Tak saling kenal, Tak pernah bertemu. Namun Semesta yang menuntunmu. Itulah takdir, tak pernah ada yang tahu bagaimana kedepannya. Soal jodoh ada yang berwarna, ada yang kelam , ada yang penuh keseriusan, dan ada juga yang penuh dengan canda tawa.
Shazfa Aiysha Humaira atau sering dipanggil Sasa, seorang Mahasiswi yang memiliki tiga orang sahabat yaitu Safia (Sapi), Fathulila (Patul) dan Fifa (Pipa). Bukan sahabat namanya jika tidak mengganti nama asli sahabatnya.
Shazfa pernah jatuh cinta dengan seorang Ustadz bernama Sakha, tapi sayang takdir berkata lain karena Sakha dijodohkan dengan Patul. Mengikhlaskan adalah hal yang sulit sampai akhirnya datang seorang lelaki dengan gagahnya ingin menikahinya. Lelaki yang sebelumnya tidak ia kenali, tidak bertegur sapa namun ternyata ia lah jodohnya.
Ya, Begitulah Takdir. lalu, siapakah lelaki gagah itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ai Bori, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa Bersalah Ustadz Sakha
Ya, aku memang ingin nangis tapi gak mungkin disini.
"gue gak apa-apa kok, santuy (santai) aja hihi" sambil tertawa hambar . Lalu aku melihat panggangan berisi ikan yang sudah berubah warna itu membuat lidahku tergoda "Eh iya, ikannya udah ada yang Mateng?"
Patul mengangguk "Nih, makanlah"
Aku mengambil ikan tersebut lalu duduk di pojokan, sungguh patah hati ini membuat perutku meronta-ronta.
***
Ustadz Sakha POV
Ku lihat Shazfa lebih banyak diamnya hari ini, hatiku bertanya-tanya ada apa? kenapa? . Aku yakin saat ini ada kekecewaan yang dirasanya , bisa jadi itu karena perkataan Umi pagi tadi atau karena diriku sendiri .
Pertanyaan Safia sejujurnya ada benarnya juga. Sebagian besar anak ulama memang memiliki takdir untuk di jodohkan , termasuk aku.
Aku tidak menolak dan menyesali itu, tapi kenapa harus aku?.
"Alah, alah.. jawab dong bang"
Aku kembali dengan kesadaran ku dimana aku harus menjawab pertanyaannya. Tapi apa yang harus ku jawab? Apalagi ku tahu kini ada sepasang mata yang penasaran dengan jawabanku.
"Emh, sebenarnya.. ana..."
Aku menggantungkan ucapanku, sungguh aku benar-benar buntu saat ini . Karena untuk jujur , itu sangat menyakitkan dan membohongi mereka itu lebih kejam.
Ku lihat Shazfa benar-benar menunggu jawabanku, Astaga Shazfa .. maafkan aku.
"Ana juga gak tahu, tapi sebagai manusia ana hanya bisa berharap" Sambungku.. saat ku lirik dia ternyata ia semakin mengerutkan wajahnya. Astaga, dia malah makin kesal dengan ucapanku.
Aku menatapnya dengan sendu, pikiranku kemana-mana sampai mengabaikan ucapan dari temannya yang memang tidak aku simak sejak tadi, ah biarkanlah.
"Dek, ada yang mau di tanya?" Kataku pada Shazfa.
Apa ini? kenapa dia makin cemberut? astaga ternyata aku salah lagi. Lalu beberapa menit kemudian dia hanya menggeleng. Loh, apa itu jawaban?.
Sampai akhirnya mereka meninggalkan kami berdua, memberikan ruang untuk kami bicara. Ku lihat Shazfa mencoba untuk menolak tapi akhirnya dia pasrah.
Suasana kembali hening, mungkin aku harus meluruskannya, pikirku .
"Kamu marah sama Abang?"
"Entahlah bang, aku juga gak tahu" jawabnya.
"Kadang aku merasa istimewa, namun kadang aku juga merasa asing" lanjutnya.
Kenapa ucapannya membuat hatiku seperti ditusuk? Shazfa kamu itu istimewa dek, apa kamu gak merasakannya? umpat ku dalam hati.
Benar dugaanku, semua kegelisahannya berawal dari ucapan Umi tadi pagi.
Kata maaf yang ku lontarkan ternyata tak membuat suasana menjadi hangat lagi. Sungguh aku tak bermaksud membuatnya terjebak tapi aku juga mencintainya.
"Lalu, apa Abang memang tidak tahu tentang perjodohan Abang?"
Pertanyaannya membuatku tersentak, astaga dari mana dia tahu kalau aku akan dijodohkan?. Baiklah, aku akan ceritakan segalanya, aku pasrahkan takdirku sekarang.
Aku mulai bercerita perlahan-lahan.. Ku lihat Shazfa menikmati ceritaku, responnya juga santai. Ku pikir ini akan aman untukku , eh bukan hanya untukku tapi untuk kami berdua. Hingga akhirnya.....
"Abang tahu kan Restunya Allah itu juga terletak di Restunya Orangtua? Jika Orangtua saja tidak merestui bagaimana lagi dengan Allah?"
Deg!
Sungguh, aku seperti terjebak di ruang gelap, tak tahu arah kemana akan keluar. Shazfa benar, Allah tidak merestui kami sekarang.
Apa yang aku lakukan? aku menyakiti seorang wanita sekarang, wanita yang ku inginkan bahagianya bersamaku, bukan seperti ini akhir yang ku nanti selama ini. Ah sudahlah, ini jalanku. Ku tatapi kepergiannya saat ini.
Ini akhirnya, kami gak akan bersama, gumamku.
"Kha, ada apa?" tanya Fathan membuatku tersentak. Sejak kapan dia disini?
"Ah ente, ngagetin aja" singkatku
"Kusut banget tu muka?" selidik Fathan
"Shazfa sudah tahu semuanya". kataku membuatnya terperanjat.
"Terus????"
"Ya sudah, semua berakhir. Ana merasa bersalah sama dia, gak seharusnya dia terlibat di masalah hidup ana. Dia berhak bahagia, bukan terjebak dengan pria yang pengecut ini, arghhhhh" aku sungguh frustasi, ku pegang belakang kepalaku sambil menundukkan kepala di lutut ku.
"Astaghfirullah, heh bahlul.. Istighfar ente. Boleh sedih tapi jangan berlarut . Allah punya jalan sendiri untuk kehidupan hamba-nya"
Benar kata Fathan, aku gak boleh begini terus.
"Sudah galaunya? yuk gabung . Kasihan masa wanita yang kipas-kipas ikan?"
"Ana balik ke rumah aja" tolakku.
"Jangan sampai pengecutnya jadi permanen ya" sindir Fathan
"Benar juga" Gumamku. Aku mengikuti Fathan untuk bergabung kembali dengan mereka, aku akan menjauhinya semampuku asalkan itu bisa mengobati sakit hatinya.
Author POV
Saat ini, Mereka sedang asik dengan tugasnya. Ustadz Sakha bersama Ustadz Fathan mengipas ikan yang mereka panggang, Sapi dan Pipa mengulek cabai, sedangkan Patul dan Sasa memasak nasi.
Suasana menjadi hening benar-benar hening, hingga akhirnya Ustadz Fathan mengambil gitar.
"Biar gak canggung, ada yang mau nyanyi gak?" tawar Ustadz Fathan
The guys ( Patul, Sasa, Sapi, dan Pipa) saling lirik, lalu menarik Sasa untuk maju ke depan, Shazfa yang ditarik menjadi salah tingkah, apa yang harus di nyanyikannya? pikirnya.
"Eh kok gue?" tanya Sasa
"udah gak apa-apa, cepat nyanyi" kata Pipa
Sasa terlihat pasrah, ia mengabaikan kehadiran Ustadz Sakha sekarang.
"Mau nyanyi apa neng?" tanya Ustadz Fathan.
"Melawan restu" singkat Sasa membuat semua orang menoleh nya.
**hmm mm
Indah semua cerita
yang telah terlewati dalam satu cinta
Kita yang pernah bermimpi
jalani semua, hanya ada kita
Namun ternyata pada akhirnya
tak mungkin bisa kupaksa
Restunya tak berpihak
pada kita**
Semua menikmati lagunya, mereka tersentuh kecuali Ustadz Sakha yang kini semakin merasa bersalah.
**Mungkinkah aku meminta
kisah kita selamanya
tak terlintas dalam benakku
bila hariku tanpa mu
Segala cara telah kucoba
pertahankan cinta kita
selalu ku titipkan dalam doaku
tapi ku tak mampu melawan restu**
Sasa mengakhiri lagunya, sepertinya ia sudah tak sanggup lagi meneruskan lagu itu . Ia kembali menghampiri Patul tapi ternyata nasinya sudah Mateng, dia melirik piring yang masih pada basah, Akhirnya ia mengambil kain untuk membersihkan piring itu.
"Wesss Mateng, yuk pada makan yuk" Ajak Ustadz Fathan.
Author POV end
insya allah mampir kak, ttp smbgat kak💪
salah fatan jg knpa dia gak ngomong sma suami si indah klo dia itu udah tunangan kan pasti suami indah gak bakal nyuruh nikahin indah