TAWANAN PRIA PSIKOPAT

...•••Selamat Membaca•••...

Maureen membuka matanya dengan perlahan, kepalanya terasa pusing karena tadi membentur batu di sungai. Maureen menggeliat dan menajamkan penglihatannya, di sana ada Leo yang duduk santai di ujung tempat tidur.

Maureen langsung mengambil posisi duduk sambil mengeratkan selimut guna menutupi tubuhnya, sampai saat ini dia masih belum mengenakan pakaian sama sekali.

“Mm...mau apa lagi? Kenapa aku ada di sini?” tanya Maureen pada Leo.

“Aku berubah pikiran, tadinya aku memang ingin membunuhmu dan saat melihat kau lompat dari jembatan, aku jadi berubah pikiran, kau tidak takut mati jadi bukan kematian yang cocok untukmu.”

“Mau apalagi kau? Kau sudah mengambil semuanya dariku,” bentak Maureen pada Leo, hal itu kembali memicu amarah Leo.

Leo mencekik leher Maureen hingga gadis itu telentang tak berdaya, kedua tangannya memegang tangan Leo seakan meminta untuk dilepaskan.

“Kau pikir segampang itu lepas dariku? Asal kau tau, aku membebaskan mu tadi dengan niat membunuh mu di jalan, tapi ternyata kau memang ingin mati,” tegas Leo.

Wajah Maureen sudah memerah, bibirnya membiru akibat cekikan kuat dari Leo.

Leo melepaskan Maureen lalu mendekatkan wajahnya pada wanita itu.

“Aku berpikir untuk menggaulimu setiap hari, karena itu hukuman yang pantas untukmu.” Maureen membulatkan matanya.

“Tolong jangan siksa aku lagi tuan, tolong bebaskan aku, aku ingin pulang.”

“Haha mau pulang ke mana? Tadi saja kau malah ingin bunuh diri, kau mau pulang ke rumah tuhan, biar aku saja yang mengantarkanmu, tapi sebelum itu aku ingin memuaskan hasratku dulu, jika nanti kau sudah tidak menarik lagi, aku akan membebaskanmu.”

Leo menarik selimut yang menutupi tubuh Maureen, gadis itu hendak menutupi tubuh polosnya tapi tidak bisa karena Leo memegangi kedua tangannya ke atas kepala lalu mengikatnya dengan kuat.

Leo merendahkan tubuhnya dan menempatkan wajahnya tepat di depan liang hangat milik Maureen, sangat indah dan bersih tanpa ditumbuhi sehelai bulu. Leo menjulurkan lidahnya lalu menjilati klitoris Maureen, wanita itu membusungkan dadanya, kepala menengadah ke atas sedangkan pinggulnya dipegangi oleh Leo.

Jilatan serta gigitan kecil dari Leo di area sensitifnya membuat Maureen tak kuat menahan semuanya, miliknya masih sakit karena tadi dipaksa oleh Leo dan sekarang pria itu malah merangsang dirinya lagi.

“Tolong hentikan tuan, aku mohon hentikan!” cicit Maureen pada Leo, pria itu semakin liar menjilati bagian bawah Maureen hingga Maureen merasakan remasan kuat di kedua pahanya oleh tangan Leo.

“Aahhh sshhh.”

Puas dengan bagian itu, Leo menjalarkan lidahnya ke perut dan dada Maureen, sebelah tangannya memegang dan meremas kuat dada Maureen lalu bagian lain dia hisap dengan rakus. Maureen menggesekkan kedua pahanya, menahan gejolak dalam dirinya itu.

“Aaahhh tuan, berhenti, tolong jangan lagiihh, aahh aku kesakitan,” jerit Maureen saat Leo begitu kasar memainkan kedua buah dadanya.

Leo menatap Maureen lalu menampar pipi Maureen dengan kuat, kepala Maureen terasa amat pusing.

“Tugasmu hanya mengangkang, tidak melarang atau aku akan berbuat lebih brutal lagi padamu hingga kau mengalami cedera parah, apa kau mau?” Maureen terdiam saat mendengar ancaman dari Leo.

Kini dia hanya bisa pasrah dengan setiap sentuhan Leo di tubuhnya, membiarkan tangan tegas itu menggerayangi tubuh Maureen.

Leo tak berbuat lembut sama sekali pada Maureen, dia terus menjamah tubuh itu dengan kasar seakan masih memendam amarah. Bahkan tubuh Maureen pun tidak bisa membayar semua kerugian yang Leo alami, sungguh rendah harga diri Maureen saat ini.

Leo melepaskan pakaiannya, miliknya sudah tegak menjulang seakan membutuhkan tempat pelepasan.

“Tolong lakukanlah dengan lembut tuan, itu masih sangat sakit, aku mohon padamu, berbelas kasihlah padaku.” Maureen masih memohon sambil terisak, hal ini semakin membuat Leo merasa menang dan memasukkan miliknya ke liang Maureen dengan satu hentakan kasar, dia tidak peduli kalau milik Maureen belum siap untuk dimasuki.

“Aaaaa sakiiitt,” jerit Maureen.

“Sebanyak ini aku menikmati wanita, ternyata kau yang lebih nikmat, apa karena kau masih virgin? Ughh aku benar-benar menikmati tubuhmu jalang.” Leo terus memompa milik Maureen dengan kasar, Wanita itu bahkan telah menangis tersedu di bawahnya.

Gerakan Leo sangat cepat dan brutal, dia menghujam Maureen begitu kejam, hal ini berlangsung selama beberapa jam tanpa istirahat sama sekali, Leo bahkan tidak peduli kalau milik Maureen begitu sakit.

Setelah mendapatkan pelepasan berkali-kali, Leo mengambil sebuah dildo lalu memasukkannya ke dalam kewanitaan Maureen, sungguh gadis itu tersiksa saat ini, miliknya begitu perih.

Leo kembali mengambil sebuah cambuk lalu memukulkan ke tubuh Maureen, entah betapa sakit tubuhnya saat ini.

Setelah puas dengan perlakuannya, Leo meminta Maureen untuk bangun lalu memberikan sebuah handuk kecil untuk menutupi tubuh Maureen.

“Aku sudah puas, sekarang kau boleh pergi dari rumahku ini.” Maureen menatap Leo dengan tatapan tak percaya.

“Tuan, aku sangat lelah, tolong beri aku tumpangan malam ini di rumahmu, aku mohon.”

“Kau mau aku siksa lagi?” Maureen menggeleng, dia tidak mau untuk disiksa tapi dia juga tidak memiliki tenaga untuk pergi, yang dia butuhkan saat ini hanyalah tempat istirahat.

Leo menarik Maureen dengan kuat agar gadis itu terduduk, Maureen begitu kehabisan tenaga saat ini, wajahnya memar, seluruh tubuhnya penuh luka.

“Pergi sekarang juga atau aku akan melemparkan ke lantai dasar dari balkon kamar ini.” Maureen berusaha meraih handuk yang diberikan oleh Leo, dia mencoba untuk berdiri namun kakinya begitu lemah saat ini.

Maureen menghapus air matanya, dia bahkan berharap kalau Leo mengasihani dia namun pria itu sungguh kejam dan tidak memiliki perasaan sama sekali.

Maureen meraih pintu kamar, dia keluar dan Leo membaringkan tubuhnya dengan perasaan aneh, ada rasa kasihan di hatinya pada Maureen padahal selama ini dia sangat puas jika sudah menyiksa korbannya.

Leo kaget mendengar suara teriakan Maureen dari luar, dia bergegas keluar dengan pakaian lengkap. Leo segera mengejar Maureen yang saat ini sedang meringis sambil menangis di lantai bawah, ya, gadis itu baru saja jatuh dari tangga yang lumayan tinggi.

“Siapkan mobil,” titah Leo pada anak buahnya yang juga datang untuk melihat apa yang terjadi.

Leo menggendong Maureen lalu memasukkan nya ke dalam mobil, kepala Maureen berdarah, kaki dan tangannya patah sehingga dia terus teriak kesakitan dalam pelukan Leo.

“Saakiiittt,” jerit Maureen, Leo mengusap lembut kepala gadis itu dan air matanya malah menetes melihat Maureen kesakitan begitu.

“Sabarlah, sebentar lagi kita sampai di rumah sakit.” Suara Leo terdengar bergetar, dia juga bingung dengan hatinya, Leo mengeratkan handuk yang melilit tubuh Maureen.

“Kau akan baik-baik saja, kau harus bertahan.” Suara tangisan Maureen tiba-tiba berhenti, matanya terpejam, dia pingsan.

Leo mendekap Maureen dengan hati pilu, dia menangis untuk pertama kalinya melihat korbannya kesakitan begitu, biasanya Leo akan terlihat puas tapi kali ini berbeda.

“Bertahanlah, kau tidak boleh mati.” Leo memeluk dan menciumi kening Maureen, air matanya juga membasahi pipi Maureen.

...•••BERSAMBUNG•••...