NovelToon NovelToon
Being The Wife Of Triple Twins Husbands

Being The Wife Of Triple Twins Husbands

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Transmigrasi
Popularitas:14.8k
Nilai: 5
Nama Author: Penulismalam4

Felisha Agatha Christie gadis barbar , mulut ceplas-ceplos, dan non akhlak harus mati ditangan sang ayah karna wajah nya yang mirip dengan sang Bunda.

Bukan nya masuk ke alam baka, Felisha justru terbangun ditubuh seorang wanita yang sudah bersuami lebih parah lagi dia memasuki tubuh seorang Antagonis yang memiliki tiga suami yang tidak ia pedulikan karna sibuk mengejar cinta sang protagonis pria.

____

"Gue mau cerai!" Felisha

"Jangan berharap bisa lepas Baby" A

"Bisa ntar gue menghilang" Felisha

"Sayangnya saya sudah menanam benih di perutmu" J

"Gampang, nanti gue cariin bapak baru buat anak gue" Felisha

"Saya kurang kaya? Tampan? Seksi? Kuat" D

"Punya lo kecil kagak puas gue" Felisha


Yuk lanjut......

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penulismalam4, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34_Raisa Drop

Sudah beberapa minggu ini, Airin memperhatikan sesuatu yang mengganjal.

Setiap kali Julian pulang sekolah, raut wajahnya terlihat berbeda. Bukan letih biasa. Tapi… kusut. Seperti menyimpan sesuatu yang tak bisa dibagi.

Ia makan lebih sedikit. Bicara seadanya. Dan lebih sering mengurung diri di kamar.

Airin sudah mencoba memberi ruang. Mungkin Julian hanya lelah atau stres ujian. Tapi makin hari, kekusutan itu tak juga reda.

Sampai hari ini.

Pukul 15.30 sore.

Airin sedang menyiram bunga di teras depan ketika gerbang rumah terbuka perlahan. Ia menoleh, dan jantungnya langsung mencelos.

Julian berdiri di depan pagar. Seragamnya kotor, tasnya sobek di salah satu sisi… dan yang paling menyayat hati—

Pipinya lebam.

Sudut bibirnya pecah.

Ada goresan di pelipisnya.

“JULIAN!!” teriak Airin, menjatuhkan selang dan langsung berlari.

Julian sempat mundur setapak, menunduk.

“Bunda—nggak apa-apa,” ucapnya cepat, seolah tak ingin Airin panik.

Tapi tentu saja… semua itu tak bisa menenangkan Airin.

Airin memegang wajah anak itu dengan dua tangan, memeriksa luka dengan mata berkaca-kaca.

“Ini kamu bilang nggak apa-apa?! Siapa yang ngelakuin ini, Julian?”

Julian menggeleng.

“Bukan siapa-siapa. Cuma masalah biasa di sekolah. Udah selesai.”

“Masalah biasa gimana?! Kamu kenapa bisa begini?!”

Julian menarik napas panjang, menahan diri agar tak terlihat rapuh.

“Bunda... ini urusan OSIS. Ada beberapa anak yang nggak suka aku terlalu ikut campur. Mereka… mereka nggak terima. Tapi gue bisa hadapi, Bunda. Beneran.”

Airin menatap mata anaknya lekat-lekat.

Tangannya mengelus pelipis Julian yang masih merah. Ia ingin marah. Ingin datang ke sekolah dan menuntut penjelasan.

Tapi di balik semua itu… dia lebih takut.

Takut kehilangan Julian. Lagi.

“Ayo masuk,” ucap Airin akhirnya pelan.

Di dalam kamar, Airin membersihkan luka-luka Julian dengan hati-hati. Tangannya gemetar, tapi ia mencoba tetap tenang.

“Kalau kamu terus disakiti begini, Bunda nggak akan tinggal diam, Julian.”

Julian tersenyum tipis. “Kalau semua ibu kayak Bunda, mungkin dunia aman, ya?”

Airin mencubit pelan tangan Julian. “Kamu pikir ini lucu?”

Julian tak menjawab. Ia menatap langit-langit kamar. Lalu, perlahan, berkata,

“Mereka pikir... Aku cuma anak kelas 1 yang sok-sokan. Dan ada satu cewek… yang paling sering bikin masalah.”

Airin mengernyit. “Cewek?”

Julian mengangguk. “Shakira.”

Airin memicingkan mata, seperti mengingat sesuatu. “Namanya... kayaknya pernah kamu sebut waktu rapat OSIS?”

Julian diam.

Airin tak bertanya lagi. Ia hanya meraih kepala anaknya, memeluk Julian dengan penuh perasaan.

“Kamu anak Bunda. Sekalipun bukan darah daging, kamu tetap jantung Bunda. Jadi apapun yang terjadi, kamu harus tahu… kamu gak sendiri.”

Julian terdiam.

Pelukan itu hangat. Tapi dalam hati, ia tahu…

Besok? Masalah belum selesai.

Dan jauh di belakang sana—di antara anak-anak yang menentangnya—Shakira hanya salah satu nama.

Airin baru saja meletakkan gelas susu hangat di meja Julian, berniat menenangkan hati yang masih berat sejak melihat luka di wajah anak sulungnya itu.

Belum sempat ia duduk…

TRING!

Nada notifikasi di ponselnya berbunyi cepat—dari grup sekolah anak-anaknya. Airin mengangkat alis saat melihat nama grup: Orangtua SD 5B.

Pesan itu singkat. Tapi cukup untuk membuat napasnya tercekat.

"Mohon kepada orang tua Raisa Dirgantara untuk segera ke UKS. Ananda Raisa mendadak pingsan saat pelajaran kedua. Kondisinya drop. Sudah ditangani guru piket dan sedang diperiksa lebih lanjut."

Airin membeku.

Matanya menatap layar ponsel itu tak berkedip, lalu ia langsung berdiri. Suara kursi yang terseret membuat Julian menoleh cepat.

“Bunda?”

Airin tak menjawab. Ia hanya menggenggam ponsel lebih erat, meraih tas selempang, dan meraba kunci mobil di gantungan. Langkahnya cepat dan ringan, tapi wajahnya pucat.

Julian menangkap perubahan itu. “Kenapa, Bunda? Siapa yang sakit?”

Airin berhenti di depan pintu, berbalik perlahan. Suaranya lirih.

“Raisa.”

Julian langsung bangkit. “Aku ikut.”

Airin menggeleng, walau sorot matanya gemetar. “Jaga rumah. Bunda bisa sendiri.”

Tanpa banyak bicara, Airin langsung keluar.

Perjalanan ke sekolah terasa seperti abadi. Tangannya menggenggam kemudi, tapi pikirannya melayang jauh ke masa lalu.

Raisa… si kecil paling mungil di antara ketiganya.

Bahkan sejak dalam kandungan, dokter bilang: ‘Yang perempuan ini, jantungnya paling lemah.’

Airin ingat malam-malam penuh tangis saat mengandung, ketika perutnya mengencang tiba-tiba, dan alat monitor detak jantung menunjukkan anomali kecil pada janin perempuan dalam rahimnya.

Airin juga ingat saat Raisa lahir setelah Jendral lalu Mateo, menangis paling pelan, tapi menggenggam jari ibunya dengan erat—seolah bilang, “Aku akan kuat, Bunda. Tapi tolong jangan tinggalin aku.”

Tangisnya hampir pecah di tengah jalan.

Airin tiba di sekolah. Tidak peduli pada tatapan satpam, guru piket, atau siapa pun yang memanggil namanya.

Pintu UKS didorong terburu-buru.

Dan di sana, terbaringlah Raisa—wajahnya pucat, rambutnya berantakan, selimut menutupi tubuh mungilnya. Suster sekolah sedang memeriksa detak jantung dan tekanan darahnya.

Jendral dan Meteo duduk di pinggir tempat tidur UKS dengan wajah tegang. Bahkan Jendral, yang biasanya paling berisik, hanya menatap lantai. Meteo menggenggam tangan Raisa erat.

Saat melihat Airin masuk, mata keduanya memerah.

“Bunda…” suara mereka pelan.

Airin langsung mendekap Raisa, mencium keningnya yang dingin.

“Sayang… Raisa…”

Raisa membuka mata perlahan. Bibirnya bergerak, sangat pelan. “Bunda… maaf…”

Airin menahan napas, menatap putrinya penuh sayang. “Kenapa minta maaf? Kamu nggak salah apa-apa.”

“Aku capek…”

Dan setiap kali itu keluar, Airin tahu… tubuh anaknya sedang menjerit dalam diam.

Suster menatap Airin. “Kami sarankan dibawa ke rumah sakit, Bu. Ini tidak hanya kelelahan biasa. Detak jantungnya sempat turun beberapa saat tadi.”

Airin menggenggam tangan Raisa lebih erat. “Kita pulang ke rumah sakit ya, Sayang. Nanti Bunda temani terus. Gak usah takut.”

Jendral dan Meteo ikut berdiri.

“Bunda… aku ikut ya,” ucap Meteo dengan suara tercekat.

“Bunda juga harus bawa kami,” sahut Jendral cepat.

Airin menatap mereka berdua. Meski wajah mereka masih kecil, tapi… rasa sayangnya pada Raisa terpancar jelas.

“Boleh. Ayo. Kita jaga adik kita bareng-bareng.”

________________________________

Koridor rumah sakit siang itu terasa biasa.

Lampu-lampu putih terang. Beberapa perawat lalu lalang. Suara roda troli menggema halus. Alister baru saja selesai dari ruang rawat pasien jantung, clipboard masih di tangannya, jas dokter sedikit terbuka karena tergesa.

Ia berjalan tenang di koridor utama lantai 3.

Namun langkahnya terhenti.

Membeku.

Matanya tak berkedip saat melihat Airin berlari dari ujung lorong, menggendong Raisa dalam pelukannya—terkulai, tubuh kecilnya lemas, kepala bersandar di bahu sang ibu.

Airin terlihat panik, mata sembab tapi tetap fokus.

Dan tepat di belakangnya—Jendral dan Meteo berlari mengekor, napas tersengal, wajah cemas tak seperti biasanya.

Waktu terasa melambat.

Alister menjatuhkan clipboard-nya tanpa sadar.

“Airin?” suara itu keluar serak.

Airin berhenti sejenak saat melihat suaminya berdiri di tengah koridor. Tapi ia tak bisa lama menjelaskan.

“Raisa… drop, Les. Suster sekolah bilang jantungnya sempat melambat. Aku gak sempat tunggu ambulans. Dia harus diperiksa sekarang!”

Alister tak butuh penjelasan lebih. Naluri dokter dalam dirinya langsung menyala. Tapi kali ini, lebih dari itu…

Dia adalah ayah.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Alister mendekat dan mengambil Raisa dari pelukan Airin dengan sangat hati-hati, seolah gadis kecil itu terbuat dari kaca.

“Bawa ke ruang observasi jantung, lantai dua! Segera!” teriaknya pada perawat terdekat.

Suster langsung sigap mendorong pintu lift. Airin, Jendral, dan Meteo ikut mengejar di belakang, langkah mereka berpacu dengan waktu—dan rasa takut.

Di dalam lift, Airin menggenggam tangan Jendral dan Meteo erat-erat. Keduanya menunduk, menangis pelan. Bukan karena takut… tapi karena mereka belum pernah lihat Raisa selemah ini.

Alister menatap wajah Raisa yang pucat dalam pelukannya.

Jantungnya sakit. Tapi ia tahu... ia tak bisa goyah.

“Tolong kuat, Sayang… Ayah di sini.”

Sesampainya di ruang observasi, Alister langsung bekerja.

Tangan gemetar tapi cekatan. Memasang oksigen, memeriksa detak jantung, tekanan darah, saturasi oksigen—semuanya dilakukan dalam mode profesional, meski hati dan pikirannya tak pernah setenang wajahnya.

Airin berdiri di balik kaca ruangan, memeluk Jendral dan Meteo, mencoba menenangkan mereka meski tubuhnya sendiri nyaris roboh.

Alister di dalam, menyentuh kening Raisa sambil berbisik:

“Tenang ya, Putri kecil Ayah. Kamu harus kuat. Karena Ayah nggak sanggup kehilangan kamu.”

1
pecahan_misteri
btw udh 5 tahun kan berarti anaknya umurnya 5 tahun kok agak bingung Ama latar belakang cerita dan alurnya ya?
pecahan_misteri
ga jelas euy ceritanya bingung
Noey Aprilia
Jd makhluk tu mnusia atw bkn????
trs knp raisa yg d incar???
fioferyyfely_!!!🐰🐹🐶🦊🦁🐬🐻
tanggung jawab lu thor, gw Ampe nangis+nahan malu, masa lagi beli mie ayam trus baca ini malah nangis mana diliatin kakek nenek yg beli juga lagi, pliss ni gw langsung buang muka Krn malu
sahabat pena
Luar biasa
Noey Aprilia
Ankmu krang 2 airin....
tar mreka iri loh krna ga bs kmpul,mskpn d rmh skt....
Aries R
seru bgt cerita y thor,,,tp maaf thor bhs binatang y bs tlg dkurangin y,,🙏🙏
Lilia_safira
ayo semangat .. update terus ya thor
Noey Aprilia
Kaannn.......bnr....
julian bkln bbak blur sm preman sklahnya....
airin pst cpe....apalgi ankny jg skit,tp dia hrs kuat.....smngttt....
Noey Aprilia
Nsibmu y jul.....
d rmh d jailin adeknya,d sklah msti ngadepin preman.....🤣🤣🤣
Noey Aprilia
Dfnisi ibu kuat y airin....
tnpa tkut dia kluar sndrian dmi mncari anknya,mskpn bkn ank kndungnya....
Noey Aprilia
Hhhmmm....
msih pnuh msteri....mreka pst pnya rhsia msing2.....🤔🤔🤔
Noey Aprilia
Airin mh udh tabah kn y sma 5 ank plus 3 suami???jd ga prlu lg d ksih nshat sbar....
🤣🤣🤣
Noey Aprilia
Mngkn darxel reinkarnasi,jd dia tau kjdian msa lalu atw kjdian d msa dpn....
Noey Aprilia
Kbyang dong y 3 suami.....
mna psesif smua....
Noey Aprilia
Hai kk....
Aku udh mmpir....slm knal....
So,airin jd ngasuh 7 ank y,yg 3 bayi gorila....yg 4 bnrn ank2....kbyang dong pusingnya gmna?????
penulismalam4: terimakasih, syangku
total 1 replies
Fang yin
bagus sekali ceritanya
penulismalam4: terimakasih
total 1 replies
mom'$ nji
up yg banyak thor
penulismalam4: siap ndoro
total 1 replies
Fang yin
seru
pecahan_misteri: hamil kah?
total 1 replies
Fang yin
lanjut kerenn ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!