Terpaksa Menikahi Suami Sahabatku

Sandra memeluk tubuh Sean dengan erat. Sudah beberapa hari ia tidak bertemu dengan suaminya. Sandra sungguh sangat merindukan Sean karena itulah, ia akhirnya terpaksa datang ke rumah yang dibelinya untuk sepasang pengantin baru itu.

"Aku pikir kamu melupakan aku." Suara Sandra terdengar lirih.

"Sayang ... apa yang kamu katakan?" Sean melepaskan pelukannya kemudian menangkup wajah istri pertamanya itu.

Kedua bola mata Sandra berkaca-kaca membuat hati Sean seketika terasa nyeri. Rasa bersalah karena dirinya terlalu asyik dengan Kanaya sampai melupakan perempuan di hadapannya itu.

Akan tetapi, bukankah semua itu bukanlah murni kesalahannya? Setiap hari Sean bahkan menelepon Sandra. Pria itu ingin pulang ke ibukota untuk menemui wanita yang masih sah menjadi istrinya itu.

Namun, Sandra menolaknya mentah-mentah.

Istri pertamanya itu memintanya tetap bersama Kanaya dan menghabiskan malam panjang bersama perempuan itu agar sahabat yang menjadi madunya itu cepat hamil.

Setelah Kanaya hamil, maka semua rencananya untuk segera memiliki bayi darah daging Sean akan berhasil. Dirinya tidak perlu hamil dan melahirkan karena Kanaya sudah ia bayar untuk menjadi penyewa rahim yang nantinya akan melahirkan anak Sean.

"Maafkan aku." Sean mengusap buliran air bening yang mengalir pada wajah cantik Sandra.

"Kamu tidak perlu meminta maaf. Aku yang memintamu untuk tinggal di sini." Sandra memegang tangan Sean yang masih membelai wajahnya.

"Aku merindukanmu, karena itu aku datang kemari untuk menemuimu. Maafkan aku karena ternyata aku tidak kuat melepaskan kamu lama-lama. Aku benar-benar merindukanmu."

"Sayang ...."

Sean kembali memeluk wanita yang sangat dicintainya itu. Pria itu sangat tahu kalau Sandra begitu mencintai dirinya. Seperti ia yang juga sangat mencintai Sandra.

Sean selalu merasa cemburu setiap kali ia melihat istrinya sedang bersama pria lain karena ia sangat mencintai wanita itu.

Lalu, apa kabar perasaan Sandra yang saat ini justru melihat bahkan menyiapkan semua perlengkapan pernikahannya dengan wanita lain?

Perempuan itu bahkan berbesar hati menyuruhnya melakukan malam pertama dengan istri barunya. Seandainya Sean di posisi Sandra, sudah pasti ia tidak akan kuat.

"Aku juga sangat merindukanmu. Maafkan aku jika apa yang aku lakukan melukai hatimu. Sungguh! Aku tidak bermaksud melukaimu, Sandra."

"Apa yang aku lakukan bersamanya, murni karena aku hanya ingin menjalankan perintahmu. Seandainya kamu tidak memaksaku, aku juga tidak akan melakukan sesuatu yang membuatmu terluka."

"Sean ...."

Sandra memeluk suaminya dengan erat.

"Aku akan berhenti jika kamu menyuruhku untuk berhenti."

"Tidak! Tinggal selangkah lagi, Sean. Aku tidak akan mundur."

"Sayang–"

"Rasa sakit ini akan berganti kebahagiaan jika semua rencanaku berhasil." Sandra mempererat pelukannya.

"Berjanjilah! Kalau kamu akan terus mencintaiku meskipun saat ini kamu sedang bersamanya."

"Sandra–"

"Berjanjilah!"

"Tentu saja aku berjanji padamu, Sayang. Aku sangat mencintaimu. Sampai kapan pun, aku akan tetap mencintaimu." Sean mengecup kening Sandra cukup lama.

"Asalkan kamu bahagia, aku akan melakukan apa pun untukmu, Sandra. Aku sudah mengatakan padamu berkali-kali kalau keputusan yang kamu ambil ini salah. Akan tetapi, kamu tetap memaksa."

"Apa yang aku lakukan dengan Kanaya adalah tugas yang harus kami kerjakan sesuai perintahmu. Aku minta maaf jika apa yang aku lakukan menyakiti hatimu."

"Maafkan aku." Sean menjelaskan panjang lebar apa yang saat ini ia rasakan pada wanita yang sangat dicintainya itu.

Sean tidak mau kalau Sandra berpikiran macam-macam dan menganggap dirinya dan Kanaya mengkhianati istri pertamanya itu.

Apa yang Sean dan Kanaya lakukan memang murni atas kemauan Sandra. Sean bisa saja menolak keinginan istrinya untuk menikah lagi. Namun, rasa cintanya pada Sandra membuat Sean dilema.

Pria gagah itu tidak ingin kehilangan Sandra. Oleh karena itu, ia selalu mati-matian membela istrinya itu di depan kedua orang tuanya.

Sean selalu menutupi kesalahan perempuan itu agar kedua orang tuanya tidak membenci model cantik itu.

Usia Sandra memang masih muda. Perempuan itu masih ingin meraih mimpinya dan mewujudkan cita-citanya. Sebagai suami yang baik, Sean sudah berjanji pada wanita itu kalau dirinya akan membantu mewujudkan impiannya.

Seperti sekarang, demi mewujudkan impiannya, Sean terpaksa harus menikah dengan perempuan yang merupakan sahabat Sandra sendiri demi mendapatkan keturunan.

Kecewa?

Sudah pasti Sean merasa kecewa. Pria itu kecewa karena Sandra tidak menginginkan darah dagingnya tumbuh di rahim perempuan itu.

Kecewa karena sampai saat ini Sandra masih lebih mementingkan karirnya. Sudah lima tahun pernikahan mereka, tetapi, Sandra masih belum berubah juga.

Bahkan kini, Sean dan Kanaya terpaksa harus mengikuti keinginan perempuan itu hanya demi mendapatkan seorang anak. Calon pewaris keluarga yang sangat diidam-idamkan oleh kedua orang tuanya.

Dengan alasan tidak ingin kehilangan dirinya, Sandra justru memberikan ide gila menyewa rahim sahabatnya.

Sean menghela napas panjang tanpa melepaskan pelukannya pada Sandra. Laki-laki itu sedang mengingat-ingat hubungan pernikahannya selama ini dengan Sandra.

Seandainya Sean tidak benar-benar mencintai perempuan dalam dekapannya itu, sudah dipastikan, laki-laki itu pasti sudah meninggalkan Sandra dari dulu.

"Aku mencintaimu, Sean. Aku sungguh tidak ingin kehilangan kamu." Suara Sandra kembali terdengar menyapa pendengaran Sean.

"Aku juga mencintaimu, Sandra. Sangat mencintaimu."

Mereka kembali berpelukan. Saling meluapkan rindu yang membuncah karena sudah beberapa hari tidak bertemu.

Sementara itu, di belakang mereka sepasang suami istri itu, Kanaya menatap mereka berdua dengan kedua mata berkaca-kaca seiring rasa sakit yang menikam hatinya.

Maafkan aku, Sandra. Seandainya kamu tidak mempunyai ide gila untuk menikahkan aku dengan Sean, aku pasti tidak akan pernah hadir di antara kalian sebagai orang ketiga.

Aku memang mempunyai perasaan cinta untuk Sean. Perasaan itu sudah lama aku simpan. Jauh, sebelum aku tahu kalau ternyata laki-laki yang selama ini menjadi

mimpiku itu ternyata adalah

suamimu, Sandra.

Kanaya masih menatap kedua insan yang saat ini masih saling berpelukan. Bibir Sean bahkan sudah beralih ke leher Sandra dan mulai mencumbuinya di sana.

Sadar, Kanaya. Kamu itu hanya persinggahan sementara. Setelah semua rencana Sandra berhasil, sahabatmu itu pasti tidak akan pernah mengizinkanmu untuk menemui Sean. Kamu sangat tahu siapa Sandra bukan?

Kanaya menghela napas berat. Perempuan itu kemudian memutuskan untuk kembali naik ke dalam mobil. Menunggu sampai sepasang suami istri selesai melepas kerinduan.

Air matanya kembali mengalir saat rasa sakit mengalir ke hatinya.

*Kenapa aku justru dipertemukan dengan Sean setelah semuanya sudah terlambat?

BERSAMBUNG* ....

Sambil nunggu Author update, kepoin juga karya temen Author yang satu ini yuk!

Blurb

Karena insiden kecelakaan yang di alaminya, Maira harus kehilangan anak dalam kandungannya. Psikis Maira juga terguncang dan semakin memburuk ketika ASI-nya selalu keluar sangat deras. Maira ingin mengASIhi anaknya, tapi semua hanya menjadi angan-angan.

Hingga suatu hari, ada seorang wanita tua datang menghampiri Maira dan mengatakan jika kecelakaan waktu itu juga merenggut nyawa seorang ibu, sehingga sang bayi kini menjadi rewel membutuhkan ASI.

Hati Maira tergerak, dia ingin sekali mendonorkan ASI-nya, akan tetapi niat baik darinya mendapat penolakan dari Agam — ayah anak tersebut. Mungkinkah Maira akan menyerah, atau dia semakin gencar ingin menjadi Ibu susu bayi mungil tak berdosa itu?