BELUM DI REVISI!!!
Fatimah Az-Zahra, seorang wanita yang baru saja merasakan patah hati, tapi siapa sangka kedua orang tuanya merencanakan sesuatu yang mau tak mau harus ia ikuti.
Ia harus menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak ia kenali terlebih laki-laki itu seorang Gus, anak dari seorang kyai.
Mau tahu kelanjutannya ceritanya mari kita kepoin....
Kalau gak suka skip aja....
Selamat membaca.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon limr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
...~ happy reading ~...
Gus Sayhan mengikuti kemana sang istri berjalan. Sampai akhirnya mereka sampai di sebuah kamar, kamar siapa lagi kalau bukan kamar istrinya sendiri.
Zahra membuka pintu, setelah membuka pinta tak lupa mengucapkan salam terlebih dahulu, karna kamar ini sudah satu bulan lebih ia tinggalkan.
" Akhirnya bisa merasakan kasurku ini, kangen banget sama kamu" kata Zahra pada salah satu boneka, dan langsung memeluknya.
Gus Sayhan hanya melihat saja tanpa menegur, dan masih berdiri di depan pintu yang telah tertutup rapat. Ia mengamati kamar istrinya yang sangat rapi, sama seperti kamar miliknya selalu rapi.
Zahra masih sedang melepas rindunya kepada bonekanya tanpa memperdulikan kehadiran Gus Sayhan. Gus Sayhan baru menyadari sisi lain dari istrinya.
" Astaga aku lupa " menepuk jidatnya.
" Maaf Gus, tunggu sebentar Zahra mau merapikan ini " dengan cepat Zahra merapikan tempat tidurnya dan menyingkirkan bonekanya tadi.
" Hehe, maaf ya gus, Gus boleh tidur disini" ucap Zahra gugup dan sangat malu.
Gus Sayhan berjalan ke arah ranjang, dia kan menaruh tasnya di lantai tapi di cegah oleh Zahra.
" Gus ini kamar saya, dan saya melarang keras Gus Sayhan untuk tidur di lantai " tegur Zahra pada Gus Sayhan.
Gus Sayhan menangapi ocehan sang istri dengan senyuman. baru kali nya ia mendengar ocehan sang istri, membuat dirinya gemas.
" Siapa yang mau tidur di lantai, saya hanya menaruh tas saya"
Seperti Zahra ingin berteriak ini sangat memalukan. Dan kenapa dirinya menjadi cerewet begini.
" Ah iya, saya kira Gus mau tidur di lantai" Jawab Zahra kaku.
" Sekarang Gus tidur saja"
Ternyata dia sangat cerewet, kenapa ketika di pondok dia kalem dan banyak diam, dia sepertinya bunglon.
***
Makan malam pun tiba, mereka berempat makan dengan hening. Hanya suara sendok dan garpu saja yang bersuara.
Selsai makan malam tidak ada perbincangan, mereka semua langsung masuk ke kamar masing masing.
Zahra sibuk dengan ponselnya, sedangkan Gus Sayhan langsung memilih untuk tidur, karna ia sangat lelah.
Setelah beberapa lama Zahra pun beranjak untuk pergi ketempat tidur nya. Ia melihat suaminya yang telah terlelap.
" Di lihat lihat sih dia ganteng juga, aku kan cantik juga, tapi kenapa dia gak suka sama aku "
lama menatap wajah tampan sang suaminya, akhirnya ia juga tak lama menuju alam mimpi.
Jam menunjukkan pukul tiga pagi. Gus Sayhan pun terbangun. Ia terkejut melihat pemandangan di depannya.
Pemandangan yang sangat indah sekali. Untuk pertama kalinya Gus Sayhan terbangun dari tidurnya melihat muka istrinya yang masih terlelap di sampingnya. Di tambah lagi istrinya tidur dengan tidak menggunakan jilbab.
Senyum terukir di dibibir nya, bahagia sekali dirinya melihat sang istri tidak mengenakan jilbab ketika tidur. Dengan senyum yang mengukir di bibirnya dia langsung menuju kamar mandi dan langsung melaksanakan sholat tahajud.
Setelah beberapa saat kemudian, ia membangun sang istri dari tidurnya untuk melakukan sholat subuh.
Zahra langsung bangun dari tidurnya dan langsung melakukan apa yang di perintahkan suaminya.
Gus Sayhan duduk di atas sajadah, berzikir sembari menunggu sang istri.
Zahra keluar dari kamar mandi dan mengambil mukenanya. Akan tetapi ia heran melihat Gus Sayhan masih di dalam kamarnya.
" Gus tidak pergi ke masjid bersama ayah" dan di jawab dengan gelengan kepala.
" Kenapa ?"
" Saya ingin melaksanakan sholat subuh berjamaah dengan istri saya, untuk pertama kalinya. Apa boleh ?"
" Kenapa tidak"
Mendengar jawaban Zahra pun membuat Gus sayhan lagi lagi tersenyum. Mereka langsung melakukan kewajiban mereka. Menunaikan solat subuh bersama.
Jujur Gus Sayhan sangat ingin melakukan ini sejak awal pernikahan mereka, tapi melihat sikap Zahra yang seperti nya tidak nyaman dengan keberadaan dirinya, maka ia pun tak mau memaksa.
Selesai melakukan sholat subuh berjamaah mereka. Gus Sayhan berbalik badan dan melihat istrinya yang juga sedang melihat'.
Tatapan mereka bertemu, Gus Sayhan tidak membuang muka lagi pada istrinya, tidak seperti biasannya. Zahra langsung menunduk. Entah dorongan dari mana yang membuat Gus sayhan mengulurkan tangannya ke depan istri.
Zahra hanya menurut saja walaupun ia gugup setengah mati. Setelah Zahra menyambut uluran tangan suaminya, Gus Sayhan tidak melepas tangan Zahra. Ia malah menumpukan tangannya yang satu lagi.
" Maaf karena saya tidak pernah memberikan kenyamanan untuk mu. " Ucap Gus Sayhan tulus.
deg
" Saya juga minta maaf Gus kerena saya bukan seperti wanita yang gus ingin kan "
" Hei Siapa yang bicara begitu?, Fatimah az-zahra, wanita yang berhasil membuat hati saya berdebar untuk pertama kalinya melihatnya. dan tanpa sadar saya telah jatuh cinta pada istri saya sendiri.
Deg
" Saya sangat mencintai istri saya sendiri, Fatimah az-zahra itu nama istri saya"
deg deg
lagi lagi ia di kejutkan dengan apa yang di ungkapkan sang suami. Dia menarik tangan dari suaminya. Lantas itu membuat Gus sayhan melihat tanyanya bersatu' dengan tangan yang satunya.
Tapi itu semua tak membuatnya kecewa, ia mengerti dengan perasaan istrinya. " Tak apa jika kamu tak membalas perasaan saya, tapi izinkan saya untuk selalu menyebut nama mu di dalam doa ku, walaupun itu sudah halal bagiku" melihat penolakan dari Zahra itu tidak membuat Gus sayhan goyah.
Zahra mengangkat kepalanya dan melihat suaminya, ia melihat di mata itu terlihat bersungguh sungguh, tak ada ke bohong sama sekali, dan senyum yang sangat tulus.
" Maaf kan Zahra Gus, beri saya waktu untuk membalas perasaan Gus " ucap Zahra sungguh sungguh.
Gus Sayhan tersenyum mendengar itu.
" Saya akan selalu menunggumu sampai kamu bisa mencintai saya, dan saya akan menanti saat itu"
" Terimakasih Gus "
****