Lima tahun menikah belum diberikan keturunan. Namun tak membuat kadar cinta Pria yang bernama Abian Rahardian itu berkurang pada istrinya.
Suatu hari Abi diminta oleh orangtuanya untuk datang, maka disela kesibukan ia menyempatkan diri untuk memenuhi permintaan orangtuanya. Sedikit penasaran, ada hal penting apa yang ingin mereka bicarakan.
"Tidak, Ma! Aku tidak bisa menduakan Diana, tolong Ma, jangan membuat hubungan aku dan Diana hancur. Kami bahagia, anak itu hanya masalah waktu saja, aku yakin suatu saat nanti Diana pasti bisa Hamil," ujar Pria itu meyakinkan sang Mama.
Tak mempunyai pilihan lain selain mengikuti kemauan kedua orangtuanya yang menginginkan kehadiran seorang cucu. Apalagi kondisi Mama yang sedang sakit membuat Abi tak bisa menolak.
"Dengar! Aku menikahimu bukan karena cinta, tapi karena Ibuku!" Abian Rahardian.
"Tenang saja, Tuan, Tujuan kita sama. Aku menerima tawaran ini juga karena Ibuku!" Sharena Husman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Setelah makan, Abi istirahat sejenak untuk mencerna makanan yang sudah masuk. Sekitar tiga puluh lima menit, pasangan itu beranjak meninggalkan kantor menuju kediaman orangtua Abi.
Sesuai permintaan Pria itu malam ini ia ingin tidur diruamah orangtuanya. Abi meminta Sha untuk ikut bersamanya dengan dalih Mama merindukannya.
"Sha, sekalian kamu mampir kerumah Mama ya, soalnya mereka sudah rindu sama kamu dan juga calon anak kita," ucap Abi di perjalanan.
Sha hanya diam dan mengangguk tipis, tak enak untuk menolak, lagipula ia memang sudah beberapa hari tak menyambangi kediaman orangtua suaminya.
"Assalamualaikum...." Pasangan itu mengucapkan salam bersama.
"Wa'alaikumsalam... Abi, Sha, kalian datang barengan? Ya Allah, Mama seneng banget lihat kalian dekat begini," ucap Mama kegirangan saat melihat kehadiran anak dan menantunya datang bersamaan, karena selama ini mereka datang sendiri.
"Apa kabar, Ma, Pa?" ujar Sha menyalami tangan kedua mertuanya.
"Alhamdulillah kami sehat, Nak," jawab Mama dan papa menerima uluran tangan anak menantu.
"Abi, kamu kenapa, Nak? Kamu demam?" tanya Mama saat memberikan tangan pada anaknya.
"Iya, hari ini aku sedang tidak enak badan, Ma," jawab Abi datar.
"Loh kenapa tidak istirahat saja dirumah jika lagi demam?" tanya Papa.
"Nggak pa-pa, Pa, lagipula ini hanya sakit biasa, karena dampak Sha yang sedang hamil," jelas Pria itu pada kedua orangtuanya.
"Oh, kamu mengalami Couvade syndrom?" sambung Mama malah tersenyum.
"Iya, Ma, kata Dokter begitu," jawabnya lesu.
"Hmm, itu pasti karena kamu begitu mencemaskan keadaan istri dan calon anakmu. Hehe... Tidak apa-apa, itu tandanya ikatan batin kamu dan anakmu sangat kuat," jelas orangtua itu.
Abi tak lagi menanggapi, ia segera duduk sembari memicingkan mata dan mengurut pelipis dengan lembut.
"Yasudah, sekarang kalian istirahat saja, Mama akan membuatkan kalian sesuatu. Kamu pasti suka," ujar Mama membiarakan pasangan itu duduk rileks di ruang keluarga.
"Kalau begitu Papa juga mau menyudahi pekerjaan papa dulu," ujar Papa juga meninggalkan pasangan itu berdua disana.
Kini tinggal Abi dan Sha yang duduk saling berhadapan. Sesaat tatapan mereka bertemu. Sha segera memutuskannya. Ia ingin beranjak menyusul Mama kedapur, namun langkahnya terhenti saat pria itu minta ditemani.
"Mau kemana kamu?" tanya Abi datar.
"Mau kedapur," jawabnya jujur.
"Tolong pijit kepalaku," pinta Abi memejamkan mata.
Sha tak beranjak, ia masih diam ditempat. Bingung harus bagaimana, bukankah perjanjian awal tak akan ada skinship diantara mereka, tapi kenapa sepertinya saat ini dia lupa akan h itu?
"Kok masih bengong? Kamu tidak mau." tanya Abi menatap dalam.
"Bukankah perjanjian awal kita tak ada kontak fisik apapun," ujar gadis itu yang akhirnya mengutarakan keberatan dirinya.
"Apakah dalam hal mengurusi suami juga ada larangan? Apakah aku tidak boleh minta tolong pada istriku sendiri?" tanya Abi penuh harap.
"Ta-tapi..."
"Pergilah!" tekan Pria itu tampak merajuk dan segera merebahkan tubuhnya diatas Sofa dengan tangan bertumpu di kening.
Sha menjadi serba salah. Ia tak tahu cara menyikapi. Walau bagaimanapun ia dan Abi adalah pasangan suami istri yang sah, rasanya tak baik mengabaikan saat suami sedang sakit dan membutuhkan dirinya.
Dengan langkah pasti wanita itu berjalan mendekati sang suami yang sedang merajuk. Kenapa harus seperti ini? kenapa harus ada waktu dan kesempatan untuk berdua dengannya. Sha menghela nafas dalam untuk menetralisir perasaan tak menentu yang sedang merasuki jiwanya.
Dengan pelan tangannya memijit kepala Pria itu, Abi hanya diam tak merespon, namun sangat menikmati sentuhan dari sang istri. Ada sesuatu yang tak bisa ia ungkapkan.
Abi membuka mata, ia menatap wanita yang sedang fokus dengan pekerjaannya untuk membuat otaknya sedikit rileks. pria itu menatap begitu dalam.
"Sha, apakah kamu tidak merasakan apa-apa?" tanya Abi membuat wanita itu menghentikan aktivitasnya.
"Maksud Bapak?" tanya Sha tak paham.
"Maksud aku apakah kamu tidak merasakan efek kehamilan kamu, seperti aku saat ini?" ucap Abi meluruskan.
"Alhamdulillah tidak, saya baik-baik saja," jawab Sha jujur.
"Apakah kamu menyayangi anak itu?"
"Kenapa Bapak tanya seperti itu?"
"Karena saya tahu kamu tidak menginginkannya. Kamu melakukan semua hanya semata demi kedua orangtuaku," ucap Abi merasa wanita itu tidak menyayangi anaknya seperti dirinya.
"Pak, aku tahu bahwa semua yang aku lakukan demi papa dan mama. Tapi akulah yang mengandungnya, dia tumbuh dirahimku, dia adalah darah dagingku. Mana mungkin aku tidak menyayanginya. Bahkan aku tidak akan rela berpisah darinya kelak," jelas Sha mencurahkan isi hatinya.
"Tapi dia terlahir bukan karena adanya cinta diantara kita," balas Abi membuat hati Sha tetiba melow.
"Apakah Bapak menyesali saat bayi ini terlahir dari rahim wanita sepertiku, bahkan mungkin wanita yang Bapak benci," lirihnya yang tak kuasa menahan air mata.
Abi segera duduk dari baring, dengan spontan ibu jarinya menghapus buliran air mata yang menetes di kedua pipi wanita hamil itu.
"Sha, maafkan aku, maaf bila petanyaan aku sudah menyakiti perasaan kamu," ujar Abi merasa sangat bersalah.
"Tidak apa-apa, Pak." Sha berusaha menahan tangan Abi yang masih menyeka air matanya.
"Abi, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu membuat Sha menangis?" tanya Mama yang langsung saja ngegas
"Ah, ti-tidak Ma, aku tidak melakukan apa-apa," jawab Abi merasa panik.
"Tidak bagaimana? Itu kenapa dia menangis. Kamu apaan sih Abi!" balas Mama masih kesal.
"Tidak, Ma, Pak Abi tidak melakukan apa-apa," jawab Sha segera menengahi.
"Mama tidak percaya, kamu tidak mungkin menangis bila Abi tak menyakiti perasaan kamu," ujar Mama masih belum percaya.
"Tapi sungguh dia tidak menyakiti aku, Ma, mungkin karena aku yang terlalu sensitif." wanita itu masih saja membela, karena rasanya Abi memang tak melakukan kesalahan apapun, hanya saja jiwanya yang sedang sensitif.
"Yasudah, kalau begitu kamu makan dulu salad buah buatan Mama. Ayo, kamu cobain." Mama menyerahkan semangkok salad buah pada anak menantunya.
"Sha, aja yang dibuatin? Kok Mama anak kandung anak tiri," protes Pria itu memberengut.
"Kamu juga mau? Ya mana Mama tahu, kan biasanya kamu tidak suka buah," jelas Mama yang sangat tahu selera Putranya.
"Tapi sepertinya enak tuh, aku juga mau," ujar Abi sedang tergiur.
"Yasudah, kita bagi dua saja, Pak. ini kebanyakan buat saya," sambung Sha.
"Kamu nggak pa-pa kita makan berdua?" tanya Abi yang membuat Sha salah tingkah. Sebenarnya maksudnya bukan seperti itu.
"Ah, maksud aku..."
"Jangan pikirkan aku, untuk saat ini aku memang sedang manja. Jadi aku sangat senang bila disuapi oleh kamu. Tapi ini semua karena bawaan anakku. Jadi kamu jangan salah artikan," ujar Pria itu dengan alasan yang dia punya
Mama Nia hanya tersenyum melihat kelakuan anak dan menantunya. Wanita baya itu geleng-geleng kepala.
"Yasudah, sekarang ayo kalian makan, nanti kalau kurang bilang sama Mama biar Mama buatin lagi," ujar Mama Nia kembali berlalu dari hadapan mereka.
Bersambung.....
Happy reading 🥰
degil...?
pandai berbohong.
cuma belum menyadari...
memaafkan, terus sekarang di ulang lagi.
mana boleh pakek Wali Hakim?