Penghianatan Suamiku
Happy reading.......
"Mas, ini kopinya di minum ya! Sini aku pakaikan jasnya," ucap Bunga kepada Ilham, yang saat itu sudah bersiap-siap untuk pergi ke restorannya.
Bunga Maheswari, seorang wanita cantik yang berusia 27 tahun. Dia menikah dengan seorang pengusaha ternama, yang memiliki beberapa restoran di Indonesia. Dan dia bernama Ilham Prayoga. Mereka sudah menikah Lima Tahun lamanya. Tetapi sayang, rumah tangga mereka masih belum dikarunai seorang anak.
"Mas, apa kamu nggak bisa temenin aku hari ini ke dokter? Kita kan mau cek kesuburan. Lagi pula, aku males kalau harus diomong terus sama Mama, kalau aku wanita mandul. Padahal sudah beberapa kali cek, aku ini subur."
Bunga memang berencana hari ini akan ke dokter kandungan untuk mengecek kesuburannya kembali. Dia ingin menjalankan program hamil bersama dengan Ilham, tetapi Ilham menolak, karena dia bilang jika hari ini dia banyak sekali pekerjaan yang harus dihandle, dan tidak bisa mengantar Bunga untuk ke dokter.
"Iya sayang, aku minta maaf ya. Lain kali pasti aku antar kok! Kalau gitu aku berangkat dulu ya, kamu hati-hati di rumah."
Cup
Ilham mengecup kening, pipi, dan juga bibir Bunga sekilas, sambil mengusap wajah mulus Bunga. Kemudian dia pun pergi dari rumah tanpa sarapan, karena Ilham banyak pekerjaan hari ini, jadi dia tidak sempat sarapan.
Bunga menghela nafasnya dengan pelan, dan memandang kepergian suaminya itu sampai mobil yang dikendarai Ilham keluar dari pagar rumahnya.
"Ya sudah, seperti biasa aku berangkat sendiri," gumam Bunga sambil masuk kembali ke dalam rumah, dan menaiki tangga untuk ke lantai atas menuju kamarnya.
Rumah tangga Bunga dan juga Ilham terbilang sangat harmonis. Mereka menjalani rumah tangganya dengan bahagia, hari-hari selalu mereka lewati dengan senyuman. Karena Ilham juga sangat menghargai Bunga, terlebih dia juga sangat mencintai Bunga. Walaupun mereka belum mempunyai anak, tetapi Ilham tidak mempermasalahkan itu.
Bunga mengambil foto yang ada di atas nakas. Foto pernikahan dia dengan Ilham, jarinya mengusap foto itu dengan lembut.
"Aku berharap, pernikahan kita akan langgeng dan sampai kakek nenek. Dan aku juga berdoa, agar allah segera mempercayakan rezeki di dalam perut ku. Walaupun saat ini kamu sibuk, tapi aku yakin, kamu pun juga ingin mempunyai seorang anak ya Mas," ucap Bunga dengan lirih,bsambil tersenyum manis menatap foto pernikahannya dengan Ilham.
Bunga pun mengambil tas untuk pergi ke rumah sakit, dia pun menuruni tangga menuju lantai bawah sambil menenteng kunci mobilnya. "Bibi..." Panggil Bunga pada pelayan yang ada di sana.
Tidak lama, seorang pelayan yang berumur 40 tahun pun menghampiri Bunga. "Iya Nyonya! Ada yang bisa saya bantu !/Nyonya?" Tanya Penti, seorang pelayan yang ada di sana.
"Bi, hari ini aku mau ke rumah sakit. Aku titip rumah ya Bi. Mungkin nanti pulangnya agak siangan." Setelah mengatakan itu, Bunga pun pergi keluar. Namun baru saja dia akan menaiki mobilnya, tiba-tiba sebuah mobil sedan berwarna hitam datang dan berhenti di samping mobil bunga.
Melihat itu bunga tersenyum miring, dia kembali menutup mobilnya kembali. Bunga sangat tahu, mobil siapa itu yang baru saja datang. Dan benar saja, tidak lama seorang perempuan paruh baya berusia 50 tahun pun turun dari mobil tersebut, dengan gaya angkuh dan elegan wanita itu menghampiri bunga.
"Mau ke mana kamu pagi-pagi kayak gini?" Tanya ibu Farah mertuanya Bunga.
"Aku mau ke rumah sakit Mah, mau cek kesuburan, sekaligus mau ikut promil juga," jawab Bunga ambil menyalami tangan mertuanya itu.
Mendengar jawaban Bunga, Ibu Farah tersenyum sinis. Kemudian dia pun berdecih. "Ciih, periksa kandungan! Buat apa? Emang udah dasarnya kamu mandul, ya mandul aja! Kamu nggak bakalan punya anak. Lagian, saya heran sama Ilham? Kenapa harus bertahan dengan wanita mandul seperti kamu? Sudah jelas-jelas tidak bisa memiliki keturunan," hina ibu Farah dengan tatapan sinis ke arah Bunga.
Bunga memejamkan matanya, menghela nafasnya dengan pelan. Dia mencoba meredam emosi yang ada di dalam dirinya, sebab bukan kali pertama Ibu Farah mengatakan itu kepadanya. Bahkan sering, setiap hari selalu ada cacian dan makian yang selalu keluar dari mulut pedas wanita paruh baya itu.
Ibu Farah memang tidak menyukai Bunga saat dia menikah dengan Ilham, karena Bunga berasal keluarga seorang pedagang nasi goreng.
"Dokter sudah bilang kok Mah, kalau Bunga ini nggak mandul. Kandungan Bunga subur kok! Mas Ilham juga sama, subur. Mungkin memang Allah, belum memberikan kami rezeki saja! Lagi pula, tidak ada salahnya bukan Mah, jika aku dan masih Ilham itu berusaha? Karena kami--"
"Halaaah... Usaha apa lagi? Emang udah dasarnya mandul, ya mandul! Gggak bakalan punya anak! Kamu tuh, seharusnya pisah aja dari Ilham. Kamu pikir, Ilham akan bertahan sama kamu, dengan keadaan kamu yang seperti ini? Rumah tangga itu nggak akan lengkap tanpa anak." Potong ibu Farah dengan nada menghina sambil menyentak.
Ucapan Ibu Farah begitu menusuk dan menohok ke hati Bunga. Walaupun sudah beberapa kali wanita itu mengucapkan, bahkan tidak terhitung, tetapi tetap saja kata perkata yang wanita itu diucapkan, dan keluar dari mulutnya membuat hati Bunga teriris.
Gimana tidak? Seorang perempuan, dan juga seorang istri tentulah ingin mempunyai seorang anak. Mereka juga ingin merasakan bagaimana menjadi seorang ibu. Tetapi jika mereka belum hamil, apa itu salah mereka? Jika Allah memang belum menakdirkan, lalu apa juga itu salah mereka.
"Kalau gitu Bunga pamit dulu ya Mah, Assalamualaikum," ucap Bunga sambil mencium kembali tangan Mama mertuanya itu dan masuk ke dalam mobil.
Bunga tidak mau berlama-lama berhadapan dengan Mama mertuanya, karena dia yakin setiap kata yang keluar dari mulut wanita itu, pasti akan menohok hati bunga dan akan membuat Bunga benar-benar sakit hati.
"Ciiih, dasar menantu durhaka! Mertua datang malah pergi. Sana pergi aja, tuh periksa kandungan kamu! Emang udah dasarnya wanita mandul, ya mandul. Nggak bakalan punya anak," umpat Ibu Farah sambil melipat kedua tangannya di depan dada, dan menatap sini ke arah mobil Bunga yang mulai keluar dari pagar rumahnya.
Air mata yang Bunga tahan sejak tadi, tiba-tiba saja mengalir. Walaupun dia sudah terbiasa dengan kata kata pedas dari mulut mertuanya, tetapi tetap saja, hati Bunga begitu lembut, dan hatinya gampang terluka.
"Ya Allah, kuatkanlah aku untuk menghadapi ibu mertuaku. Karena walau bagaimanapun, dia sudah menjadi orang tuaku juga. Jadi aku mohon kepadamu, teguhkan hatiku ya Allah! Besarkan, dan kuatkanlah kesabaran di dalam diriku, agar aku bisa menerima semua perkataannya dengan lapang dada, walaupun perkataannya selalu menyakiti hatiku." Bunga berujar sambil mengusap air matanya yang mulai jatuh membasahi kedua pipinya.
------------------------------
Setelah sampai di rumah sakit, Bunga pun langsung masuk ke dalam ruangan dokter yang biasa dia untuk memeriksa kandungannya. Karena setiap bulan Bunga selalu ke sana mengecek kesuburannya.
"Bagaimana dok? Kandungan saya memang subur bukan?" Tanya Bunga saat dokter selesai memeriksa dia.
"Semuanya bagus kok Bu," jawab dokter itu sambil duduk di kursinya.
Bunga menghela nafasnya dengan panjang, wajahnya terlihat begitu sendu menyimpan beribu kesedihan.
"Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Jika memang Allah belum berkehendak, kita sebagai hambanya bisa apa? Kalaupun kamu melakukan ini dan itu, tetapi jika Allah belum berkehendak, kita tidak akan bisa melakukan apa-apa. Karena anak itu adalah rezeki yang Allah titipkan," jelas dokter yang ada di hadapan bunga yang bernama Anita.
"Iya dok, saya tahu anak itu adalah rezeki dari Allah. Tapi kenapa ya dok, sampai saat ini saya tidak bisa hamil? Jujur Dok, saya takut jika nanti suami saya malah berpaling, karena saya tidak kunjung memberikan dia anak."
Mendengar ucapan Bunga, dokter Anita malah terkekeh. "Ibu ini tenang saja! Jika memang suami Ibu mencintai ibu dengan tulus, pasti suami ibu akan menerima Ibu apa adanya. Kita sebagai manusia hanya bisa berada doa dan juga berusaha. Selebihnya semua keputusan ada di tangan Allah. Mungkin saja, Allah belum mengasih Rezeki itu kepada Ibu, karena Allah mempunyai rencana lain? Kita tidak pernah tahu, rencana apa yang Allah telah siapkan untuk kita."
Bunga tersenyum mendengar penjelasan sang dokter, hatinya sedikit lega setiap kali berbicara dengan dokter Anita. Karena jika Bunga menceritakan keluh kesahnya kepada dokter Anita, hatinya sedikit tenang. Sebab Bunga merasa jika dia selalu mendapat wejangan dari seorang ibu. Maklum saja, dokter Anita itu sudah berumur 51 tahun.
"Terima kasih ya dok, kalau begitu saya pamit pulang dulu, assalamualaikum," ujar Bunga kepada dokter Anita
"Waalaikumsalam..."
Bersambung,........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 259 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
baru baca karyamu yang ini thor,,,
2024-08-28
1
Pisces97
mampir lagi Thor baca ulang cerita bunga
sudah menyangkut tentangan anak emang sensitif banget
gak heran jika mertua begitu
2023-09-26
0
⛄🐿Polin🐼shipper🐈💕
oh ini cerita bunga shbt Tina ya Thor,, ternyata tulisan otor bnyk jg
2023-03-01
0