Sequel Empty Love Syndrome
IG elis.kurniasih.5
Alexander Kenneth adalah CEO yang dikenal killer. Tidak ada yang bisa bertahan lama menjadi sekretarisnya, hingga dia meminta seorang wanita untuk menjadi sekretarisnya.
Bilqis Thalita wanita bar bar yang ceroboh dan kerap melakukan kesalahan, ternyata menarik perhatian Alex karena kemiripannya dengan mendiang istri.
"Dasar Bos Killer. Lihat saja, aku akan menaklukkanmu," janji Bilqis pada dirinya sendiri saat berdiri di depan cermin kamar mandi kantor.
Bagaimana Kisah Bilqis dan Alex selanjutnya? Akankah Bilqis mampu menaklukkan bos killer itu hingga ke dasar hatinya? Lalu bagaimana dengan phobia Bilqis yang tidak mau memiliki hubungan dengan pria?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Latar belakang Bilqis
“Nak Alex sudah lama mengenal Bilqis?” tanyanya.
Alex menggeleng. “Belum, Bu. Baru beberapa bulan.”
“Nak Alex teman Bilqis kerja ya?”
Alex mengangguk. “Ya.”
“Oh, jadi Nak Alex ini karyawan baru toh. Soalnya Bilqis kerja di sana sudah lama, Nak. Ibu bersyukur sekali Bilqis bisa kerja di sana. Dengan hasil kerjanya, Bilqis bisa bantu Ibu buat beli rumah ini. Dia juga bisa bli mobil sendiri. Bahkan membiayai adiknya kuliah.”
Alex langsung tercengang. Ia baru mengetahui ketangguhan wanita itu. Alex pun semakin terpesona.
“Oh ya? Luar biasa Bilqis ya Bu,” jawabnya yang memang benar-benar mengagumi Bilqis.
Laila terus menceritakan tentang kepedihan perekonimannya sebelum Bilqis lulus kuliah dan bekerja di perusahaan milik Alex.
Alex mendengarkan cerita Laila dengan serius. Ia tidak menyangka kehidupan Bilqis begitu menyedihkan. Wanita itu harus bekerja keras untuk menggapai mimpinya hingga menjadi seperti sekarang. Padahal di usia Bilqis seharusnya hanya tahu bersenang-senang tanpa mempedulikan bagaimana memajukan nasib keluarga.
“Maaf, memang ayah Bilqis di mana, Bu?” Alex terpaksa menanyakan hal itu, karena sedari tadi Laila tidak menyebut sosok suaminya.
Laila menarik nafasnya kasar dan terdiam sejenak.
“Maaf, Bu. Jika tidak berkenan untuk menjawab, tidak apa.”
“Tidak … Tidak …” Laila langsung menjawab cepat kecanggungan atas pertanyaan Alex. “Sebagai calon Bilqis, kamu memang harus tahu.”
Dahi Alex pun mengernyit. Namun, ia tetap tersenyum. ternyata wanita paruh baya di depannya itu memang memiliki karakter yang hampir mirip dengan sekretarisnya.
“Ayahnya Bilqis meninggalkan kami sejak Bilqis berusia enam tahun. Dia lebih memilih mantan pacarnya dibanding saya.”
Alex mendengarkan dengan serius.
“Dia sebenarnya sosok yang penyayang. Dia sayang sekali dengan Bilqis dan selalu mengajak anak itu setiap tahun ke perayaan pasar malam di danau xxx.”
Alex langsung teringat tempat itu. Tempat di mana ia melihat Bilqis menangis dan dengan senang hati, ia memberikan bahunya untuk sang sekretaris itu.
“Lalu?”
“Yah, begitulah. Bilqis sangat membenci ayahnya. Dia tidak mau memiliki hubungan dengan laki-laki, apalagi menikah. Karena dia takut akan seperti Ibu. Walau Ibu selalu bilang kalau tidak semua laki-laki seperti ayahnya.”
Laila yang semula menunduk dan ingin menangis pun, tiba-tiba menatap Alex. "Tapi sekarang Ibu senang melihat Bilqis membawa Nak Alex ke sini.”
Alex pun ikut tersenyum. Kini ia semakin tahu latar belakang sekretarisnya.
“Tapi saya seorang duda beranak satu, Bu. Saya tidak yakin, Bilqis menerima status saya,” jawab Alex merendah.
“Ya ampun. Tidak masalah. Buat Ibu Duda perjaka sama saja, yang penting Nak Alex mencintai putri Ibu apa adanya.”
Alex semakin mengembang senyum.
“Memang Ibunya Aurel kenapa, Nak? Kalian bercerai atau …? Laila menggantung pertanyaannya.
“Meninggal, Bu. Tiga tahun lalu karena kanker otak.”
“Innalillahi. Maaf ya, Nak.”
“Tidak apa, Bu.”
Alex dan laila saling berbincang cukup lama, hingga Bilqis pun datang dan meletakkan minuman. Alex terus memperhatikan wanita yang sedang berjongkok di depan meja untuk meletakkan minuman itu. Wajah Bilqis tetap terlihat cantik, apalagi dibalik cantik itu ada ketangguhan yang tidak bisa dilihat banyak orang termasuk dirinya.
Bilqis mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah Alex yang ternyata sedang memperhatikannya dari tadi “Silahkan diminum, Sir.”
Alex mengangguk. “Terima kasih.”
“Sir?” tanya Laila bingung.
Bilqis duduk si samping sang Ibu. “Iya, Bu. Ini Sir Alex, bos Bilqis di kantor.”
Laila yang baru menyeruput the hangat buatan putrinya pun langsung tersedak. “Uhuk … Uhuk … Uhuk …”
“Jadi, nak Alex ini bukan pacar kamu?” tanya Laila pada putrinya. Ia malu karena sedari tadi sudah banyak bicara.
“Dih, apaan sih ibu,” rengek Bilqis yang pasti sudah menebak apa saja yang diobrolkan ibunya pada Alex.
Sedangkan Alex hanya tersenyum melihat perdebatan Ibu dan anak itu sembari meminum kopi enak buatan Bilqis dengan santai.
Alex, Aurel, dan baby sitternya cukup lama berada di rumah itu. Aurek tampak betah di rumah minimalis yang Bilqis beli bersama jatah warisan yang sang ibu miliki.
Walau rumah itu tak sebesar rumah Alex, namun terlihat nyaman karena tatanannya rapi dan dipenuhi banyak tanaman disekelilingnya. Kebetulan memang Laila menyukai tanaman hijau.
"Assalamualaikum," suara Radit pun memasuki pintu yang masih terbuka. "Wah lagi ada tamu."
Radit langsung menangkap sosok Alex.
"Nah, ini adiknya Bilqis," kata Laila pada Alex.
Alex tersenyun ke arah Radit dan mengangguk. Radit pun langsung mengulurkan tangannya.
"Dit, ini Sir Alex. Bos nya Bilqis," kata Laila lagi.
Radit mengangguk dan tersenyum. Ia juga melihat sang kakak yang sedang memangku Aurel. Senyum Radit langsung mengembang. Senyum yang bisa Bilqis artikan sebagai kartu As untuk meledeknya nanti.
Panggilan Laila kepada Alex pun berubah menjadi Sir. Walau Alex memintanya untuk tetao memanggil Nak seperti sebelum wanita paruh baya itu tahu kalau dirinya adalah bos Bilqis, tapi Laila tetap tidak enak.
Alex menyukai keluarga Bilqis yang hamble dan ceria. Ia juga cukup lama berbincang dengan Radit, hingga Laila mengajak mereka untuk makan malam.
"Ayo makan dulu! Kebetulan Ibu masak banyak."
Feeling seorang Ibu memang selalu tepat. Entah mengapa hari ini, Laila ingin sekali masak dengan menu makanan yang beragam.
"Wah masakannya banyak banget, Bu," seru Radit.
"Iya. Ibu tumben banget," sahut Bilqis.
"Ya mungkin feeling seorang Ibu. dan ternyata benar, rumah kita kedatangan tamu kan?" jawab Laila tersenyum.
Kemudian mereka pun makan malam bersama. Alex seperti menemukan keluarga baru. Keluarga yang sama hangatnya seperti keluarga mendiang istrinya yang ada di Singapura.
"Bilqis, ambil makanan untuk Sir Alex," kata Laila berbisik tepat ditelinga sang putri.
Bilqis pun mengerti. Ia melayani Alex dan Aurel bagai seorang istri dan Ibu.
Bibir Alex semakin tersenyum lebar mendapati perlakuan ini. Ia merasa seperti suami Bilqis.
"Sayang, boleh tambah nasinya," ujar Alex yang keceplosan membuat Radit dan Laila terbatuk, Bilqis pun malu dan Alex biasa saja.
Laila senang melihat pemandangan ini, tapi dia juga tidak ingin berharap banyak, mengingat Alex adalah seorang bos yang memiliki tingkat jauh lebih tinggi dibanding keluarga mereka. Laila tidak ingin sang putri mendapat perlakuan yang sama seperti dirinya dulu saat menikah dengan ayah Bilqis yang juga memiliki latar belakang dari kelurga kaya karena ayah Bilqis seorang dokter.
Setelah cukup lama di rumah itu, akhirnya Alex pamit.
"Terima kasih atas jamuannya, Bu," ucap Alex dengan menyalami dan mencium punggung tangan Laila, lalu beralih pada Radit.
"Terima kasih, Oma." Aurel melakukan hal yang sama. "Masakan Oma enak, Aurel suka."
"Alhamdulillah. Kalau suka nanti main lagi ya," jawab Laila membuat Aurel mengangguk.
Bilqis menemani keluarga itu berjalan menuju luar untuk mendekati mobil Alex yang terparkir di depan gebang Bilqis.
"Sir, sepertinya Aurel sudah mengantuk." Bilqis tertawa melihat anak kecil itu menguap beberapa kali di gendongan Maya yang berjalan lebih di depannya dan Alex.
"Ya, seperitinya begitu."
Alex dan Bilqis pun sampai di depan mobil. Maya dan Aurel sudah memasuki mobil lebih dulu. Namun, Alex belum. Ia mengeluarkan benda dari dalam sakunya dan menampilka benda itu pada Bilqis.
"Jadi? Kapan kita menggunakan benda ini?" tanya alex dengan menunjuk dua kotak kecil yang ditawarkan kasir minimarket sebelum mereka sampai di rumah ini.
Sontak, Bilqis pun membulatkan mata.
"Bukankah tadi kamu tahu betul fungsi dan manfaat benda ini? Sepertinya aku ingin mencobanya denganmu," kata Alex lagi.
Bilqis ingin menjawab dan menjelaskan. Namun Alex lansung memasuki mobil dan menyalakannya.
"Dah Mommy." Dari belakang, Aurel sudah membuka kaca jendela dan melambaikan tangan.
Bilqis ikut melambaikan tangannya ke atas untuk membalas lambaian tangan Aurel.
Alex pun ikut membuka kaca jendelanya. "Dah Mommy."
Lalu, Alex mengedipkan satu mata dan menjalankan mobil.
"Ish." Bilqis cemberut. "Dasar duda mesum."
Di dalam mobil, Alex hanya tersenyum. Ia tahu Bilqis belum pernah menggunakan benda itu dan hanya tahu fungsi serta manfaatnya saja.
g prnh tau salahnya mrasa g prnh punya salah
radit bar barr
eehh trnyata eskrim ituu
tp knp ya yg dpt dr ridho cm radit? kn bilqis juga anaknya,mkpn si bilqis sdh mnikah