Notes : Bukan untuk bocil.
"Panggil aku Daddy, Gadis Manis."
Abercio Sanchez. Andai Lucy tak menikah kontrak dengan pria itu, mungkin ... putrinya Ciara tak akan terjebak dalam kegilaan Abercio yang berstatus ayah sambung dari anak tersebut.
Ciara A. Garnacho. Seorang gadis polos yang kekurangan kasih sayang dari sosok ayah kandungnya. Kelemahan tersebut malah dimanfaatkan oleh Abercio yang menjadi ayah sambung dari gadis tersebut.
Hal apakah yang Abercio lakukan sehingga Ciara menuruti semua kegilaan Abercio saat menjadi ayah sambungnya?
Yuk, subscribe novel ini dan baca kelanjutan kisah Abercio dan Ciara!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheninna Shen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hamil?!
...“S-saya … hamil, Pak.” – Megan Fox...
“Nice dream, Sweetheart,” ucap Abercio pelan sambil tersenyum menatap tenangnya wajah Ciara yang sedang terlelap.
Setelah mengatakan hal tersebut, Abercio bangkit dari ranjang dan menuju ke kamar mandi. Tubuhnya benar-benar tak nyaman akibat seharian berlari ke sana ke sini karena tak tenang mencari Ciara. Jadi, ia harus mandi untuk menyegarkan tubuhnya.
Setelah mandi, Abercio keluar dari kamar mandi dan mengambil baju tidurnya ke lemari. Tak lama kemudian, ia menuju ke ruang kerjanya yang berada tak jauh dari kamar miliknya yang berada di lantai dua. Di dalam ruang kerja tersebut, Axel sudah duduk di sofa menunggu kedatangan Abercio.
“Pak,” Axel berdiri dari duduknya saat Abercio tiba.
“Duduklah,” ucap Abercio. Ia juga duduk di sofa berdepanan dengan Axel.
“Gimana keadaan Lucy? Kemoterapinya lancar?” tanya Abercio sambil menyilangkan kedua tangannya ke dada dan juga menyilangkan kakinya.
“Lancar, Pak. Hanya saja, ia terpaksa membotakkan kepalanya karena jumlah kerontokan rambut yang begitu banyak,” jelas Axel dengan posisi duduk yang tegap menghadap Abercio.
“Eum … saya nggak tau apa Bapak harus mengetahui ini atau tidak. Tapi ….” Axel ragu-ragu mengatakan hal apa lagi yang terjadi selama ia berada di US untuk membantu Lucy mendapatkan perawatan mengatasi penyakit Leukimia wanita itu.
“Katakan,” ucap Abercio datar.
“Di kepala Bu Lucy, ada beberapa bekas luka yang sudah menjadi keloid. Bahkan … hampir di sekujur tubuhnya yang tertutup pakaian juga ada begitu banyak bekas luka yang tak wajar untuk seorang wanita. Dokter menemukannya saat—”
“Haaa…” Abercio menghela nafasnya dengan kasar. Ia memijat pelipisnya karena tiba-tiba saja kepalanya menjadi sakit. “Apa sih yang ada dipikiran Markus itu?!”
“Menyiksa istri dan darah dagingnya sendiri,” sambungnya kesal.
“Apa … sebaiknya saya cari tau tentang Markus itu?” tanya Axel kepada Abercio.
“Hmm. Cari tau tentang Markus sekaligus pria yang saat ini sedang mengincar rubah kecilku,” perintah Abercio.
“Rubah … kecil?” Axel memicingkan matanya sambil menatap Abercio. “Sejak kapan Bapak memelihara ru—”
“Oh … maksudku Ciara. Anak tiriku sekarang. Cari tau identitas Leo, pria yang sedang mengincar rubah kecil itu,” ucap Abercio sambil berdiri dari duduknya.
“Tanyakan saja pada Bart hal apa yang telah kamu lewati selama berada di US. Dia mengetahui semuanya,” sambung Abercio sambil berlalu pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Abercio meregangkan tubuhnya dengan mengangkat kedua tangannya ke udara. Ia benar-benar kelelahan hari ini. Memikirkan besok ada meeting penting saja sudah membuat ia pusing. Ingin rasanya ia bergegas ke kamar menemui Ciara dan tidur sambil memeluk gadis itu.
“Haaa … aku rindu My Sweet Little Fox,” gumam Abercio pelan.
“Pak … m-maaf,” tiba-tiba Megan membuat langkah kaki Abercio terhenti. Ia melupakan Megan yang tadinya ingin mengatakan hal penting padanya.
Megan berjalan mendekat ke arah Abercio. Wajah wanita itu terlihat sendu dan sedih. Ia memeluk tubuh Abercio sambil menempelkan kepalanya ke dada Abercio. “Pak ….”
“Ada apa? Malam ini aku lelah,” tutur Abercio malas.
“S-saya … hamil, Pak,” ucap Megan ragu-ragu.
Di saat Megan mengatakan hal tersebut, saat itu Ciara sedang berada di depan pintu kamar Abercio. Ia terbangun karena perutnya sangat lapar. Ia bahkan memegang kantong plastik yang diberikan oleh Brian tadi. Kantong plastik itu sepertinya di bawa oleh Abercio ke kamar dan di letakkan di atas meja kecil samping ranjang.
Saat Ciara ingin keluar kamar dan ingin ke dapur untuk mengambil sendok serta memanaskan nasi tersebut, saat itu juga lah Ciara mendengarkan sesuatu yang tak seharusnya ia dengar. Kantong plastik yang ia pegang jatuh ke lantai dengan ekspresi wajahnya yang sangat terkejut.
“D-Daddy Cio … Megan … k-kalian ….” Ciara tak mampu meneruskan ucapannya. Kerongkongannya tercekat dan dadanya terasa begitu sesak.
Abercio langsung menoleh ke arah Ciara yang sedang berdiri menatapnya. Sorot mata gadis itu terlihat penuh amarah, luka, kecewa serta perasaan dikhianati yang bercampur menjadi satu. Dan hal yang paling mengiris hati Abercio saat itu adalah airmata yang perlahan menetes dari mata indah gadis itu.
...❣️❣️❣️...
...BERSAMBUNG…...
