Alika tak pernah membayangkan hidupnya bisa berubah secepat ini. Semua berawal dari satu permintaan sepele saudari tirinya, yang menyuruh Alika pergi ke sebuah hotel.
Karena sebuah kekeliruan, Alika justru masuk ke kamar hotel yang salah dan menghabiskan malam dengan Sagara, sang CEO dingin dan arogan yang selama ini hanya dikenalnya dari jauh.
Apa yang terjadi malam itu seharusnya dilupakan. Tapi takdir berkata lain.
Saat Alika mengetahui dirinya hamil. Ia dihadapkan pada pilihan yang sulit, menyembunyikan semuanya demi harga diri, atau menghadapi kenyataan dengan kepala tegak.
Namun, yang paling mengejutkan, justru adalah keputusan Sagara. Pria yang katanya selama ini tak tersentuh, datang kembali ke dalam hidupnya, menawarkan sesuatu yang lebih dari sekadar tanggung jawab.
Cinta perlahan tumbuh di antara keduanya. Tapi mampukah cinta bertahan saat masa lalu terus menghantui dan realita kehidupan tak berpihak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 23 Ayah Dari Bayi ini!
“Tuan, tunggu sebentar!” teriak Lee tergopoh-gopoh, mencoba mengejar langkah panjang dan tergesa dari Sagara yang sudah hampir mencapai pintu rumah Alika.
“Cepatlah! Kenapa kamu lelet sekali, Lee!” seru Sagara dengan nada membentak.
Tatapannya terlihat tajam dan napasnya memburu, seakan jiwanya terbakar oleh kemarahan yang memuncak.
“Ingat baik-baik, Tuan, setelah Anda masuk ke dalam sana, Anda harus menahan diri untuk tidak menciptakan keributan apapun,” katanya tegas, berharap ucapannya bisa sedikit menyentuh logika sang tuan yang kerap keras kepala.
Lee tahu, berharap Sagara bersikap tenang saat menyangkut Alika dan bayi mereka sama saja seperti berharap badai lewat tanpa menghancurkan apapun.
Sagara menghentikan langkahnya sejenak. Matanya menatap tajam ke arah Lee.
“Kamu pikir aku peduli dengan ocehanmu itu?” ucap Sagara. “Mereka yang lebih dulu mengibarkan bendera perang. Lagipula, bagaimana bisa gadis itu melakukan ini? Menerima pernikahan dengan pria lain, saat dia sedang mengandung bayiku? Dia sudah gila!” pekik Sagara dengan suara meninggi.
Rahangnya mengeras. Urat-urat di lehernya tampak tegang.
“Apa anda sedang cemburu, Tuan?”Lee menatap tuannya dengan hati-hati.
Pertanyaan itu membuat Sagara mendengus.
“Aku, cemburu? Yang benar saja! Itu tidak akan pernah terjadi!” katanya lantang, lalu melangkah cepat meninggalkan Lee yang tertinggal beberapa meter di belakangnya.
“Ya, sekarang memang belum ada tanda-tandanya, Tuan. Tapi saya sangat yakin, suatu saat nanti anda tidak akan pernah lepas dari Nona Alika,” gumamnya lirih.
**
**
Begitu sampai di halaman rumah Alika, Sagara langsung mengepalkan tangannya kuat-kuat. Matanya menyapu seluruh halaman dengan pandangan penuh amarah.
Tadi sore, saat ia mengantar Alika pulang, rumah itu belum dihias. Tidak ada janur kuning yang melengkung seperti gerbang kemenangan, tidak ada kursi-kursi tertata rapi, tidak ada tenda putih yang melambai-lambai tertiup angin malam.
Namun kini, semuanya telah berubah.
“Brengsek!" gumamnya pelan dan sarat akan emosi. “Bagaimana bisa mereka melakukannya secepat ini? Apa hebatnya Bondan!”
Sagara mendekat, tapi langkahnya terhambat oleh kerumunan tamu. Suara tawa, bisikan, dan musik lembut dari pengeras suara membuat dadanya semakin sesak.
Sementara itu, di ruang tamu rumah Alika, prosesi akad nikah tengah bersiap dimulai.
Juragan Bondan, pria tambun dengan perut buncit dan senyum menyebalkan, duduk gagah di atas karpet merah. Ia tampak begitu puas. Setelah sekian lama ditolak, akhirnya malam ini ia akan menikahi Alika.
Di sampingnya, Maya tersenyum licik. Kemenangan mereka sudah di depan mata.
“Sudah siap?” tanya pak penghulu yang duduk bersila di hadapan Bondan.
“Siap sekali!” jawab Bondan lantang, diiringi anggukan Maya yang tak kalah semangat.
Di belakang mereka, ketiga istri Bondan sebelumnya duduk sambil menahan kesal. Lima orang anak mereka ikut menyaksikan, sebagian bingung, sebagian terlihat muak.
“Baik, pegang tangan saya,” kata penghulu, mengulurkan tangan pada Bondan sebagai tanda siap melafalkan ijab kabul.
Sebelum Bondan sempat membuka. suaramu.
“Berhenti! Pernikahan ini tidak sah!” teriak Sagara dengan lantang dari ambang pintu.
Semua kepala langsung menoleh ke arah sumber suara.
Pak penghulu terkejut, Maya melotot, dan Bondan berdiri dari duduknya. Sementara Alika yang duduk di samping Maya menunduk ketakutan.
Alika mengenali suara itu—suara yang pernah membuatnya merasa aman, sekaligus terluka.
Sagara berjalan masuk dengan penuh keyakinan, menembus kerumunan. Tatapannya tajam menatap Bondan.
“Siapa kamu?” tanya Bondan dengan nada tidak suka.
“Sagara. Ayah dari bayi yang dikandung Alika,” jawabnya mantap.
Keisha hampir tersedak mendengar pengakuan Sagara yang mengatakan kalau bayi yang ada di dalam perut Alika adalah bayinya.
“Ini nggak mungkin! Bagaimana bisa?” gumam Keisha mulai panik.
Qlika gak mau kemeja Sagara bekas dipeluk ama Cindy..
❤❤❤❤❤❤
sengaja yuh Alika..
nerani2nya dia megang lengan langit di depan sagara..
cari perkara..
😀😀😀❤❤❤❤
aihhh di luar prediksi malah sodara tiri yg jadi pemicu cembukur
kejar Alika..
😀😀😀❤❤❤❤❤
mulai..
😀😀😀❤❤❤❤