My Husband Om-Om SEASON 2

My Husband Om-Om SEASON 2

Swiss

...HALOO READER KESAYANGAN.. JANGAN LUPA DUKUNGAN KALIAN SELALU BERHARGA UNTUK AUTHOR.. LIKE DAN KOMEN KALIAN BEGITU SANGAT BERHARGA.. JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK..LOPEYOU 😘😘...

Setelah menikah Hawa di boyong oleh Mario ke Swiss, tepatnya tinggal di kota Zurich.

Meskipun kelurga sang istri begitu keberatan, tapi Hawa sudah menjadi tanggung jawabnya, dan mereka pun merelakan putri mereka satu-satunya untuk dia bawa dan hidup bahagia bersama dirinya.

Pukul 08:00 waktu setempat.

Pagi hari semua sudah berkumpul di meja makan yang cukup besar di mansion.

Semua sudah duduk di tempatnya masing-masing dengan Marvin yang sebagai tuan rumah, dengan sebelah kanan ada Nathan berserta kelurganya. Dan sebelah kiri ada Mario dan juga istrinya tidak lupa dengan Julio dan Vania, hanya saja Mike tidak bisa ikut lantaran Livia sedang hamil besar.

Pagi itu hidangan sangat banyak dan lengkap, Daniel yang suka makan pun begitu antusias untuk mencicipi semua hidangan yang tersedia. Sedangkan Adam seperti biasa, pemuda itu tidak banyak bertanya ataupun bicara karena memang itu sifatnya.

"Papa sama Mama menitipkan Hawa padamu, jadi jika kamu tidak lagi bisa menjaganya jangan sakiti Putri kami, lebih baik kamu pulangkan dalam keadaan baik juga seperti saat kamu memintanya." Ucap Nathan setelah acara makan selesai, mereka semua masih duduk di tempatnya masing-masing.

Mario yang menjadi tujuan utama menatap Nathan dengan penuh keseriusan, begitu juga dengan Nathan.

Mereka yang disana hanya diam dan mendengar pembicaraan antara Nathan dan juga Mario.

"Saya berjanji di depan papa dan Mama, dan kalian yang ada disini sebagai saksi. Saya Mario Maurer tidak akan pernah menyakiti putri anda yaitu istri saya sendiri, jika saya melanggar maka saya sendiri yang akan menghukum diri saya."

Hawa yang mendengar ucapan Mario begitu terharu, melihat kesungguhan Mario yang benar-benar menginginkan dirinya menjadi seorang istri.

Siapa yang tidak akan merasa terharu dan merasa begitu dicintai jika perkataan dan perlakuan sang pria begitu menyentuh hati.

"Terima kasih By.."

Tatapan penuh cinta Hawa hadiahkan untuk sang suami, dimana setiap pacaran kedua matanya mampu membuat Mario tidak bisa berpaling.

"You are my everything, my life and my death. I love you."

(Kamu adalah segalanya untukku, hidupku dan mati ku. Aku mencintaimu.)

Delapan tahun kemudian....

"Dad apakah adik bayi akan lahir?" Tanya si kembar yang bernama Enzio.

"Princes akan hadir ditengah-tengah kita, apa kalian senang meyambutnya?" Mario mengusap dua kepala putranya yang berdiri di depannya, sedangkan dirinya duduk dipinggir ranjang di mana sang istri sedang setengah berbaring.

"Enric, Zio apa kalian sudah menyiapkan nama untuk adik kalian." Hawa yang bertanya, tangan kirinya sudah terpasang jarum infus, satu jam lagi dirinya akan melewati kembali persalinan di meja operasi.

"Hem, sudah Mom." Kedua anak kembar itu mengangguk.

"Jadi Daddy tidak boleh kasih nama untuk princes?" Tanya Mario dengan satu alis terangkat.

"No dad, Daddy sudah memberi kami nama. Jadi giliran kami yang memberi." Jawaban Enzio membuat Mario tertawa, begitu juga dengan Hawa.

Setelah mengarungi rumah tangga hampir satu tahun, saat itu Hawa yang belum lulus sekolah harus mengandung. Tapi sekolah di negara Eropa tidak seperti di negara kelahiran. Hawa bisa menyelesaikan sekolah saat itu di usia kehamilannya yang baru memasuki tiga bulan. Dan gadis itu mampu melewati semua di usianya yang masih 17 tahun, tidak jauh berbeda dengan Ibunya dulu.

Kini mereka di karuniai dua anak laki-laki tampan yang memiliki wajah mirip, yang sekarang usianya masih 8 tahun.

Mereka tumbuh dengan begitu cepat, keduanya persis seperti Mario, wajah dan kulit paras tampan yang mereka miliki tidak luput dari foto copy wajah sang Daddy.

"Mommy, apa perut Mommy sakit?" Tanya Enzio, adik Enrico. Hanya berbeda lima belas menit dari Enrico yang lahir lebih dulu.

"Tidak sayang." Hawa mengusap kepala putranya.

Usianya yang tidak lagi remaja membuat Hawa semakin menjadi wanita dewasa, bagaimana tidak jika diusianya yang masih 18 tahun dirinya sudah memilki dua putra dan berusaha menjadi istri sekaligus ibu yang baik. Dan kedewasaan Hawa semakin terlihat saat wanita itu semakin bertambahnya usia di iringi dengan peran seorang ibu. Mario yang melihat sifat dewasa dan keibuan Hawa sejak putranya lahir menjadi semakin tidak bisa berpaling. Cintanya semakin besar dan semakin bertambah besar.

Ceklek

"Apa jadwalnya masih lama?" Tiba-tiba Marvin masuk keruangan Hawa.

"Sebentar lagi opa? ada apa?" Mario berdiri mendekati papanya.

Mario dan Hawa sepakat menggunakan bahasa kelahiran sang Istri jika dalam percakapan sehari-hari bersama keluarga. Tapi jika diluar Twins akan menggunakan bahasa Prancis atupun bahasa internasional seperti bahasa Inggris.

"En, Zio. apa kalian ingin pulang bersama opa?" Tanya Marvin kepada kedua cucunya.

Kedua anak kembar itu saling pandang, sedangkan Mario menatap kedua putranya.

"Kalian pulang bersama opa dulu, untuk ganti pakaian kalian. Nanti jika adik kalian sudah lahir Daddy akan memberi tahu."

Jika sang Daddy sudah berkata seperti itu, jelas jika mereka tidak ada lagi yang akan membantah.

"Baik Daddy." Enrico dan Enzio pun memilih pulang bersama opa Marvin.

"Mommy, jangan takut kami akan mendoakan Mommy dan princes." Enzio memeluk Hawa dan mencium pipinya.

"Iya sayang terima kasih." Hawa terseyum, dan mencium kening Enzio.

"Mommy must be strong, Mommy is the greatest woman." Enrico mencium kening sang ibu, Hawa yang mendapat perlakuan berbeda oleh putranya merasa tersentuh. Keduanya memiliki rasa cinta dan sayang yang sama besarnya, hanya saja mereka punya cara sendiri untuk menyampaikannya. Hanya saja Enrico yang sudah memiliki sifat dewasa dari pada Enzio, meskipun usianya masih kanak-kanak.

"Thank you son."

"Semoga persalinannya lancar, Daddy bawa pulang mereka dulu. Tidak baik lama-lama dirumah sakit." Ucap Marvin pada keduanya.

"Iya dad." Hawa terseyum.

"You must be strong, for princess Daddy." Marvin mengecup kening Hawa setelah memberi semangat.

Mereka pamit untuk pulang lebih dulu, dan kini hanya ada Mario dan Hawa yang ada di dalam ruangan itu.

"Kamu lelah." Mario kembali duduk disisi ranjang pasien, menatap istrinya yang tersenyum.

"Tidak, justru kamu yang lelah By." Hawa menggenggam tangan Mario.

"Tidak ada kata lelah, jika untuk kalian." Mario mengecup kedua punggung tangan sang istri.

"Terima kasih sudah memberikan ku kehidupan yang bahagia, aku tidak menyangka dengan semua ini. Tuhan memberikanku suami yang begitu sempurna, anak-anak yang pintar dan berbakti. Sungguh aku beruntung dan sangat bahagia sayang." Hawa bicara dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Wanita itu begitu tulus dengan ucapannya.

Mario tersenyum. "Akulah yang beruntung memiliki kalian, tanpa kalian aku tidak akan memiliki kehidupan selengkap dan sesempurna ini. Kalian hidupku belahan jiwaku." Mario mengecup kening Hawa begitu dalam, turun kedua mata pipi, hidung dan terakhir memanggut bibir ranum yang membuatnya candu sejak pertama kali menyentuhnya.

Keduanya berpangutan dengan waktu cukup lama, hingga suara pintu terbuka keduanya baru saling melepaskan.

"Sir saatnya nyoya masuk ruang operasi." Ucap suster yang masuk untuk membantu persalinan Hawa.

"Kamu wanita hebat sayang, aku akan selalu di sampingmu." Mario menggenggam tangan Hawa. "Sebentar lagi putri kita akan melihat dunia." Mario begitu terharu dengan rasa bahagia, mengingat sebentar lagi putri yang dia nantikan akan lahir ke dunia.

Mario banyak bercerita tentang masa lalu yang selalu membuat Hawa senang mendengarnya,masa lalu dimana perjuangan Mario menahan rindu ingin melihat gadis kecilnya tubuh dewasa, hingga saat gadis nya beranjak remaja memakai seragam putih biru, pertama kali dirinya melihat cinta pertamanya saat itu.

Hawa selalu tertawa ketika mengingat pertama kali mereka bertemu, dirinya yang lupa tidak membawa uang saat di minimarket, dan Mario lah yang dia mintai uang.

Oekk...oeekk.

"Terima kasih sayang." Mario mengecup seluruh wajah Hawa dengan rasa haru. Rasa bahagia yang tidak bisa diungkapkan ketika putrinya lahir dengan selamat tanpa kekurangan apapun. Begitu juga dengan Hawa yang menangis haru, untuk kedua kalinya dirinya harus berjuang di ruang operasi.

.

Terpopuler

Comments

Chen Aya

Chen Aya

mampir thor

2024-10-05

0

IndraAsya

IndraAsya

👣👣👣

2024-02-22

0

Sandisalbiah

Sandisalbiah

kehidupan Hawa.....jika dulu Nathan yg begitu posedih ke Hawa, sekarang kita intip bagai mana perlakuan Mari saat dia sendiri menjaga putrinya... bakal seperti Nathan kah.. atau lebih parah..? 🤭🤭

2024-02-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!