Dhea mencintai Vean, tapi Vean menjalin kasih dengan Fio—sahabat Dhea.
Mencintai seseorang sejak masih SMP, membuat Dhea terus saja berharap kalau cintanya akan bersambut. Sampai akhirnya gadis itu menyerah dan memilih pergi saat pria yang dicintainya akan bertunangan dengan sahabatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ROZE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26 Di Sudut Mana? (Revisi)
"Kamu sedang chat dengan pacar kamu?"
Arya hampir saja menjatuhkan ponselnya saat mendengar pertanyaan Fio.
"Maaf, kamu kaget ya?"
"Iya."
"Hehe, maaf-maaf. Aku mau nanya, Vean ke mana?"
"Pak Vean sedang rapat dengan deviasi penjualan."
"Oh, ya sudah aku tunggu di ruangannya saja. Ngomong-ngomong, kamu chat sama pacar kamu?"
"Bukan."
"Gebetan?"
"Bukan."
Fio mendengus, lalu kembali berkata, "Mau aku carikan pacar?"
"Tidak." Arya lalu melanjutkan pekerjaannya, membuat Fio lagi-lagi harus mendengus.
...💦💦💦...
Dhea memakan roti sambi membaca buku, meja belajarnya sangat penuh dengan buku-buku. Sesekali dia menoleh ke jendela kamarnya, melihat langit yang sangat cerah di luar sana. Dia lalu membuka ponselnya, memutar sebuah lagu untuk menemaninya membaca buku.
Ponselnya berbunyi, pesan dari teman kerjanya.
Dhea segara membalas pesan itu, dan sesekali tersenyum saat membaca. Sikap Dhea yang baik pada siapa pun, tentu saja membuat dia sangat mudah mendapatkan teman, hanya saja kadang dia suka minder kalau berteman dengan para orang kaya. Dia lebih suka berteman dengan yang biasa-biasa saja.
[Pasti kamu sedang belajar lagi, kan? Ck, kamu itu seperti orang yang tidak pernah menikmati hidup saja. Belajar kerja belajar kerja, itu-itu terus, apa tidak jenuh? Sekali-kali lah, kamu itu cari pacar!]
[Memangnya kamu sudah punya pacar?]
[Sialan! Oya, bagaimana kalau kita pergi berlibur.]
[Kamu saja.]
[Ayolah Dhea, jangan biarkan hidup jombloku semakin ngenes.]
[Lebih baik aku di rumah membaca buku.]
[Ck, pokoknya besok aku jemput. Aku mau traktir kamu makan, aku dapat uang banyak tadi pagi.]
[Kamu tabung saja uang kamu.]
[Yang ini memang untuk mentraktir kamu. Jangan biarkan kamu hanya makan mie roti, mie roti saja!]
[Terserah kamu, lah.]
[Nah, gitu dong.]
Dhea meletakkan lagi ponselnya. Dia jadi teringat seseorang yang sifatnya hampir sama dengan temannya yang bernama Clara ini.
Pandangan mata Dhea kembali ke jendela. Dia merangkai semua hal sejak beberapa bulan belakangan ini. Dhea tersenyum tipis, memegang dadanya yang berdetak kencang.
Aku tahu, kalian akan baik-baik saja tanpa aku.
Dhea membaringkan kepalanya di atas meja.
Apakah beberapa bulan ini terasa cepat atau lambat?
Apakah beberapa bulan ini terasa mudah atau sulit?
Apakah beberapa bulan ini lebih baik atau semakin buruk?
Dia tidak tahu.
Yang dia tahu, dia hanya perlu menjalani semuanya dengan baik. Sebaik yang dia mampu, dan sekuat yang dia bisa.
...💦💦💦...
"Vean, papa mau dua hari lagi kamu ke Amerika."
"Kenapa?"
"Ada pekerjaan yang harus kamu selesaikan di sana. Papa akan ke Bali untuk pekerjaan yang lain."
"Oke."
Dan malam ini, mereka berempat kembali berkumpul bersama.
"Dua hari lagi aku mau ke Amerika, ada pekerjaan di sana. Kamu juga ikut denganku, Ar."
"Baiklah."
"Amerika?"
Mendengar nama negara itu disebut, menimbulkan satu pemikiran bagi mereka.
Dhea di sana!
Fio melirik Vean dari ujung matanya. Dia ingin meminta Vean untuk menemui Dhea. Tapi apa Vean mau?
Atau aku ikut saja?
Sebenarnya sudah sejak dulu Fio ingin ke Amerika. Tapi karena kecelakaan itu, membuat dia sangat sibuk untuk menjaga Vean, lalu setelahnya sibuk kuliah.
Juna juga sama, melirik Vean dan Fio.
Inilah rumitnya cinta segitiga, apalagi di antara dua sahabat. Persahabatan itu, yang sudah terjalin sangat lama, akhirnya merenggang.
Yang satu harus mengalah, mengikhlaskan meski terasa berat, dan akhirnya malah memilih pergi.
Vean sendiri juga sebenarnya sangat paham. Dia tahu, mungkin saja Fio akan memintanya untuk mencari keberadaan Dhea. Tapi apa itu baik untuk semuanya?
Bagaimana kalau nanti Dhea kembali berharap? Sudah cukup mereka melukai hati gadis itu. Biarkan dia bahagia di sana, biarkan Dhea melupakan mereka seiring waktu.
Semoga di sana kamu baik-baik saja, hanya itu yang bisa aku doakan. Dan semoga saja kami juga bisa menemukan pria yang baik.
Mereka akhirnya makan dengan diam, meski pikiran mereka tidak bisa diam.
Dua hari kemudian, Vean dan Arya pergi ke Amerika.
Vean duduk sambil menatap awan di luar sana.
Dia kembali teringat terakhir kalinya dia bertemu dengan Dhea. Gadis itu tidak mengatakan apa-apa soal kepergiannya. Pasti Dhea sangat kecewa saat itu. Tapi sekali lagi, memberikan harapan palsu juga tidak baik, malah akan menambah luka dan menyakitkan hati.
Mereka akhirnya tiba di Amerika, dan langsung menuju perusahaan. Vean yang sudah terlatih mengurus perusahaan sejak sekolah.
"Selamat datang, Tuan," ucap Wiliam, orang kepercayaan yang ditugaskan di perusahaan ini.
"Ya."
Mereka menuju ruang rapat, dan melakukan meeting selama kurang lebih dua jam.
"Apa agenda saya untuk besok?"
"Besok Anda diundang di salah satu universitas, jam sepuluh pagi."
"Baiklah."
...💦💦💦...
Vean menatap langit malam di negara ini.
Apa dia betah di negara yang sangat padat ini?
Ada di sudut mana kamu tinggal?
[Arya, ayo kita cari makan.]
[Baiklah.]
Tidak membutuhkan waktu lama Vean mendapatkan balasan dari Arya. Mereka akhirnya pergi untuk mencari makan di luar hotel. Vean terlihat biasa saja melihat para perempuan yang berpakaian seksi. Hingga akhirnya mereka tiba di salah satu tempat makan.
sy mencari2 cerita yg berbeda..kebanyakan sama....hy beda nama tokok dan sedikit alur..trus klaim mrk yg awal membuat cerita..muak saya.
terima kasih thor,membuat cerita yg bagus..ah,knp baru nemu sy cerita bagus gini
cintanya dipupuk hingga subur
dimana nih rasa malunya
aku juga pernah lho namnya cinta dalam diam sama pacarnya sahabat sendiri tapi gk kyk Dhea terang²an dengan mengejar seseorang yang tak pasti!!
sakit hati kan rasanya ditolakk !!,,
udah baca 3 kali, udah tau Endingnya kek mana, tapi kenapa gk bisa nahan air mata