Siapkan Tisue dan hati kalian ya untuk baca novel by Me!!!!
Jangan lupa Mampir Juga di karya Receh aku yang lain🙏
Bagaimana jika suami yang Bunga anggap baik dan setia, mencintai dia dengan tulus, ternyata hanya sebuah kedok untuk menutupi kebohongannya.
Bunga tak menyangka jika dia telah diduakan oleh Ilham, Suaminya. Apalagi Bunga memiliki Ibu mertua yang tak menyukainya sejak awal menikah.
Akankah Bunga bisa bertahan, dan memberi kesempatan pada Ilham? Dan mampukah Bunga untuk bertahan karena suatu tekanan, yang tak bisa membuat dia lepas dari Ilham.
Simak disini yuk🙃JANGAN LUPA TAP FAV, LIKE DAN KOMENTAR NYA....
SEBAB LIKE DAN KOMENTAR KALIAN SUNGGUH BERARTI UNTUK AUTHOR 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisyah az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebongkar Juga
Happy reading....
"Jawab! Apa benar yang dikatakan Nara, kalau kamu mendorong Mama sampai Mama terluka seperti itu? Jawab Bunga, jangan diam saja!" bentak ilham sambil menekan keras lengan Bunga.
"Apa jika aku mengatakan tidak! Kamu akan percaya? Jika aku mengatakan bahwa Mama ingin mendorong tubuhku, namun aku menghindar dan Mama yang tersungkur, apa kamu akan percaya? Aku rasa tidak! Kamu lebih mempercayai ucapan Mama dan juga Nara, ketimbang dengan ucapan aku, istri kamu sendiri." jawab Bunga dengan suara yang lantang.
"Kamu itu kenapa sih? Akhir-akhir ini kamu itu sangat berubah, tidak seperti Bunga yang aku kenal. Wanita yang pendiam, penurut, baik, lembut, tapi sekarang apa? Kamu bahkan membangkang pada suami kamu sendiri. Kamu bahkan berani menjawab ucapan aku, dan sekarang kamu mencelakai Mama."
Sakit! Saat Ilham tidak mempercayai dirinya. Padahal selama ini Ilham selalu membela dia, tapi sekarang jangankan untuk membelanya, Ilham bahkan tidak mendengar penjelasan Bunga sedikitpun.
Dengan kasar Bunga menghempaskan cengkraman tangan Ilham yang ada di lengannya, kemudian dia menatap Ilham dengan penuh rasa kecewa.
"Kamu bilang, aku berubah? Iya, aku memang berubah dan itu semua gara-gara kamu! Sekarang apa mau kamu, Mas? Kamu mau menceraikan aku? Silakan, itu kan yang di Harapan oleh Nara dan juga Mama? Jangan kamu pikir, aku tidak tahu semua kebohongan yang sudah kamu lakukan sama aku!" kesal Nara dengan nada tinggi sambil menunjuk wajah Ilham.
Bahkan dada Bunga pun naik turun menahan amarah, rasa sesak kini menyelimuti hatinya dan tidak bisa digambarkan bagaimana rasa itu? Benar-benar sudah tidak bisa dia bendung lagi.
Rasanya ingin sekali dia menampar wajah Ilham, tapi saat ini masih dia Tahan. Air matanya bahkan sudah lolos dari kedua mata indah milik Bunga.
"Apa kamu bilang! Cerai? Kamu jangan ngada-ngada ya! Aku tidak akan pernah menceraikan kamu!" kaget Ilham, saat Bunga meminta dirinya untuk menceraikan dia. Padahal tidak ada sedikitpun di hati Ilham untuk mengarah ke arah sana.
"Kenapa kamu serakah sekali ya, Mas? Kamu itu sudah punya Nara dan juga Azam, dan kamu masih ingin mempunyai aku? Kamu pikir, aku ini apa Hah? Kamu pikir, aku ini patung? Kamu pikir, aku ini hanya pajangan? Dengar ya, Mas! Jangan kamu pikir, selama ini aku tidak tahu apa yang sudah kamu sembunyikan dari aku. Kamu dan Nara itu adalah suami istri kan? Dan Azam adalah anak kalian?"
Akhirnya kata-kata yang seharusnya ditahan oleh Bunga, keluar juga. Dia benar-benar sudah tidak tahan dengan semua yang terjadi, dia terlalu rapuh untuk membalaskan rasa sakit dan juga dendam nya kepada ilham dan juga Nara.
Ilham, Nara, dan juga tante Farah tentu saja sangat syok, saat mendengar ucapan Bunga. Pasalnya mereka tidak tahu, jika Bunga telah mengetahui semuanya. Mengetahui tentang pernikahan Ilham dan juga Nara.
"Sayang... Apa maksud kamu? Aku tidak menikah dengan Nara! Kamu jangan mengada-ngada deh," ujar Ilham dengan gugup, sambil mencoba memegang kedua tangan Bunga.
Mendengar jawaban Ilham, Bunga tertawa sumbang. Tawa yang terdengar getir di telinga. Bahkan Nara dan juga Tante Farah tidak berani membuka suara, mereka masih menikmati pertengkaran antara Ilham dan Bunga.
"Mas, Mas... Kamu pikir aku sebodoh itu? Sepandai-pandainya kamu menyembunyikan bangkai, pada akhirnya akan tercium juga, Mas." Sentak Bunga.
"Sayang, kamu salah faham. Aku dan Nara tidak mempunyai hubungan apapun? Kami hanya--"
Prok...
Prok...
Prok...
Bunga memotong ucapan Ilham dengan tepukan tangan. "Hebat, Hebat... Kasihan sekali kamu Nara, kamu tidak di anggap oleh Mas Ilham sama sekali? Ckckck, sungguh miris," ujar Bunga dengan nada menyindir ke arah Nara.
Nara yang mendengar itu pun akhirnya terpancing emosinya, kemudian dia berucap. "Mas, sudahlah akui saja kalau aku ini istri kamu! Lagi pula, Mbak Bunga juga sudah tahu semuanya kan?"
"DIAM KAMU!" bentak ilham kepada Nara.
Bunga hanya tersenyum miring saja melihat kepanikan dan juga kegugupan di wajah Ilham. Kemudian tante Farah yang tadinya hanya diam saja, membela Nara saat Ilham membentak nya.
"Ilham, kamu tuh jangan membentak Nara seperti itu? Benar apa yang dikatakan dia. Lagi pula wanita mandul ini sudah tahu semuanya bukan? Kenapa kamu masih menutupinya!" bentak tante Farah kepada Ilham.
Namun sayang, Ilham tidak mendengar ucapan sang Mama. Dia masih mencoba merayu Bunga dan menggenggam kedua tangan Bunga. "Sayang, please kamu dengarkan dulu penjelasan aku. Ini tidak seperti yang kamu bayangkan."
Bunga tersenyum mendengar ucapan Ilham, kemudian dia menghapus air matanya dengan kasar. "Kamu tahu, Mas sesakit apa hatiku? Sehancur apa jiwa ragaku, saat melihat dan mengetahui jika Nara adalah istrimu, dan Azam adalah anakmu? Tetapi satu hal Mas, hatiku telah beku saat kamu menghianatiku. Hatiku telah mati kepadamu, Mas."
Duuar...
Bagai disambar petir di pagi hari, Ilham begitu terkejut saat mendengar penuturan Bunga. Dia tidak menyangka jika perasaan Bunga kepadanya telah mati, dan bukan itu yang ilham inginkan.
"Sayang, kamu salah paham. Lagi pula kamu dapat berita dari mana, kalau aku menikah dengan Nara?" Ilham bertanya dengan begitu heran, dari mana Bunga mengetahui tentang pernikahannya dan juga Nara.
"Tidak perlu kamu tahu, Mas! Aku mendapatkan informasi itu dari mana? Tapi satu hal yang harus kamu tahu, sepandai-pandainya kamu menyembunyikan rahasia ini. Pada akhirnya aku akan tahu juga bukan? Sudahlah, tidak usah bersandiwara Mas. Aku sudah mengetahui semuanya, dan aku akan mengurus surat perceraian kita!" tegas Bunga sambil melepaskan pegangan tangan Ilham di tangannya, dan pergi meninggalkan tempat itu untuk menuju ke kamarnya.
Rasanya Bunga sudah muak jika harus berlama-lama berada di lingkungan mereka, dan saat Ilham akan mengejar Bunga, Nara menahan tangan Ilham dan menggelengkan kepalanya. Begitupun dengan tante Farah.
Ilham mengacak rambutnya dengan kesal, dia tidak menyangka jika selama ini Bunga sudah mengetahui rahasianya. Padahal Ilham akan membicarakan itu dengan Bunga secara perlahan, tetapi malah Bunga sudah mengetahui semuanya. Dan saat ini Bunga malah marah kepada dia.
'Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak ingin bercerai dengan Bunga. Aku tidak ingin berpisah dengannya. Aku masih sangat mencintainya! Aku harus mencari cara untuk mempertahankan Bunga berada di sisiku,' batin Ilham memikirkan rencana agar ia masih bisa mempertahankan Bunga.
Bersambung............