Mencinta kembali, apakah mungkin bagi Dewi Bhuana Joyodiningrat. Diusianya yang sudah lebih dari kepala 4 sekarang, dirinya kembali dihadapkan oleh 2 pria dari masa lalunya.
Ditinggalkan begitu saja, membersarkan anaknya sendirian. Dan kini orang itu kembali hadir berbarengan dengan orang lain dari masa lalunya.
Hendra Kusuma dan Aji Kurniawan. Satu adalah mantan suaminya, dan yang satu adalah temannya.
Siapakah dari kedua pria itu yang bisa membuat Dewi kembali mencinta?
Akankah putri Dewi yang bernama Aisya menerima kembali sang ayah yang meninggalkan mereka bahkan saat dia tidak diketahui sudah ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Loving Again 08
"Terimakasih Dokter, Terimakasih sudah bekerja keras."
"Terimakasih Dokter atas bantuannya."
"Ya sama-sama, kalian juga sudah bekerja keras. Aku pamit dulu ya."
Aji buru-buru keluar, dia melepaskan masker dan juga jubah operasinya lalu membuangnya ke tempat sampah. Hal yang selanjutnya ia lakukan setelah mengganti pakaiannya adalah pergi ke lobby.
Pria itu celingukan kesana kemari. Ya dia mencari keberadaan Dewi tapi sepertinya wanita itu sudah pergi.
Sebuah senyum terbit di bibir Aji. Dia merasa sedikit lucu dengan dirinya sendiri. Mengapa tiba-tiba sangat bersemangat dengan pertemuannya terhadap cinta pertamanya itu.
"Failed, katanya cinta pertama emang selalu failed ya hahhaha."
"Dok. Nyari Ibu yang tadi ya? Tadi langsung pergi setelah Dokter Aji masuk."
"Iya, makasih ya."
Aji melenggang kembali masuk lagi ke gedung rumah sakit. Tadinya mau pulang tapi dia urung dan memilih kembali ke ruangannya saja.
Di dalam ruangan, tidak banyak yang bisa dia lakukan. Ia pun memilih untuk membuka ponsel, namun tak ada pesan sama sekali yang masuk.
"Nasib jomblo nasib jomblo. Tidak ada yang mengirimi pesan atau sekedar menanyakan kabar. Haaah, memangnya aku setidak laku itu ya?"
Usianya hampir mencapai 50 tahun, namun terkadang Aji masih bersikap bak anak muda.
Sebenarnya bukannya tidak ada yang menyukai Aji. Meskipun sudah tidak memiliki usia muda, namun ada saja wanita yang ingin mendekatinya.
Dari janda, wanita yang usianya sudah matang tapi belum menikah, bahkan hingga wanita muda. Dia juga kadang didekati oleh para juniornya dan sering sekali diminta untuk menikahi ibu mereka.
Namun tak ada yang bisa menarik hati Aji. Setelah istri dan anaknya meninggal secara bersamaan, hatinya seolah tertutup rapat untuk cinta yang baru.
Aji yang memang supel, ramah dan bisa dikatakan sangat extrovert, memiliki banyak keakraban dengan orang lain. Namun tidak pernah sekalipun Aji menggunakan hatinya.
Tring
Sebuah pesan masuk, Aji tersenyum ketika membaca pesan tersebut. Ini adalah kali pertama semenjak bertahun-tahun berlalu ia kembali bersemangat atas sesuatu.
"Aku di Jl.Xxx No.xx, Bang. Maaf aku pulang dulu tadi."
"Oke, kapan-kapan aku mampir ya. Mari bicara tentang masa lalu yang menyenangkan untuk di kenang itu."
"Ya, silakan Bang."
Di seberang sana, Dewi hanya tersenyum kecil. Rasanya menyenangkan juga bisa berbicara tentang masa putih abu-abu. Dia merasa kembali ke masa dimana dirinya tidak memikirkan hal yang berat. Dimana masalah dalam hidupnya hanyalah seputar ulangan, pertemanan dan juga pandangan miring kakak kelas wanita.
"Hahaha, duuh lucu sekali kalau diingat. Fyuuuh."
Dewi membuang nafasnya kasar. Jika mengingat tentang masa lalu, sesuatu tentang pria itu pun jadi masuk ke dalam pikirannya.
Hendra, nama pria yang dulu sangat ia cintai itu hanya dalam kurun waktu tertentu berubah menjadi nama yang paling ia benci.
Dewi berpikir, mengapa pada saat itu dia sungguh bisa dibudakkan cinta terhadap Hendra. Padahal dulu kakak lelakinya sudah mengingatkan untuk berpikir ulang tentang pernikahannya. Namun dia bersikukuh untuk tetap menikah dengan Hendra.
"Jadi, apa mungkin di berselingkuh tak lama setelah kita menikah? Hanya itu kemungkinan yang menjelaskan mengapa dia bisa memiliki anak yang mungkin sepantaran dengan Aisya. Haah terserah lah, dia mau melakukan apa. Lagi pula ini sudah lewat puluhan tahun. Tak ada guna juga memikirkan itu. Masa sakit hati itu sekarang sudah lewat."
Dewi menyingkirkan semua pikirannya itu. Dia memilih untuk menuju ke dapur dan membuat makanan yang ia sukai. Tidak ada sang putri, kini Dewi benar-benar merasa sendiri.
Untuk bisa bergabung ke tempat dimana keluarga besarnya berada, masih membutuhkan beberapa waktu lagi.
Namun Dewi tidak mempermasalahkan hal itu. Selama ini dia sudah biasa hidup sendiri, jadi tak ada masalah jika menunggu beberapa saat lagi hingga dia bisa bersama-sama lagi dengan keluarganya.
*
*
*
"Kapan kau akan mengurus perceraian kita, Mas?"
"Lho, kenapa harus aku. Kan kamu yang ingin sekali bercerai dengan ku. Jadi seharusnya kamu yang mengurusnya."
Sesampainya di kediaman mereka, Hendra dan Delia nampak kembali ribut. Mereka melakukan itu saat anak mereka tengah tidak ada di rumah.
Alifa, dia yang sedang ke kampus lamanya untuk meminta referensi masuk S2 di Universitas Nusantara sepulangnya dari Pekanbaru memang tak langsung pulang ke rumah. Kesempatan itu digunakan Hendra dan Delia untuk saling bicara atau lebih tepatnya saling bersitegang.
Sungguh drama keluarga yang sangat indah. Hendra dan Delia selalu tidak akur saat Alifa tidak ada di rumah. Dan mereka akan menampilkan layaknya pasangan yang saling mencintai ketika di depan anak mereka.
"Kenapa jadi begitu, kamu kan sudah janji akan melakukannya. Aah aku tahu, kau tak ingin terlihat buruk di depan anak perempuan mu bukan?"
Hendra membuang nafasnya kasar. sudah lebih dari 20 tahun berumah tangga tapi sifat Delia sama sekali tidak pernah berubah.
"Kalau kamu memang ingin berpisah, ya ayo pisah saja. Tapi kamu yang harus lebih dulu menggugat dan bukannya aku, karena memang kamu yang ingin. Aku tahu mengapa kamu sangat ingin melakukan itu. Jadi silakan lakukan. Ah iya, memang benar aku tidak ingin terlihat buruk di depan Alifa, jadi silakan gugat aku. Layangkan surat pisah, maka aku akan dengan senang hari membubuhkan tanda tangan ku di sana."
Cih!
Delia berdecih, dia langsung pergi begitu saja meninggalkan rumah dan Hendra hanya membuang nafasnya kasar. Ia sudah tak lagi bisa menghalangi niat Delia itu.
Mungkin dulu saat ayah delia masih hidup, dia masih bisa berusaha mempertahankan semua ini. Tapi setelah ayah dari Delia meninggal, wanita itu semakin sering meminta pisah. Dan ya, dia semakin sering pergi dan tidak pulang ke rumah.
Jika biasanya dia hanya akan pergi ketika Alifa sedang tidak ada di rumah untuk sebuah kegiatan ataupun KKN, tapi semakin kesini Delia mulai berani untuk pergi meskipun Alifa di rumah.
Dengan berbagai alasan, Delia bisa pergi. Dan Hendra tahu betul kemana istrinya itu pergi.
"Mungkin ini adalah karma yang aku dapat. Dulu aku meninggalkan wanita yang sangat mencintaiku. Dan sekarang aku ditinggalkan oleh wanita yang aku cintai. Hanya saja, apa kiranya Alifa bisa menerimanya perceraian kami ini?"
Untuk perpisahannya sendiri, Hendra sudah pasrah. Tak ada lagi yang bisa dia pertahankan. Selama ini yang begitu ia pikirkan adalah putri satu-satunya yakni Alifa.
Hendra takut jika Alifa syok dan menjadi stress, itu akan sangat mengganggu kegiatannya belajar progam pasca sarjana nya.
Selama ini yang anak itu tahu, kedua orang tuanya sangat harmonis dan juga saling mencintai. Tapi pada kenyataannya tidak demikian.
"Bagaimana cara aku memberitahunya?"
TBC
Jatuh cinta berjuta rasanya
Biar siang, biar malam terbayang wajahnya
Jatuh cinta berjuta indahnya
Biar hitam, biar putih manislah tampaknya
🎶🎶🎶🤣
emng y,yg nmanya jth cnta tu ga pndang usia....brsa msih 17 thn....mga jdoh sm dewi y bang....