Menikah dengan dosen sendiri?
Cinta Aida tidak pernah menyangka lelaki yang dijodohkan kedua orang tuanya adalah lelaki yang selamat setahun lebih dia benci. Bagaimana tidak, setiap kali dia melakukan kesalahan di kampus, hukuman yang diterima sangat tidak masuk akal. Namun ternyata pak dosen yang dia benci adalah calon suaminya sendiri.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya, akankah cinta tumbuh di hati keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Raditya melangkah masuk ke dalam kelas, melihat Aida sedang tertidur dengan posisi kedua tangan dilipat di atas meja.
"Jam pelajaran saya sudah mau habis,lima belas menit lagi Bu Naya yang akan menggantikan saya disini," ucap Raditya tegas.
"Iya,Pak," sahut semua mahasiswa dan mahasiswi.
Cantika saat ini berusaha menyelamatkan sahabatnya dari hukuman tidak masuk akal Raditya. "Da,Pak Radit udah masuk kelas. Jangan sampai Lo di omelin dan disuruh bersihin ruangannya atau lebih parah lagi." Namun seperti biasa, Aida tidak akan semudah itu terbangun dari tidur lelapnya.
Raditya melirik pada kursi yang diduduki Aida, tetapi dia membiarkan sang istri terus tertidur.
Tanpa dia sadari, Cantika terus memperhatikan sambil bertanya-tanya dalam hati.
"Tumben Pak Radit nggak marah, tapi jangan-jangan dia lagi happy hari ini? Emang beda kalau pengantin baru. Semenjak menikah kayaknya kak Radit lebih bisa mengendalikan emosi," gumam Cantika yang biasanya melihat Raditya selalu memarahi Aida, meskipun Aida hanya telat satu menit.
Raditya berdiri dari tempat duduknya saat melihat Naya masuk ke dalam kelas.
"Jam pelajaran saya sudah habis. Silakan lanjutkan pelajaran kalian bersama Dosen Naya,"ucap Raditya. "Saya permisi."
"Baik,Pak," seru semua orang di dalam kelas.
Naya berjalan lenggak lenggok sambil melirik Aditya saat berpapasan dengan sang dosen. "Selamat siang menjelang sore, Pak Radit," sapanya ramah.
"Siang," senyum Raditya lalu berjalan menuju pintu.
Kini Naya mulai menyadari ada mahasiswinya yang tertidur mulai terlihat emosi.
"Aida!"teriak Naya sambil memegang penggaris panjang.
mendengar itu, dengan cepat Raditya kembali masuk ke dalam kelas, berjalan cepat menuju kursi Cantika. "Biar saya yang membangunkan Aida. Mungkin dia masih kurang sehat."
Naya membulatkan kedua mata lebar, melihat Raditya memberi perhatian lebih pada mahasiswinya.
"Aida,badan kamu panas," ucap Raditya saat memegang lengan Aida.
"Kita pulang sekarang." Tak lagi memikirkan orang-orang yang menantang bingung, Raditya langsung menggendong Aida lalu membawanya keluar dari kelas.
"Pak, Aida mau dibawa ke mana?" tanya Cantika bingung. "Biar saya aja yang membawa Aida pulang."
Raditya tetap melangkah cepat keluar dari ruang kelas menuju parkiran, tak lagi memikirkan tanggapan orang-orang.
"Ada hubungan apa Aida dan Pak Radit? Apa mereka saudara?" gumam Naya.
Cantika tak kalah bingung, setelah tadi Raditya membiarkan Aida tidur di jam pelajaran, lalu sekarang... Raditya membawa Aida.
'Apa benar kalau Pak Radit dan Aida? Ihhhh, nggak mungkin. Tapi kenapa Pak Radit kelihatan khawatir banget sama Aida?' gumam Cantika.
Tak berapa lama setelah Raditya dan Aida pulang, Cantika didatangi oleh Edo yang berdiri di depan pintu.
Naya melihat ke samping lalu bertanya. "Cari siapa? Kamu mahasiswa di kampus ini?"
"Do," sela Cantika lalu berdiri. "Bu, maaf saya keluar sebentar. Dia saudara saya."
Naya mengangguk pelan. "5 menit, setelah itu kamu kembali ke kelas!"
"Baik,Bu,"balas Cantika lalu memegang lengan Edo.
"Di mana Aida? Kok gue nggak ngeliat dia? Can,Lo kenapa sih? Jawab dong!" kesal Edo menghentikan langkah kakinya.
Cantika berhenti. "Oke, gue kasih tahu. Tadi badan Aida panas terus dia dibawa sama Pak Radit pulang, dosen kami."
"Panas? Aida sakit?"Edo panik.
"Gue nggak tahu sakit atau enggak. Tapi kayaknya dia emang lagi demam,"jawab Cantika.
"Terus kenapa Aida dibawa sama dosen? Emang dia dan dosen itu punya hubungan apa?"selidik Edo.
"Jawab!" desak Edo sambil memegang kedua lengan Cantika.
Cantika meringis merasakan sakit di lengan akibat cengkraman tangan Edo.
"Dosen itu pamannya Aida,"dusta Cantika ingin menjaga perasaan Edo.
"Paman? Lo yakin? Lo nggak nyembunyiin sesuatu kan?" Edo memicing.
"Gue serius, dia cuma pamannya Aida. Dia bawa Aida pulang ke rumahnya," jawab Cantika.
"Makasih infonya. Gue mau ke rumah dia,"ucap Edo lalu berjalan meninggalkan Cantika.
Tubuh Cantika terhuyung ke belakang, nyaris saja jantungnya copot karena bingung harus menjelaskan apa pada Edo tentang hubungan Raditya dan Aida.
"Semoga Aida bukan istri Pak Radit. Ya Allah, gue nggak tega banget kalau bener Aida udah nikah. Gimana perasaan Edo? Dia pasti kecewa banget,"gumam Cantika lalu kembali ke kelas.
...****************...
Aldo tersenyum licik. "Jadi sekarang Edo punya kelemahan. Dia punya cewek yang paling dia cintai. Gimana kalau gue ngerusak cewek itu? Apa dia bakal ngeluarin racunnya dan membunuh kita semua?"
"Ide bagus tuh,Bos. Kalau kita bisa hancurin hidup cewek itu. Biar si Edo kapok. Gue yakin dia bakal memohon sama Bos sampai bersujud agar Bos mau melepaskan ceweknya."
Aldo tertawa. "Ternyata Edo bisa dengan mudah gue hancurin. Siapa suruh Lo bisa secinta itu sama cewek. Cewek itu racun,dia bisa jadi bumerang buat hidup Lo. Dan sekarang bumerang itu bakal menyerang Lo sampai Lo memohon ampun sama gue."
"Jadi gimana rencana Lo? Apa kita bawa aja langsung cewek itu ke markas?" tanya Lexi.
"Jangan! Kita nggak boleh gegabah. Lagian kalau kita langsung bawa dia ke markas, kesannya kita menculik dia,gue nggak mau berurusan sama polisi," jawab Aldo.
"Jadi gimana? Apa Lo punya cara lain yang lebih baik?" tanya Lexi.
"Gue punya caranya," ucap Aldo,lalu berbisik pada Lexi yang duduk di samping kiri.
