JANGAN DI BOM LIKE PLISSS 😘🥰
Dhev si duda dingin dan tidak berperasaan akhirnya bisa jatuh cinta lagi dan kali ini Dhev mencintai gadis yang usianya jauh lebih muda.
Dhev, Nala dan Kenzo. Di dalam kisah mereka terdapat kesedihan masa lalu dan harapan untuk hidup bahagia.
Mampir? Jangan lupa tinggalkan jejak like, komen dan gift/votenya, ya. Terimakasih 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mala Cyphierily BHae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencoba Berdamai
Dhev yang merasa haus itu keluar dari persembunyian tanpa menyapa siapapun yang ada di dapur.
"Om, mau juga? Nasi goreng?" tanya Nala seraya menatap Dhev.
"Nggak makan malam, nanti gendut!" jawab Dhev tanpa melihat Nala, setelah mendapatkan apa yang dimau, sekarang Dhev kembali lagi ke kamarnya.
****
"Nin, kok kita ke sini, sih?" protes Mika pada Nindy yang mulai meneguk minumannya.
Keduanya duduk di kursi mini bar.
"Nggak papa, senang-senang dulu sebentar, jangan kebanyakan minum biar nggak mabok!" seru Nindy dan Mika menggelengkan kepala.
"Nin, ayo kita pulang aja!" ajak Mika seraya menggoyangkan lengan Nindy membuat gelas yang dipegang oleh Nindy menjadi goyang dan minuman itu tumpah di rok mini Nindy.
"Astaga! Mika! Kalau kamu nggak betah di sini, ya udah sana pulang sendiri!" gerutu Nindy yang kemudian bangun, gadis itu pergi ke toilet untuk membersihkan roknya.
Mika yang merasa tidak seharusnya ada di sana itu pun benar meninggalkan Nindy.
"Nggak bener ini anak!" gerutu Mika seraya keluar dari bar.
Selesai dengan membersihkan roknya, Nindy melihat pria tampan yang ada di dekat kursinya tadi, tetapi seperti tidak asing bagi Nindy.
"Hay, apa kita saling mengenal?" tanya Nindy menyapa pria berkumis tipis itu.
"Bukannya ini Nindy? Adiknya Dhev?" batin si pria tersebut yang tak lain adalah Arnold.
"Benarkah? Kamu siapa? Sepertinya saya baru melihat gadis secantik kamu!" jawab Arnold seraya mengulurkan tangannya.
Arnold memperkenalkan dirinya.
"Seperti pernah mendengar nama itu," ucap Nindy seraya membalas uluran tangan itu. Nindy yang memiliki lemah ingatan itu benar-benar melupakan mantan sabahat kakaknya.
"Mungkin kebetulan saja, nama Arnold tidak hanya satu di dunia ini," jawab Arnold seraya mempersilahkan gadis cantik itu untuk duduk.
"Kamu cantik! Sendirian aja?" tanyanya membuat Nindy tersipu dengan pujiannya.
"Tadi berdua sama temen," jawab Nindy seraya tersenyum manis.
Setelah berbincang, keduanya memutuskan untuk ikut berkumpul ke tengah kerumunan yang sedang berjoged, keduanya ikut meliuk-liukan tubuhnya mengikuti irama musik dari Sang DJ.
Tersadar dari waktu yang telah Nindy lewati, gadis itu segera pamit pada Arnold, Nindy tidak boleh pulang telat sebelum orang rumah menyadari kalau dirinya tidak ada.
Arnold yang tak ingin melepaskan Nindy itu mengejarnya, berinisiatif untuk mengantarkannya pulang.
"Malam-malam begini tidak aman naik taksi, biar saya antar, di mana rumahmu?"
Dengan sangat antusias, Nindy menerima tawaran itu, ditemani pria tampan dan terlihat kaya.
Tak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan, Arnold meminta nomor ponsel Nindy, dengan senang hati Nindy memberikan nomor ponselnya.
Apakah Arnold yang menyimpan dendam pada Dhev akan menggunakan adiknya untuk membalas dendamnya?
****
Keesokan paginya.
Amira mengetuk pintu kamar Nindy, Nindy yang sudah berganti pakaian dengan piyama itu membuka pintu seraya membuka mulutnya lebar, jelas gadis yang baru pulang dini hari itu masih mengantuk.
"Mamah, pagi-pagi udah rapi, mau kemana?" tanya Nindy yang kembali masuk dan menjatuhkan dirinya di ranjang.
"Tidur jam berapa sih, kamu? Jam segini masih ngantuk aja!" kata Amira yang berdiri di pintu.
"Biasa lah, Mah, anak muda."
"Terus kamu lupa sama ajakan Mamah? Kan kita janji hari ini mau ke Semarang, ke tempat Nenek kamu," kata Amira.
"Nindy malas, Mah. Nindy di sini aja," ucapnya seraya memejamkan mata.
"Kenapa nggak Ken aja Mamah ajak?"
"Ken harus sekolah, nanti tertinggal pelajaran," jawab Amira seraya melihat jam di tangannya.
"Ya elah, masih kelas satu aja, Mah. Tinggal cuti, minta izin sama gurunya!"
"Mamah ngajak kamu karena cuma kamu yang nganggur di rumah ini, ayo cepat bersiap!" kata Amira seraya berjalan ke arah Nindy, menyeretnya ke kamar mandi seraya menunggu Nindy Mandi, Amira memanggil asisten rumah tangganya untuk membantu mengemasi barang Nindy.
"Anak gadis gini amat!" kata Amira dalam hati, "berbeda dengan Nala, terlihat sangat mandiri dan tanggung jawab dengan hidupnya!" lanjutnya.
****
Di rumah Arnold, dirinya sedang memandangi foto keluarga Dhev satu persatu, kali ini yang menjadi incarannya adalah Nindy.
"Setelah mencicipi calon istrimu, bolehkan Dhev gue ikut nyicipin adik lo! Kali ini gue bakal buang benih di sana, biar adik lo hamil! Hahahaa!" tawa Arnold menggelegar.
Sungguh tidak tau malu manusia seperti Arnold ini, sudah bersalah tapi merasa kalau dirinya yang menjadi korban lalu menyimpan dendam pada orang yang dikhianatinya.
"Tunggu kejutan dari gue Dhev!" ucap Arnold seraya menargetkan Nindy yang akan dihancurkan hidupnya.
Lalu, suara dering ponselnya itu memanggil, Arnold meraih benda pipih itu yang berada di ranjang.
".........."
"Ok, tunggu di tempat biasa, pastikan aman!" kata Arnold seraya bangun dari duduknya, setelah itu Arnold menyambar jaket yang menggantung di pintu kamarnya. Pergi menemui seseorang yang menghubunginya.
****
Siang ini, Dhev yang sedang bekerja itu terngiang dengan ucapan Nala, seolah dapat membuka sedikit pintu maaf di hatinya, membuat Dhev ingin memperbaiki hubungannya dengan Kenzo.
Karena itulah, Dhev ingin pulang cepat dan menjemput anaknya di sekolah.
Dhev menutup laptopnya, bangun dari duduk dan mengambil kunci mobilnya yang terletak di meja kerjanya.
Dhev menghubungi Mang Dadang, mengatakan kalau dirinya yang akan menjemput Kenzo.
Mang Dadang yang mendengar itu merasa senang sekaligus heran.
"Kenapa, Mang?" tanya Nala yang sudah bersiap untuk menjemput Ken. Nala menghampiri Mang Dadang di pos satpam.
"Tuan mau menjemput Den Kenzo," lirih Dadang dengan matanya yang berkaca, merasa haru dengan apa yang di dengar.
"Alhamdulillah, semoga setelah ini ayah dan anak baikan, ya, Mang."
Nala bertanya dalam hati, apa yang membuat Dhev bisa berubah.
"Ah sudah lah, tidak penting apa yang membuatnya berubah, yang penting adalah kebahagiaan Ken!" batin Nala.
Mang Dadang meng-Aamiinkan harapan Nala dan Nala yang sudah menyelesaikan pekerjaannya itu ingin pergi untuk melepas rindu pada ayah dan ibunya.
Nala pamit pada Mang Dadang.
****
Di perjalanan pulang, Dhev yang sudah lama tidak berbicara dengan anaknya itu merasa kaku, tidak tau juga akan mengajaknya berbicara tentang apa.
Lalu Dhev menawarkan es krim karena anak kecil sudah pasti akan suka dengan makanan itu.
"Mau es krim?" tanya Dhev dengan tetap fokus mengemudi.
"Ke sudah janjian sama Tante, nanti sore mau ke taman dan makan es krim di sana," jawab Kenzo, ia ingat dengan pesan Nala yang mengatakan hanya boleh sekali makan es krim dalam sehari.
Dan juga sebenarnya bukan janji itu yang membuat Ken menolak. Tetapi karena Dhev belum bisa menyentuh hatinya yang selama ini dibiarkan terluka.
"Ok," jawab Dhev singkat.
Lalu Dhev mencoba kembali membuka obrolan. "Nanti malam Ayah mau ke reuni."
Mendengar itu, Kenzo hanya menatap Dhev, menatap penuh tanya, Ken tidak mengerti maksud dari ucapan ayahnya yang hanya memberitahu atau akan mengajaknya.
Kenzo memilih diam dan karena tidak ada tanggapan dari Ken, Dhev pun ikut diam.
Selama perjalanan itu juga, sebenarnya Dhev mencoba menahan agar tidak teringat dengan masa lalunya, Dhev berusaha keras untuk itu, agar tidak membenci Kenzo lagi.
Berhasilkah Dhev melupakan sakitnya masa lalu?
Bersambung.
Jangan lupa likenya ya pemirsa, difavoritkan juga ❤
sampai jumpa di episode selanjutnya. Terimakasih bagi yang sudah mengirim hati untuk Author, makin semangat nih 😚❤