru ia akan menggunakan bambu itu melenyapkan Nada.
Ia menombak kan ujung bambu itu tepat pada tangan Nada yang berpegang di ranting pohon. Semakin Nada berteriak kencang karena kesakitan semakin ia menekan bambu itu dengan kuat, sampai akhirnya Nada tak sanggup dan pegangannya pun terlepas dari ranting pohon.
"Selamat tinggal, Nada," ucapnya dengan tersenyum menyeringai menatap tubuh Nada yang terperosok ke dasar jurang.