My Husband Om-Om SEASON 2..MOHON DUKUNGANNYA KEMBALI 🤗
Enrico dan Enzio, dua anak kembar yang harus ekstra ketat menjaga sang adik.
Gadis manis yang selalu membuat kaum adam panas dingin. Elga Maurer, gadis cantik dan pintar tapi juga ceroboh, Elga yang terlalu baik tidak tahu jika banyak orang-orang disekitarnya yang memanfaatkan dirinya. Karena hal itu dua kakak kembarnya begitu posesif dengan Elga.
"Hidupku seperti burung dalam sangkar."
Itulah yang Elga rasakan, selain kakak keduanya yang posesif, juga ada Daddy nya yang begitu posesif juga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hilang fokus
Di kantor Edgar tampak sibuk dengan pekerjaannya yang menumpuk. Setelah beberapa hari dia tinggalkan kini Edgar harus berkutat dengan segudang pekerjaan.
Louis masuk setelah mengetuk pintu, pria yang memiliki jambang itu menyerahkan berkas kepada Edgar.
"Informasi yang anda butuhkan Sir." Kata Louis.
Edgar meraih berkas yang Louis berikan, membacanya dengan teliti dan saat itu juga bibirnya mengembangkan senyum.
"Elga Maurer." Gumamnya dengan perasaan berdebar.
Edgar melihat beberapa foto Elga dengan kegiatannya setiap saat. Bagaimana Edgar mendapatkannya? itu hal yang mudah.
"Tapi sepertinya pengawal gadis itu sudah menyadari orang-orang kita Sir." Kata Louis memberi tahu.
"Bukan kah kau mengirim orang-orang terpercaya kita?" tanya Edgar menatap asistennya itu.
"Ya, tapi sepertinya pengawal gadis itu bukan pengawal biasa sampai bisa mengetahui jejak orang kita."
Edgar berpikir keras, pria itu mengerti kenapa Elga dijaga dengan pengawalan ketat seperti itu, meskipun tanpa terlihat, tapi Edgar tahu dimana saja mereka ditempatkan.
"Biarkan saja, yang penting mereka tidak melukai Elga ku."
Louis pun mengaguk dan pergi dari ruangan Edgar.
"Sejak kecil saja kau sudah mencuri perhatianku, dan sekarang kau pasti banyak mencuri perhatian banyak laki-laki." gumamnya sambil melihat foto-foto Elga.
Sedangkan di tempat lain, tepatnya di sebuah ruangan yang terlihat gelap hanya ada cahaya tamaran. Dua orang pria sedang duduk di kursi kayu yang terikat.
"Katakan apa yang kau lakukan!" Fabio menatap dua orang yang memakai pakaian serba hitam itu, dua pria yang tempo lalu selalu mengikuti Elga.
"Paman..!" Tiba-tiba dua orang pria masuk mendekati Fabio.
"Keponakan ku." Fabio tersenyum dan memeluk Enzio dan juga Enrico. "Apa kabar kalian?" Tanya Fabio yang sudah cukup lama tidak bertemu keduanya karena mereka sibuk dengan pekerjaannya.
"Kami baik paman." Enzio menjawab.
"Apakah ada sesuatu?" tanya Enrico menatap dua orang yang terikat dengan wajah yang sudah lumayan babak belur.
"Dia sudah mengganggu putri kesayanganku."Kata Fabio menatap kedua pria itu.
"Kami tidak mengganggu Sir!" Bantah salah satu dari mereka.
"Oo hooo kau berani menjawab."
Bugh
Fabio kambali memberikan pukulan pada pria itu yang langung meringis merasakan sakit.
"Katakan! siapa yang menyuruhmu!!" Fabio mencekram kerah pria itu dan menatapnya tajam seperti ingin menelannya hidup-hidup.
"Kau terlalu menakutkan Fabio."
Suara rendah dan berat tiba-tiba datang dari arah pintu.
"Daddy..!" Enzio dan Enrico menoleh ke belakang, dan Mario berjalan masuk dengan santai.
Mario menjentikkan jarinya, dan tak lama lampu hidup terang.
"Ck, bicaramu membuat telingaku gatal." Kata Fabio sambil menggaruk telinganya.
Mario terkekeh sambil mengusap hidungnya, langkahnya berhenti tepat berada ditengah-tengah kedua putranya.
"Kau tahu, putriku itu menarik perhatian seseorang yang sangat berpengaruh di Inggris, yah dan mereka adalah orang kepercayaannya untuk memberikan informasi apa saja pada tuanya. Bukan kah begitu?" Mario menatap kedua pria yang terikat itu.
Kedua pria itu saling pandang dan menatap Mario bersamaan.
"Kami ditugaskan untuk mejaga nona Elga, selain itu tidak ada yang kami lakukan." Jawab salah satu dari mereka.
"Yayaa,, tidak ada yang kalian lakukan." Mario mengangguk-angguk.
"Daddy, sepetinya kita tertinggal kabar?" Kata Enzio tang tidak mengerti.
"Kalian terlalu di perbudak oleh Daddy kalian, sampai-sampai kalian tidak memikirkan untuk menikah."
"Hey pak duda, hentikan ocehanmu." Mario menatap Fabio kesal.
"Why? memang begitu kan, keponakanku tidak ada yang mau menikah, padahal seharusnya mereka sudah punya anak." Jawab Fabio santai.
"Paman, kau berlebihan mengatakan itu."
Dan keempat orang yang berbeda generasi itu malah saling menyalahkan, Fabio yang suka memancing keributan dan Mario yang tidak mau mengalah.
"Hentikan pertikaian konyol kalian!!" Enrico yang sejak tadi diam akhirnya bersuara. "Siapa mereka? dan untuk apa menjaga Elga?" Enrico menujuk kedua pria itu dengan dagunya.
"Ck, kalian mengganggu kesenanganku saja." Fabio memasang wajah kesal.
"Kita bicara dirumah son." Mario menepuk pundak Enrico.
"Lepaskan saja mereka." Mario memerintah. "Bilang sama tuanmu, jangan lagi melakukan hal yang akan merugikan dirinya sendiri."
"Hay..kau ada di sini?"
Elga menatap pria yang tiba-tiba berdiri didepannya.
"Kau tidak ingat aku? ohh ayolah Elga, kau melupakan namaku." Pria itu masih terus bicara, sedangkan Elga masih mengingat-ingat.
"Felik.."
"Bravo, kau mengingatku." Felik tertawa renyah.
"Sedang apa kau sendirian di sini?" Felik duduk di kursi samping Elga.
Elga menujuk minuman botol yang di pegangnya.
Felik mengangguk. "Aku pikir kita tidak akan bertemu lagi, kau tahu? sejak pesta itu aku tidak mau pergi ke pesta-pesta lagi bersama orang tua ku, karena pesta itu pengalaman pertama yang membosankan untuk ku." Kata Felik dengan senyum.
"The reason is simple." Elga membalas.
"Ck, bukan alasan, tapi memang seperti itu. Lain jika disana juga ada kamu." Felik tersenyum menatap Elga yang saat itu juga menatapnya.
Elga membuang wajah dan langsung berdiri ketika dua pria yang dia kenali mendekat. "Sorry, aku harus pergi." Elga langsung menghampiri pengawalnya.
"Ada apa Nona?" tanya pengawal itu.
"Tidak ada apa-apa, dia teman ku." Kata Elga sambil menoleh pada Felik.
Dan Felik hanya bisa tersenyum tanpa tahu apa yang mereka katakan.
"Gadis spesial." Gumam Felik dengan senyum.
Di dalam mobil Elga tampak melihat ponselnya, dia seperti menunggu sesuatu dari ponselnya itu.
"Katanya cinta, tapi hilang gitu aja." Gumamnya sambil kembali melihat jalanan di depan.
Elga kembali teringat apa yang Emeli katakan, di mana istri dari Edgar mengumumkan jika mereka akan pergi berlibur atau honeymoon. Dan hal itu cukup mempengaruhi Elga.
"Ck, dia kan pria beristri." Elga kembali menambah kecepatan laju mobilnya, hingga saat di persimpangan saat dirinya akan berbelok tiba-tiba Elga hilang fokus.
Aaaa
Brak...!!!!
"Maaf Sir." Louis tiba-tiba masuk dan langsung memberikan sesuatu pada Edgar.
"Apa-apaan ini." Edgar begitu terkejut melihat Vidio yang Louis berikan.
"Sepertinya nyonya sedang ingin liburan Sir, apa saya harus menjadwal ulang skedul anda?"
"Apa kau sengaja meledek ku." Edgar menatap tajam Louis membuat pria itu menutup mulutnya rapat.
"Seharusnya kau jangan biarkan apa yang wanita itu lakukan sampai ke publik." Geram Edgar.
"Maaf Sir, tapi itu di bawah perintah nyonya besar." Louis menuduk.
"Mulai sekarang apapun itu aku tidak perduli, kau lakukan apa yang aku perintahkan." Edgar bicara dengan tegas. "Persetan dengan Alice."
"Baik Sir." Louis hanya bisa menuruti apa yang tuannya katakan.
Edgar memijat pangkal hidungnya yang terasa sakit. Dirinya tidak tahu apa yang dilakukan Chelsea dan Alice diluar sana.
Drt... Drt.... Drt...
Tiba-tiba ponselnya berdering, Edgar menatap layar ponselnya yang mendapat panggilan dari seseorang.
"Halo..."
"...."
"What!!"