Satu Malam bersama istri tetangga mampu meluluhkan lantahkan seorang Bastian Emanuel. Ia terjerat pada sosok istri orang
Akankah cintanya mampu di gapai? Ataukah hanya sebatas mimpi? Mimpi yang hanya akan menjadi sebuah bunga tidur tanpa menjadi kenyataan.
"Perawan memang menawan, janda sungguh menggoda, tapi istri orang jauh sangat menantang. Pesonanya terasa berbeda. Menarik," Bastian Emanuel
Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24. Bastian yang Nekat
Rumah sebelah.
"Sialan, dari tadi pesan gue tidak bales-bales cuman di read doang. Gak bisa di biarkan ini mah, gue samperin dia ke rumahnya." Bastian tidak tenang, dia ingin tahu apa yang terjadi pada Kyara sampai pesan dari dia saja tidak dibalas oleh kekasihnya. Ya, Bastian menganggap Kyara sebagai pacarnya sejak malam kemarin.
Dia pun keluar kamar memastikan dulu emaknya tertidur. Bastian mencari keberadaan emaknya di setiap tempat tanpa terkecuali di kamarnya. "Di penjuru rumah tidak ada, itu artinya Oma sudah tidur. Yes, Ini kesempatan gue datang ke rumahnya kyara tanpa sepengetahuan Oma."
Bastian pun keluar secara mengendap-endap. Dia begitu pelan memutar kuncinya supaya tidak mengeluarkan suara berisik.
"Pelan-pelan," lirih Bastian memutar kunci.
Ceklek.
"Berhasil." Bastian pun keluar dan ia sedikit berlari. Karena rumah mereka saling bersebelahan, Bastian loncat menaiki pagar pembatas rumah. Dia tidak membuka gerbang yang pastinya bakalan mengundang berisik. Jadi, Bastian memilih nekat melewati tembok bata penghalang rumah mereka.
"Gini amat dah hidup gue, demi sang pujaan hati sampai rela nekat begini." Bastian meloncat dari atas tembok ke bawah. Matanya memperhatikan sekitar takut ada orang yang melihatnya. Merasa aman, Bastian langsung berlari ke kamar yang di tempati Kyara.
Tok.. tok.. tok..
"Kyara, ini gue." Bastian mengetuk jendela kaca dengan mata masih memperhatikan sekitarnya. "Buka jendelanya, Kyara!"
Kyara yang sedang menunduk menutupi wajahnya dengan Kedua telapak tangan mengerutkan keningnya. "Suara Bastian?"
"Kyara, sssttt.. ini gue, buka!"
Kyara terbelalak menyadari Bastian ada di sana. Dia mendekati jendela dan menyibak tirainya. "Ngapain lo kesini?" Kyara tidak menyangka pria yang menjadi tetangga itu nekat sekali berkunjung ke kamarnya.
"Buka! Buruan!"
"Enggak mau! Lo mending pergi saja dari sana! Gue gak mau bukain jendela!" Kyara takut ketahuan warga atau Beni, ia enggan membuka jendelanya.
"Buruan buka atau gue pecahkan ini jendela!" Bastian mengancam Kyara agar wanita itu mau membuka jendelanya.
"Jangan, jangan! Ok, gue buka." Lalu, Kyara membuka jendelanya dan saat itu juga Bastian langsung masuk ke dalam. Kyara segera menutupnya lagi takut ketahuan orang. Kyara tidak mau Bastian nekat lagi sampai memecahkan kaca, jadi dia membuka jendelanya membiarkan Bastian masuk dulu.
Bastian merebahkan tubuhnya ke atas kasur empuk. Dia memperhatikan Kyara yang sedang mengunci pintu kamar. Lalu, dia mendekati Bastian dan bertolak pinggang dengan mata melotot.
"Kau itu nekat ya jadi orang. Bagaimana kalau orang-orang melihatmu masuk ke sini? Bahaya," ucap Kyara kesal bersuara pelan.
"Habisnya lo tidak balas pesan gue dan tidak mengangkat telepon gue. Jadi gue putuskan untuk datang menemui lo secara langsung." Bastian melipatkan kedua tangannya ke bawah kepala sambil mata melihat Kyara dan memperhatikan penampilan Kyara.
"Lo gila, ya. Mau di buru warga? Mau buat keributan di kamar orang? Bisa-bisanya gue punya tetangga nekat seperti lo. Lagian, mau gue read doang pesan lo, gak ngangkat telpon lo itu urusan gue." Kyara tidak habis pikir dengan cara Bastian mendekatinya. Begitu ekstrim dan bikin jantung dag dig dug.
Bastian bangun dari tidurnya, duduk di tepi ranjang dan ia tiba-tiba menarik tangan Kyara. Kyara terhenyak sampai terjatuh ke pangkuannya Bastian. Bastian langsung memeluk pinggang Kyara begitu erat.
"Bastian kau!"
"Gue khawatir sama lo, gue tidak ikhlas lo di bentak ataupun di pukuli oleh suami lo. Makanya gue nekat kesini untuk memastikan lo dan calon anak lo baik-baik saja. Makanya saat lo tidak balas pesan gue, gue langsung nekat kesini memastikan segalanya," tutur Bastian lembut sambil mengusap perut Kyara secara lembut juga.
Deg.
Kyara tertegun merasakan sesuatu yang berbeda. Tatapan Bastian terlihat teduh dan memancarkan sesuatu yang membuat Kyara tidak bisa berkata. Namun, ia kembali tersadar menyadari posisi mereka saat ini sangatlah salah.
"Lepasin gue! Ini tidaklah benar, gue istri orang dan lo harus tahu batasan, Bastian!" Kyara memberontak ingin lepas, tapi pelukan Bastian malah semakin menjadi dan pria itu menelusukan wajahnya ke jeruk leher Kyara. Seketika wangi tubuh Kyara membuat darah Bastian mendidih dan teringat pada kejadian malam itu.
"Sialan, gue kembali teringat malam bergairah itu. Kyara, kau sungguh membuat gue panas dingin."
"Gue tahu, tapi lu juga harus tahu kalau saat ini lo itu pacarku dan gue berhak juga memeluk lo seperti ini," balas Bastian terus memeluk sambil mengusap perut Kyara. Entahlah, Bastian begitu betah mengelus perut yang sudah ada isinya itu. Janin yang baru saja berusia lima Minggu.
"Ku gi..."
"Kyara kau sedang bicara dengan siapa?" Kyara terbelalak. Namun, tidak dengan Bastian yang santai.
Deg.
"Bang Beni!" lirihnya pelan.
.
kesel kaya cerita ikan terbang....
UU=ujung-ujungnya ku menangis..... membayangkan. ga usah lu bayangin dasar.....