NovelToon NovelToon
Dua Hati Satu Cinta

Dua Hati Satu Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / CEO
Popularitas:387.1k
Nilai: 5
Nama Author: Jiriana

Setelah keluarganya bangkrut dan ayahnya meninggal, Olivia terpaksa bekerja di sebuah club malam demi membayar hutang mendiang ayahnya. Tidak disangka, di club itu dia bertemu kembali dengan pria bernama Vincent. Pria yang beberapa kali menolongnya, bahkan pernah menyelamatkan nyawanya tanpa sepengetahuannya.


Vincent penerus dari Wijaya Group, dibuat bimbang ketika gadis bernama Olivia masuk ke dalam kehidupannya. Pria yang masih terikat dengan masa lalunya itu mengalami dilema disaat cinta pertamanya kembali datang.

Dia harus memilih antara wanita yang kini pelan-pelan mengisi hatinya atau wanita dulu sangat dia cintai dan belum bisa dia lupakan hingga kini. Disaat dia sudah memilih, justru hubungannya terganjal restu dari ibunya.

Dia kembali harus memilih antara cinta atau restu. Jika dia memilih cinta, dia harus siap kehilangan segalanya dan jika dia memilih restu, dia harus menikah dengan wanita pilihan ibunya. Pilihan manakah yang akan Vincent ambil?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jiriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Peringatan dari Frans

Belum sempat minuman itu masuk ke dalam mulut Olivia, Daren merasakan baju belakangnya ditarik seseorang.

“Dasar breng-sek.” Sebuah pukulan mendarat di wajah Daren setelah tubuhnya tertarik ke belangkang.

Ternyata Frans yang sudah memberikan pukul di wajah Daren hingga dia tersungkur ke tanah. Sebelum Daren sempat bangun, Frans sudah menariknya bangun dan menghajarnya bertubi-tubi, tetapi beberapa pukulan Frans berhasil ditangkis oleh Daren.

“Frans kau jangan ikut campur urusanku.” Daren membalas pukulan Frans hingga terjadilah perkelahian diantara mereka berdua selama beberapa saat hingga Daren kembali terjatuh ke tanah.

“Kau memukulku hanya karena wanita murahan itu?”

Frans maju dan langsung menendang perut Daren. “Lebih baik tutup mulut kotormu itu, sebelum kau tidak bisa menggunakan lagi.”

Daren tertawa mengejek. Dia menyeka mulutnya yang sudah memerah karena darah. “Frans, apa kau sudah tidur dengannya sehingga kau berani memukulku demi membela jala-ng ini?

“Sepertinya kau sudah bosan hidup.” Saat Frans akan maju lagi, Olivia menghentikan dengan menahan lengannya.

“Frans, cukup.”

Frans menoleh sebentar pada Olivia yang terlihat masih syok kemudian beralih pada Daren. “Aku peringatkan padamu, jangan pernah berani mengganggu Olivia, apalagi menyentuhnya.”

Daren kembali tertawa setelah mendengar peringatan dari Frans. Dia semakin yakin kalau Frans pasti memiliki hubungan dengan Olivia saat melihat betapa marahnya dia. “Aku rasa dugaanku benar bahwa dia pasti sudah memberikan tubuhnya padamu hingga kau bertekuk lutut padanya. Sudah aku duga, dia memang wanita murahan yang berlagak sok suci.”

Tanpa pikir panjang, Frans maju dan kembali menghajar Daren beberapa kali kemudian mencengkaram kerahnya dengan napas yang naik-turun.

“Dengarkan aku baik-baik, Daren. Kalau kau masih ingin hidup, jangan pernah berani mendekati Olivia lagi. Vincent akan mem-bunuhmu kalau sampai dia tahu apa yang kau lakukan pada Olivia malam ini. Dia tidak akan mengampunimu,” ucap Frans dengan suara pelan, tapi penuh penekanan.

Frans sengaja berkata dengan pelan agar Olivia tidak mendengarnya. Setelah mengatakan itu, Frans langsung mendorong kuat tubuh Daren hingga tubuhnya mundur ke belakang beberapa langkah.

“Apa maksudmu?” Daren menoleh sejenak pada Olivia kemudian beralih pada Frans, “ada hubungan apa dia dengan Vincent?”

Frans maju lalu berbisik dengan pada Daren. “Asal kau tahu, Olivia adalah wanitanya Vincent. Kalau sampai kau berani menyentuhnya lagi, Vincent tidak akan melepaskanmu.”

Mata Daren membesar, tapi hanya sesaat. Dia terlihat menggelengkan kepalanya dengan kuat. “Kau pasti berbohong. Tidak mungkin Vincent membiarkan wanitanya bekerja di club.”

“Kalau tidak percaya, silahkan coba saja tanyakan padanya,” tantang Frans.

Melihat kesungguhan dalam ucapan Frans, Daren tidak lagi berani berdebat dengannya.

Siaaaal… Bagaimana mungkin aku tidak tahu kalau dia wanita Vincent. Lebih baik aku pergi. Aku tidak mau mati-sia-sia hanya karena wanita ini.

“Baiklah. Aku tidak akan mengganggunya lagi.” Wajah Daren terlihat pucat dan nada bicaranya tidak seberani tadi lagi, “Aku minta maaf. Aku sungguh tidak tahu kalau dia memiliki hubungan dengan Vincent.”

“Cepat pergi dari sini, sebelum Vincent datang.”

Frans dan Axel memang sudah berjanji untuk bertemu dengan Vincent di club, tapi karena Vincent ada urusan penting, dia mengatakan kalau akan datang terlambat.

“Baiklah. Aku akan pergi.” Daren bergegas meninggalkan tempat itu dengan mobilnya.

“Apa kau tidak apa-apa?” tanya Frans sambil menoleh pada Olivia.

Olivia mengangguk lemah. “Aku tidak apa-apa. Terima kasih karena sudah menolongku.”

“Kau mau pulang?”

“Iyaaa.”

Melihat ada sedikit luka di bibir Olivia dan wajahnya terlihat memerah, Frans mengajak Olivia untuk kembali ke club. “Aku akan mengantarmu nanti. Sekarang kau ikut aku dulu.”

Frans sengaja mengajak Olivia ke ruangan yang tadi dia pesan dengan Axel. Setibanya di ruangan itu, ternyata Axel sedang pergi ke toilet. Frans meminta Olivia duduk di sofa.

“Kenapa wajahmu memerah dan bibirmu berdarah?”

Olivia diam selama dua detik kemudian berkata dengan wajah ragu. “Tadi… tadi tuan Daren….” Ucapan Olivia yang terputus-putus membuat Frans menjadi tidak sabar.

“Katakan saja. Kau tidak perlu takut. Dia tidak akan berani mengganggumu lagi.”

“Dia menampar saya, Tuan.” Olivia bukannya takut, dia hanya tidak mau membesar-besarkan masalah.

Frans terlihat terkejut, terbukti dari pupil matanya yang membesar. Dia memang tidak melihat kejadian saat Daren menampar Olivia. “Daren, baji-ngan itu… sepertinya dia sedang menggali kuburannya sendiri.”

Tiba-tiba pintu terbuka dan ternyata Nara yang datang ke ruangan itu. “Apa yang terjadi?” Nara terlihat sedikit panik saat menghampiri Olivia. Frans baru saja menghubunginya beberapa menit yang lalu dan memintanya datang ke ruangan yang dia pesan.

“Ambilkan es batu dan alat kompres untuk Olivia,” pinta Frans seraya menoleh pada Nara.

Karena merasa sungkan pada nara, Olivia menolak dengan halus. “Tidak perlu Tuan, aku baik-baik saja.”

Nara belum bergerak dari tempatnya. “Cepat ambilkan!”

Melihat wajah Frans yang serius, Nara langsung berbalik. “Aku sungguh tidak apa-apa. Aku akan mengompres saat tiba di rumah.”

Nara menjadi bingung. “Jangan membantah Liv. Kalau kau tidak ingin semua orang terkena masalah, turuti saja perkataanku.”

Meskipun tidak mengerti maksud dari perkataan Frans, Olivia akhirnya hanya diam dan membiarkan Nara keluar dari ruangan itu untuk mengambil apa yang Frans minta tadi.

“Apa yang sebenarnya terjadi, Liv?”

Olivia kemudian menceritakan semuanya pada Frans. “Bajingan itu memang sudah bosan hidup.”

Tadi Frans sengaja menyusul Olivia yang sudah keluar dari ruangannya setelah menerima telpon dari Vincent yang mengatakan untuk menahan Olivia sampai dia tiba di club karena ada yang ingin dia bicarakan dengan Olivia. Terpaksa Frans keluar mencari Olivia, tapi tidak dia temukan, padahal saat itu, Olivia sedang berada di ruangan Nara.

Setelah berkeliling dan tidak juga menemukan keberadaan Olivia, akhirnya Frans menelpon Vincent dan mengatakan kalau Olivia baru saja pulang. Vincent langsung meminta Frans untuk mengecek di sekitar halte karena biasanya Olivia menunggu bus di sana. Akhirnya Frans mengikuti perkataan Vincent dan saat itulah dia melihat Daren sedang bersama dengan Olivia.

“Liv, tolong rahasiakan ini dari Vincent. Jangan sampai kau memberitahunya.”

Olivia mengerutkan keningnya dengan wajah heran. “Memangnya kenapa?”

“Semua bisa terkena imbasnya kalau dia sampai tahu apa yang terjadi padamu. Kau bisa membahayakan orang lain karena masalah ini.”

Olivia semakin merasa heran. “Tuan Vincent tidak mungkin mempermasalahkan ini karena tidak ada hubungan dengannya. Lagi pula, dia tidak punya waktu mengurus masalah seperti ini, apalagi aku bukan teman ataupun keluarganya.”

“Itu hanya menurutmu. Aku mengenalnya dengan baik. Bahkan pemilik dari club ini tidak akan lolos dari amarah Vincent kalau sampai dia tahu masalah ini.”

“Kenapa bisa begitu? Apa Tuan Vincent tidak akur dengan tuan Daren?”

Frans merasa sedikit frustasi dengan kepolosan Olivia. “Suatu saat kau akan tahu alasannya.

Setelah Nara datang dengan membawa batu es dan alas kompres, Frans meminta bantuan Nara untuk mengompres wajah Olivia. Baru saja menempelkan alat kompres di wajah Olivia, pintu tiba-tiba terbuka.

Axel masuk dengan wajah heran ketika melihat wajah Olivia yang memerah. “Apa yang terjadi dengan Olivia, Frans?” tanya Axel seraya duduk di samping kanan sahabatnya itu.

Frans mendekatkan tubuhnya pada Axel lalu berbisik. Setelah mengetahui apa yang terjadi terdengar umpatan dan makian dari mulut Axel. “Dasar breng-sek!” Axel terlihat sangat geram. “Di mana dia sekarang? Aku akan menghajarnya sampai dia tidak bisa bangun lagi.”

Frans menahan Axel saat dia akan berdiri. “Duduklah. Aku sudah menyuruhnya untuk pergi.”

“Kenapa kau menyuruhnya pergi begitu saja? Seharusnya kau tahan dulu dia” Tentu aja Axel merasa geram karena Frans membiarkan Daren pergi.

Frans kembali berbisik agar Nara dan Olivia tidak mendengarnya. “Kau pikir Vincent akan membiarkannya hidup kalau sampai dia menemukan Daren di sini?”

Harus Axel akui, kalau apa yang Frans katakan ada benarnya, tapi tetap saja dia masih tidak terima dengan perlakuan Daren pada Olivia.

“Setidaknya aku memukulnya lebih dulu agar dia tidak berani lagi macam-macam pada Olivia.”

Frans berusaha untuk tetap terlihat tenang. “Aku sudah menghajarnya sampai babak belur.”

Axel menatap ke arah Olivia dengan wajah prihatin. “Liv, apakah masih sakit?” tanya Axel setelah Nara selesai mengompres wajah Olivia.

“Sakitnya akan hilang sebentar lagi.”

Sebelum Nara keluar dari ruangan itu, Frans berpesan padanya lebih dulu. “Nara, Vincent pasti mencari tahu hal ini. Kau cukup bilang tidak tahu. Jangan memberitahu apapun padanya. Apa kau mengerti?”

“Mengerti, Tuan.”

Frans kemudian menatap satu persatu yang ada di ruangan itu. “Kalian semua juga harus merahasiakan semuanya dari Vincent. Jangan sampai dia tahu.”

“Apa yang tidak boleh aku tahu?”

Semua orang menoleh ke arah pintu dengan wajah tegang saat melihat Vincent sudah berdiri di sana dengan wajah datarnya.

Bersambung…

1
anikbunda lala
vincent kok koyo simbok e thor
anikbunda lala
sengit aku thor kok dadi koyo ngene
anikbunda lala
thor .... piye to iki
anikbunda lala
simbok egois
anikbunda lala
iiihhhh gemes banget aku sama vincent
Taty Hartaty
pasti perempuan yg sama jg yg disukai Vincent
Edah J
vote untuk ka author Ana😘
Edah J
Terimakasih untuk karya kereen nya kak author 👍👍😘
ku seduh kopi untuk ka Author Ana😘sehat sehat ya kak😘
Edah J
Akhirnya happy ending 😘😍
cerita yg menguras segala rasa
saking bagusnya nih novel👍👍👍
selalu menunggu ka author bikin karya baru lagi di sini😘
Edah J
cerita yang mengharu biru👍👍👍
semua rasa tertuang di sini
paket komplit pokoknya
seperti Nano Nano😁
Edah J
Nah gitu dong👍
damai itu indah dan menenangkan🤗
hidup senang jiwa pun tenang😘
iya kan 😉
Edah J
Cent itu Olivia nya lagi ngidam😘
enak ya kalau orang kaya
tinggal ini itu
tinggal perintah😉🤗
Edah J
Untuk saat ini dunia Olivia terasa indah 🤗😘
semoga kedepannya lebih indah lagi semakin indah dan berwarna😘
Edah J
sok lah gasskeun Cent👍
biar debay cepat hadir 😘
Edah J
Hadeuhhh....masih aja buat kesepakatan🙄🤦
itu nyonya meneer
sabar ya Liv
Edah J
Ya ampuun,,,, ternyata banyak sekali hama wereng di sekitar mu Liv 🙄🤦
Edah J
Rasa pahit sudah,
manis baru saja di rasa
mungkin sekarang rasa asin sedikit ya😉✌️
Edah J
Kalau honeymoon memang
seperti itu musim musim nya
bikin sesuatu😁😁✌️✌️✌️
Edah J
Suka dan senang dengan kebahagiaan mereka 😘😍😍😍
Edah J
Sok Cent kurung aja Olivia nya
biar g bisa lari"dan jalan"😁😉✌️✌️✌️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!