Khumaira, sosok istri ideal, namun ia memiliki suami yang hatinya bukan untuknya. Khumaira dengan cinta di hatinya tak pernah menyerah untuk memenangkan hati sang suami, ia terus berjuang sampai pada akhirnya hati suaminya mulai meleleh dan memiliki perasaan padanya. Namun siapa sangka wanita yang sangat di cintai suaminya kembali hadir di hidup mereka, dan itu membuat hati Khumaira kembali tersakiti karena kedatangan wanita yang dulu di anggap telah tiada, ternyata dia masih hidup, dan kedatangannya itu membuat sikap suami Khumaira kembali berubah padanya.
"Akankah Khumaira mampu mempertahankan pernikahannya?, atau memilih untuk menyerah?"
Temukan semua itu hanya di noveltoon "SUAMIKU BUKAN UNTUKKU."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SA.J, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Hukuman Maira.
"Kamu mau kemana?" tanya Arhand pada Maira.
Maira berbalik dan seketika menundukkan kepalanya karena masih malu dengan kejadian di dapur. "Ti-tidur," ujarnya gugup.
"Tidur di ranjang," ujar Arhand tetap datar.
"Hu?" tanya Maira kaget spontan menatap wajah tampan suaminya, namun sesegera dia kembali menundukkan kepalanya karena masih terlalu malu saat mengingat apa yang mereka lakukan di dapur tadi.
"Apa perlu aku mengigit telinga kamu lagi, biar bisa mendengar dengan baik?" ujar Arhand menatap misterius istrinya.
Maira mengelengkan kepalanya pelan tak lupa pipinya yang semakin memerah. Membuat Arhand mengeram karena hanya dengan itu mampu membuat sesuatu darinya bangkit.
"Apa sengaja dia menggodaku. Aarrgg, kenapa aku belakangan mudah sekali tergoda padanya," ujar batin Arhand menatap istrinya yang membaringkan tubuhnya di pinggir ranjang.
"Mas?" ujar kaget Maira saat tubuhnya tiba-tiba di tarik ke tengah dan di dekap dengan sangat erat.
"Kenapa?" tanya Arhand menatap Maira.
Maira mengelengkan kepalanya, dan kembali berbalik. Wajahnya tak henti-hentinya memerah saat mengingat kejadian saat di dapur di tambah sekarang suaminya tidur dengan memeluknya.
Maira mengigit ujung selimutnya karena gugup. "Tolong tenanglah. Tenang jangan berdetak seperti ini donk," ujar batin Maira pada dirinya sendiri karena jantungnya berdetak sangat kencang.
"Ternyata tidur seperti ini jauh lebih nyaman," ujar Arhand pada dirinya sendiri karena merasa sangat nyaman memeluk istrinya.
"Tapi tunggu, kenapa jantungku berdetak sangat cepat?, jantungnya juga berdetak lebih cepat?" tanya pada dirinya sendiri kala merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dan juga jantung Maira sama berdetak lebih cepat.
.....................
"Qes, Qes, ayo bangun. Kalau tidak kita akan terlambat datang ke kantor. Kamu mau perusahaan tidak meluluskan kita di PKL kita kali ini," ujar Anis ngedumel karena Qesya masih belum bangun sedangkan ini sudah jam berapa.
"Iya, iya, aku bangun," ujar Qesya bangun dengan terpaksa dan mata juga masih tertutup.
Namun Anis tidak peduli, karena mereka harus benar-benar segera berangkat. "Gitu donk. Ayo cepat mandi setelah itu kita berangkat."
"Huem," angguk Qesya.
"Ouuhm, ngantuk banget," ujar Qesya bangkit dari tempat tidurnya dengan mata masih terpejam.
Anis hanya bisa mengelengkan kepalanya, sembari membereskan tempat tidur, lalu menyiapakan barang-barang Qesya.
Dirumah kediaman Blanco terlihat tuan Muda Blanco masih sangat nyaman tertidur dengan mendekap istrinya, sedangkan Maira terlihat menahan sesuatu.
"Aduh, aku kebelet banget lagi, tapi jika aku bergerak Mas Arhand akan bangun, dan menjadi kesal karena menganggu tidurnya. Tapi aku sudah tidak tahan," ujar Maira lirih sembari terus menahan panggilan alamnya.
Dengan satu tarikan napas dalam-dalam Maira memberanikan diri membangunkan Arhand. "Mas, Mas," ujar Maira dengan sedikit mencolok lengan suaminya.
"Huem," ujar Arhand dengan keras terdengar seperti orang kesal.
"Tuh kan kesal, tapi aku juga sudah kebelet banget," ujar Maira takut namun perutnya sudah tidak bisa lagi dia menahannya semuanya, dengan gerakan cepat Maira melompat turun dar ? atas ranjang dan berlari masuk kedalam kamar mandi, bahkan Arhand sampai melongo melihat istrinya.
"Ah lega," ujarnya merasakan perutnya tak lagi sakit karena menahan sesuatu.
Maira memengan knock pintu untuk membuka pintunya, namun terhenti saat mengingat sesuatu. "Tunggu. Jika aku keluar Mas Arhand bakal marah gak ya?, Tadikan aku menghempaskan tangan Mas Arhand cukup keras pasti itu menganggu tidurnya dan membuatnya kesal. Bagaimana ini?" ujarnya khawatir dengan mengigit kukunya sendiri.
Tok.
Tok.
Tok.
Maira memejamkan matanya, ia begitu gelisa dan takut saat Mas Arhand tak henti-hentinya mengetuk pintu kamar mandi.
"Maira, buka pintunya. Cepat," ujar Arhand yang terdengar kesal.
"Iy-iya, Mas," sahut Maira ketakutan.
Dengan perlahan Maira membuka pintu kamar mandi, memperlihatkan wajah bantal suaminya yang terlihat kesal, dengan segera Maira menundukkan kepalanya.
"Kenapa lama sekali?, Apa yang kamu lakukan?" tanya Arhand namun Maira gak menjawab hanya mengelengkan kepalanya saja.
Maira ingin keluar dari kamar mandi, namun tangannya langsung kembali di tarik masuk ke dalam kamar mandi.
Mas?
"Mulai hari ini dan seterusnya kamu harus mandi bersama ku," ujar Arhand dengan mengkukung Maira di dinding kamar mandi.
"Hu?"
"Dan karena kamu membuat aku kesal maka kamu harus dihukum," ujar Arhand dengan senyum yang sulit di artikan.
Maira merinding ia takut jika Arhand akan mengerikan hukuman berat padanya, namun ia kembali di buat terkejut kala suamiku datarnya itu berbisik sesuai padanya.
"Hukumannya, sama seperti semalam saat di d dapur," bisik Arhand membuat bulu kuduk Maira merinding.
"Ha," mangap Maira.
Melihat kesempatan emas Arhand dengan cepat melahap makanan yang sudah menjadi candunya.
"Ueemm, Mas," ujar Maira saat napasnya sudah mulai abis.
"Mas?" ujar Maira kembali kaget saat tangannya menyentuh sesuatu yang panjang dan tegak.
"Lakukanlah," ujar Arhand dengan menekan pundak Maira agar berjongkok.
"Tapi, Ma-" ujar Maira terputus kala mulutnya sudah di penuhi sosis panjang berisi suaminya.
Arhand menekan kepala istrinya dan menarik pelan kebelakang, sampai Maira dengan sendiri melakukannya.
"Aaarh, aarh, ya, lakukan," racau Arhand.
......................
"Azlan, hari ini kamu tolong antar Rian ke sekolah ya," ujar Clarisa pada Azlan.
"Memangnya Kakak mau kemana?" tanya Azlan.
"Kakak ada meeting dengan klien, dan tempatnya tak searah dengan sekolah Rian," ujar Clarisa.
"Baiklah, Kak."
"Hore, Uncel yand antar ke sekolah," ujar Rian dengan girang.
Azlan menatap keponakan tersayangnya. "Kamu senang jika Uncle yang antar Rian ke sekolah?" tanya Azlan.
Rian menganggukkan kepalanya dengan sangat senang. "Lian senang. Senang banget malah," ujar Rian antusias.
"Oh, jadi kalau sama Mama gak senang?" ujar Clarisa pura-pura ngambek.
Dengan cepat Rian memeluk Mamanya. "No. Lian juga cenang api lebih cenang di antal Uncle kalena bisa cingga belanja dulu, iya kan, Uncle?" ujar Rian yang membuat Azlan ketar ketir karena mendapat tatapan horor dari sang Kakak.
Dengan segera Azlan lansung berdiri. "Ayo sayang, kita berangkat, nanti bisa telat," ujarnya pada Rian.
"Ok, Uncel," ujar Rian turun dari kursinya.
"Ma Lian pelgi cekolah dulu," pamit Rian pada Clarisa.
"Iya, Sayang, hati-hati," ujar Clarisa mengusap lembut kepala anaknya.
"Iya, Ma. Bay Ma, by Grandma, Grandpa," ujar Rian melambaikan tangannya sedangkan Azlan sudah lebih dulu keluar karena takut mendapat semprotan sang kakak.
"Bay, Sayang," ujar semuanya.
"Ma, Pa, Clarisa pamit pergi juga," ujar Clarisa ikut berdiri dari kursinya.
"Iya, Sayang, hati-hati ya," ujar Ny. Nadia.
"Iya. Bay," ujar Clarisa melambaikan tangannya.
"Bay," ujar Ny. Nadia membalas lambaian tangan putrinya.
......................
"Oh, astaga ... kenapa pakai macet segala sih," gerutu Qesya karena harus terjebak macet.
"Iya karena ini hari kerja, Qes. Makanya cepat bangun agar kita tidak terlambat," gerutu Anis.
Qesya melihat sekeliling dan melihat sebuah gank
"Nis, kita lewat jalan itu," ujar Qesya menunjuk gank kecil.
"Kamu gila yah, kalau kita lewat jalan itu kita akan terlambat karena jalannya jauh," kesal Anis.
"Lebih terlambat jika kita nunggu di sini," kesal Qesya juga.
Anis terlihat berfikir. "Ya juga sih," ujarnya menyetujui ucapan Qesya.
"Makannya cepatan," ujar Qesya tambah kesal.
"Iya, iya," ujar Anis lalu membelokkan motornya.
"Untung hari ini kita pakek motor, kalau tidak ... tidak tau lagi deh," ujar Anis dan mengendarai motor dengan kecepatan tinggi.
...#continue ......
...Haii, Readers jangan lupa;...
...Vote....
...Like....
...Comments....
...Favorite....
mudah"an mertua qesya dibukakan matanya biar bisa melihat kelakuan anaknya yang telah menyakiti qesya...
semoga qesya segera terbebas dari pesikopat Azlan.... semoga kamu bisa mendapatkan hukuman Azlan karena telah menyiksa qesya...
mudah"an mertua qesya dibukakan matanya biar bisa melihat kelakuan anaknya yang telah menyakiti qesya...
semoga qesya segera terbebas dari pesikopat Azlan.... semoga kamu bisa mendapatkan hukuman Azlan karena telah menyiksa qesya...
crazy up Thor
kepo nih sama qesya