Kanayah memeluk lututnya serta mengigit lengannya. Gadis itu tengah menahan tangisnya. Terlihat sebuah alat tes kehamilan dengan dua garis merah ia genggam dengan gemetaran. Kanayah hamil, dan lebih parahnya lagi benih dalam rahimnya itu adalah milik Jacob Garadha, putra sulung dari Keluarga Garadha yang saat ini telah memiliki tunangangan.
Kanayah menangisi dirinya yang begitu memiliki nasib mengenaskan. Hidup sebagai yatim piatu, dengan memiliki kelebihan wajah cantik bak dewi serta tubuh indah nyatanya tidak membuat hidup Kanayah beruntung. Karena kecantikannya itu Kanayah harus mengalami diskriminasi oleh warga desa dan difitnah sebagai penggoda hingga diusir dari desanya.
berharap di kota akan menemukan kebahagiaan namun nyatanya Kanayah justru harus merelakan harta wanitanya yang berharga di renggut paksa oleh Jacob Garadha.
Lalu akankah Jacob Garadha mau bertanggung jawab akan kehamilan Kanayah?
Dan bisakah hidup Kanayah berubah serta hidup bahagia? simak kisahnya di novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Duyung Indahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
"Kemana dia? "gumam Kanaya.
Sudah sedari pagi ia tidak mendapati Jacob kembali ke kamarnya. Perasaan khawatir mulai menyeruak dalam hati wanita itu. Terlebih Kanaya ingat kaki Jacob yang terluka tentu jika tidak segera di obati bisa mengakibatkan inveksi.
Karena rasa penasarannya Kanaya memutuskan keluar kamar walaupun Nyonya Celline sudah memperingati dirinya agar tetap di kamar dan beristirahat disana.
Kanaya melangkah menuruni setiap anak tangga berharap bertemu dengan Jacob atau ada orang yang bisa ia tanyai keberadaan pria itu saat ini.
"Maaf Kamu melihat Tuan Muda Jacob tidak? "tanya Kanaya pada seorang pelayan.
"Tuan Muda Jacob sedari tadi tidak terlihat di lantai bawah Nona, "jawabnya.
"Apa dia pergi bekerja ya? "gumam Kanaya namun masih bisa di dengar oleh pelayan itu.
"Maaf Nona, setahu Saya Tuan Muda Jacob tidak bekerja hari ini karena mobilnya masih berada di garasi. Mungkin saja Tuan Muda Jacob sedang berada di ruang kerjanya Nona."
"Begitu ya, kalau begitu terima kasih, "ucap Kanaya pada pelayan itu.
Walaupun Kanaya awalnya hanya seorang pelayan namun karena perintah Tuan Garadha dan Nyonya Celline yang mengharuskan seluruh pelayan menghormati Kanaya layaknya majikan mereka membuat pelayan yang ada di kediaman Garadha menghormatinya.
Setelah mendapatkan informasi dari pelayan itu, Kanaya kembali naik ke lantai atas dan berjalan menuju ruang kerja yang terletak di ujung sana. Saat mendekati pintu Kanaya lebih dulu mengetuk pintu ruangan tersebut.
tok tok tok
"Mas, ini Naya. Mas Jacob ada di dalam? "tanya Kanaya.
Lama tak ada sautan, akhirnya Kanaya memutuskan untuk memutar handle pintu itu yang kebetulan tidak terkunci.
Ceklek
"Mas di dalam? "tanya Kanaya.
Perlahan Kanaya berjalan memasuki ruang kerja tersebut di sana terdapat meja lengkap dengan kursinya dan beberapa rak buku serta terdapat sofa panjang. Netra Kanaya menelisi keseluruhan ruangan tersebut hingga akhirnya tatapannya berhenti pada sofa
Terlihat Jacob berada di sana tengah berbaring dengan kakinya yang terjulur di atas lantai. Merahnya darah masih mengalir dari kaki Jacob. Wanita itu melangkah mendekati Jacob yang tengah terpejam, sepertinya pria itu tak merasakan sakit sama sekali padahal darah yang keluar dari kakinya sangat banyak, karena khawatir Kanaya gegas keluar untuk mengambil P3K setelahnya ia kembali lagi untuk mengobati luka kaki Jacob yang tertusuk serpihan kaca.
"Shhht... Akh, "rintihan terdengar dari bibir Jacob.
Kanaya hanya mendongak lalu kembali mengobati luka itu karena kedua mata Jacob yang masih terpejam. Setelah memastikan seluruh serpihan kaca telah Ia ambil dan membersihkannya dengan cairan antiseptic Kanaya membalut kaki Jacob dengan perban.
Tidak hanya itu Kanaya juga membersihkan bercak-bercak darah yang ada di lantai.
Setelah semuanya selesai barulah, Kanaya berdiri di samping sofa hingga Jacob membuka matanya.
"Kamu sudah bangun Mas?"ucap Kanaya dengan senyuman manisnya.
Jacob tak menjawab, pria itu memalingkan wajahnya dari Kanaya. Jacob masih merasa bersalah karena telah menyakiti Kanaya dan membuat wanita itu takut padanya.
"Aku sudah tahu semuanya Mas dari Mama. Aku bisa mengerti kok kondisimu jadi Aku minta maaf mengenai masalah itu. Seharusnya Aku tidak terlalu dekat dengan pria lain.
Jacob memutar lehernya kembali menatap Kanaya. Dulu saat IED dia kambuh, Alexsa tidak pernah menemaninya dan mencari dirinya namun wanita yang kemarin ia nikahi ini mengatakan minta maaf padahal dengab jelas jika ia telah menyakiti Kanaya.
Sret
Jacob menarik tangan kanaya yang berdiri di sisi sofa tersebut hingga kini wanita itu berada di pangkuannya.
"Tidak kamu tidak bersalah, Akulah yang tidak bisa mengontrol emosiku dan membuatmu takut. Seharusnya aku tidak melakukan itu dan mendengarkanmu terlebih dahulu. Maafkan Aku telah menyakiti kamu dan dia (bayi dalam perut Kanaya),"ucap Jacob.
"Tidak Mas, dia baik-baik saja kok. Tadi cuma sedikit kaget saja, setelah itu dia sudah kembali tenang, "ujar Kanaya mengelus perutnya.
Tangan Jacob perlahan kedepan memegang tangan Kanaya yang tengah mengelus perutnya itu. Tubuh Kanaya membatu karena merasakan tangan Jacob, sontak saja ia menarik tangannya dari genggaman Jacob. Namun tangan Jacob justru kini bisa mengelus perut Kanaya secara langsung. Untuk pertama kalinya Jacob mengelus perut Kanaya.
Keduanya sama-sama sibuk dengan perasaan masing-masing. Kanaya yang sangat grogi karena posisi tubuhnya yang berada di atas pangkuan Jacob dengan tangan pria itu yang terus mengelus perutnya.
Sedangkan Jacob Entah mengapa saat tangannya terulur mengelus perut karena, hatinya begitu berbunga.
"Apa dia sudah bergerak? "tanya Jacob.
"Hah! Itu, tentu saja belum Mas, dia masih sangat kecil, "jawab Kanaya.
"Kapan jadwal periksa kandunganmu? "tanya Jacob masih mengelus perut Kanaya.
"Minggu depan Mas, "
"Nanti biar sama Aku untuk cek kandungannya."
"Emm, itu Mas kamu pasti haus aku ambilkan air ya." ucap Kanaya.
Kanaya menawari Jacob bukannya apa, dia hanya merasa risih dengan posisinya saat ini sehingga ia beralasan untuk mengambilkan air agar bisa bangkit.
Tetapi sepertinya Jacob enggan untuk melepaskan Kanaya pria itu masih setia memegang pinggang Kanaya dan mengelus perut wanita itu
"Saya tidak haus. Biarlah seperti ini terlebih dahulu,"ujar Jacob tidak terbantahkan.
Keduanya berada dalam posisi seperti itu selama beberapa saat, sampai ketika ketukan pintu membuat keduanya menyudahi posisi itu. Kanaya beranjak untuk membukakan pintu.
"Ada apa? "tanya Kanaya kepada pelayan yang mengetuk pintu.
"Itu Nona , ada Tuan Riko mencari Tuan Jacob, "jawab pelayan itu.
Kanaya menoleh pada Jacob menanti jawaban dari pria itu.
"Suruh dia kesini, "ucap Jacob diangguki pelayan itu.
Setelah mendengar jawaban Jacob, pelayan itu pamit pada Kanaya dan berlalu dari sana.
Seperginya pelayan itu, Kanaya kembali mendekati Jacob.
"Kamu ingin tetap disini? "tanya Jacob.
"Tidak Mas, Aku keluar saja.Takut ganggu kalian, "ujar Kanaya.
"Hem, kalau begitu kembalilah ke kamar untuk istirahat, "perintah Jacob.
"Tapi Mas, maaf Aku sudah sedari tadi berdiam diri di kamar, "ucap Kanaya.
"Kalau begitu kerjakanlah sesuatu yang tidak mengeluarkan tenaga, "ujar Jacob di angguki Kanaya.
"Kalau begitu, Aku keluar dulu ya Mas. "ucap Kanaya.
"Hem. "
Saat wanita itu keluar dari ruang kerja Jacob. Kanaya berjalan dengan pikiran melayang dengan ucapan Jacob yang memintanya untuk berkativitas namun tidak menggunakan tenaga.
"Emang aktivitas apa yang tidak memakai tenaga ya? gumam Kanaya berpikir.
***
TBC