Kembalinya Putri Hina

Pelayan Shisan melepaskan kain luar miliknya agar dapat menutupi tubuh Nyonya muda keduanya yang telah terbuka. Dengan hati-hati dan perlahan dia memapah wanita muda itu agar dapat segera keluar dari gudang kayu. Namun,

Sseelleppp...

Bilah kayu panjang dengan ujung runcing menusuk kuat dari punggung belakang menembus kedepan.

"Aaahhh..." Bai Xue terkejut melihat darah menyembur deras dari tubuh pelayannya. "Shisan..." Dengan tubuh bergetar wanita muda itu meraih tubuh pelayan setianya yang hampir saja jatuh ke lantai. "Shisan..." Air matanya mengalir. "Bagaimana? Aku harus bagaimana? Aku mohon, jangan tinggalkan aku." Isak tangis terdengar.

"Nyyoo...nya..." ujar pelayan Shisan dengan mengerahkan seluruh kekuatan yang tersisa. "Maaf, saya tidak bisa menemani anda lagi." Wanita itu menghembuskan nafas terakhirnya dengan bersandar di tubuh Nyonya keduanya.

"Aaaaa..." Tangisan terdengar semakin kuat. Nafas Bai Xue terasa sangat berat dengan hujaman rasa sakit yang terus terasa di dadanya.

Pria yang masih berusaha berdiri dengan baik itu baru sadar jika dirinya telah membunuh pelayan wanita itu. Dengan tatapan kesal karena niatnya tidak bisa di salurkan lagi. Dia pergi meninggalkan gudang kayu dengan menekan belakang kepalanya. "Nyonya kedua sudah membunuh pelayannya sendiri. Tolong, Nyonya kedua sudah membunuh pelayannya sendiri." Teriakan itu di dengar semua anggota keluarga Jiang.

Semua orang berbondong-bondong datang menuju gudang kayu.

Nyonya utama Jiang dengan tatapan amarah berjalan masuk kedalam gudang kayu. Dia melihat menantu perempuannya memeluk tubuh pelayan wanita yang telah meninggal. Tubuh Bai Xue bahkan sudah penuh dengan darah segar. "Buang mayat itu dari kediaman. Aku tidak ingin kediaman Jiang menjadi bahan cemoohan orang luar." Menatap kesegala arah. "Ingat, jika aku mendengar masalah ini sampai keluar dari kediaman. Kalian semua harus mati."

"Nyonya, kami mengerti." Jawab serentak semua pelayan juga penjaga kediaman.

Tuan muda kedua menatap penuh rasa takut. Dia bahkan tidak berani terlalu dekat dengan istri pertamanya.

Dua penjaga menarik paksa tubuh pelayan Shisan yang sudah tidak bernyawa. Tapi Bai Xue terus berusaha menahan agar tubuh pelayannya tidak di bawa pergi. "Jangan, jangan bawa dia pergi." Melihat kearah mertuanya. "Ibu, biarkan aku menguburkannya dengan baik. Aku mohon." Air matanya mengalir tanpa henti. Suaranya sudah sangat serak.

"Tunggu apa lagi? Cepat bawa pergi." Teriak Nyonya utama Jiang menekan setiap perkataannya.

Tubuh pelayan Shisan berhasil di rebut dua penjaga. Tubuhnya di seret tanpa menunjukkan rasa hormat kepada orang yang telah tiada. Dia di bawa keluar dari gudang kayu.

Bai Xue menyeret tubuhnya mendekat kearah ibu mertuanya. Dia bersujud, "Ibu, aku mohon. Biarkan aku yang menguburkannya dengan layak. Aku mohon..."

"Setelah membunuhnya kamu memohon untuk menguburkan jasadnya. Menantu, rasa bersalah itu tidak ada gunanya lagi. Dia sudah mati di tangan mu sendiri," ujar Nyonya utama Jiang menatap tidak peduli. "Seret dia ke gudang belakang kediaman." Nyonya utama Jiang berjalan keluar dari gudang kayu.

Dua penjaga menyeret tubuh Bai Xue keluar dari ruangan gelap dan pengap itu. Wanita muda itu di bawa ke gudang belakang kediaman yang jauh lebih buruk dari gudang kayu. Tempat mengerikan penuh dengan sarang ular.

"Bakar. Aku tidak ingin ada jejak kekejaman wanita bodoh itu di kediaman Jiang." Mantap dingin kearah gudang kayu untuk beberapa saat sebelum melangkah pergi kembali ke halaman kediaman pribadinya.

"Baik."

Gudang kayu di bakar habis dalam waktu dua jam saja. Dengan api yang hanya berputar dalam satu tempat. Setelah api benar-benar padam. Semua penjaga juga pelayan mulai berhamburan pergi melakukan perkejaan masing-masing. Sedangkan Bai Xue yang sudah di kurung kembali. Hanya bisa terduduk tidak berdaya tanpa dapat menggerakkan tubuhnya lagi. Darah yang keluar dari tubuhnya telah bercampur dengan darah pelayannya. Yang masih membekas di sekujur tubuhnya. Darah yang mengering membuat bau busuk dan anyir menyebar di seluruh ruangan gudang. Lalat, nyamuk dan hewan-hewan kecil yang menyukai darah atau bau busuk mulai berdatangan mengerubungi wanita muda itu.

Hanya kedua matanya yang masih dapat bergerak dengan bebas. Dia melihat cahaya rembulan dari atas atap gudang yang sudah berlubang. Tatapan matanya kosong dengan nafas pelan yang hampir tidak lagi terdengar. Dari lubang yang berada tepat di atasnya, Bai Xue dapat melihat pergantian siang malam. Satu hari, dua hari, tiga hari tidak ada seorangpun yang datang hanya untuk sekedar memberikannya makan atau minum. Nyonya utama Jiang sepertinya sudah bertekad membiarkannya mati dalam keadaan lapar dan haus.

Tapi apa yang bisa dia lakukan dengan tubuh lemahnya. Kedua tangan dan kakinya bahkan tidak lagi mampu bergerak. Sekedar gerakan kecil saja tidak dapat di lakukan.

Dari arah celah lubang matahari bersinar sangat cerah. Namun dia juga melihat salju turun perlahan dari langit berjatuhan di atap gudang. Bahkan salju masuk menetes tepat di wajahnya. Rasa dingin menyerap masuk ke dalam pori-pori kulit kasarnya. Senyuman tipis terlintas di wajah cantik tapi sudah tidak terawat. Nafas Bai Xue perlahan melemah. 'Kehidupan sebagai Nona keempat Bai sangat melelahkan.' Pandangan matanya menjadi kabur. Dan perlahan kedua matanya menutup di saat hembusan nafas terakhirnya terhenti.

Kreekkkk...

Pintu di buka,

Wanita penuh keangkuhan itu berjalan masuk ke dalam gudang. Dia menatap dingin tanpa adanya rasa kasihan. "Periksa. Dia hidup atau mati."

Salah satu penjaga mendekat memeriksa keadaan wanita muda yang sudah tidak memiliki hembusan nafas. "Nyonya, dia sudah meninggal."

Nyonya utama Jiang membalikkan tubuhnya santai. "Buang jasadnya di hutan pinggiran Ibu Kota." Melangkah pergi di ikuti semua pelayan wanita.

"Baik."

Seperti yang telah di perintahkan Nyonya utama Jiang. Jasad Bai Xue yaitu Nyonya muda kedua dari kediaman Jiang di buang ketengah hutan pinggiran Ibu Kota tanpa ada orang luar yang curiga. Empat hari setelah jasad di buang. Seorang pemburu menemukannya namun wajah dari jasad itu telah terkoyak habis dengan tubuh penuh sayatan. Sepertinya hewan buas telah menerkamnya dan mencabik habis jasad wanita itu.

Dengan perasaan tidak tega pemburu membawa jasad wanita itu menuju ke kantor pemerintah. Setelah di lakukan autopsi di simpulkan jika wanita itu tidak di terkam hewan buas. Namun di bunuh dengan kejam dengan menghancurkan wajahnya setelah wanita itu meninggal dunia.

Kabar pembunuhan seorang wanita muda di hutan pinggiran Ibu Kota menjadi sangat ramai terdengar. Di tambah identitasnya telah di temukan. Yaitu Nyonya muda kedua dari kediaman Jiang yang sudah di nyatakan hilang lebih dari satu bulan.

Di dapati juga bukti perselingkuhan yang menyatakan jika Nyonya muda kedua kabur dari kediaman bersama pria lain. Sehingga harus berakhir tragis.

Kantor pemerintahan menjadi semakin sibuk. Karena harus segera mendapatkan pembunuh yang merujuk pada pria simpanan Nyonya muda kedua Jiang.