Sienna Blair, seorang wanita mandiri dan kuat, dikhianati oleh kekasihnya Landon Pierce dan adik tirinya, Sabrina Horison. Setelah insiden tragis di Hotel Savoy yang mengguncang hidupnya, ia melarikan diri ke luar negeri dalam keadaan hamil. Lima tahun kemudian, ia kembali ke London bersama kedua anak kembarnya, Hunter dan Hazel, dengan tekad untuk membalas dendam dan membangun kembali kehidupannya.
Tanpa disadari, jalan hidup membawanya bertemu dengan Sebastian Cole, CEO dingin Cole Group, yang ternyata ayah kandung anak-anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
Sienna bukanlah wanita yang tidak peka terhadap situasi. Tatapan meremehkan dari Emily tadi begitu jelas terlihat.
Sedangkan Sabrina, sejak awal Sienna masuk ruangan, bahkan tidak mau menatapnya dan sengaja mengabaikannya.
Manajer Johnson tersenyum ramah dan mengajak semua orang duduk. "Baiklah, karena semua sudah berkumpul, mari kita mulai membahas urusan bisnis."
Sambil menggosok-gosok tangannya, dia berkata dengan nada rendah "Sienna, saya rasa Anda sudah tahu apa yang terjadi belakangan ini. Yang terpenting sekarang adalah menyelesaikan masalah ini. Jadi saya memutuskan untuk menghentikan semuanya sampai di sini. Tidak perlu diperpanjang lagi. Setelah opini publik mereda, semuanya akan kembali normal."
Sienna mengernyit. Apa yang mereka lakukan adalah mengorbankan yang lemah demi yang kuat, tanpa peduli nasib Blake.
Ia menarik napas dalam-dalam, menenangkan diri, lalu berkata pelan, "Manajer Johnson, saya mengerti Anda melakukan ini demi perusahaan. Tapi menurut saya, ini keputusan yang tidak tepat. Blake punya potensi besar untuk berkembang, dan banyak kemampuan yang bisa digali darinya. Saya tidak ingin perusahaan mengalami kerugian lebih besar di masa depan."
Orang lain mungkin tidak terlalu memahami Blake, tapi sebagai manajernya, Sienna sangat mengenalnya. Ia pun menilai situasi ini secara objektif. Kalau tidak, ia tak akan repot-repot berjuang sejauh ini demi Blake.
Sabrina, yang duduk diam sejak tadi, tiba-tiba mendengus dan berkata, "Kau benar-benar hidup dalam dunia dongeng!"
Lalu ia melanjutkan, "Siapa di perusahaan ini yang tidak tahu kalau Blake itu cuma pemanis layar yang ga punya kemampuan, Perusahaan berharap apa darinya? Jadi bintang? Mustahil! Mending jadi penghibur saja!"
Setelah berkata begitu, dia menatap Sienna dengan pandangan meremehkan.
Sienna tentu mengerti maksud kata-kata itu. Maka ia menjawab tegas, "Sabrina, jaga ucapanmu. Blake adalah artis saya. Bukan hakmu untuk menghakiminya."
Apa Sienna terlihat seperti orang yang mudah dibully? Menghina Blake di depan umum sama saja dengan mempermalukannya!
"Manajer Johnson, saya dengar perusahaan baru saja menjalin kerja sama dengan Horison Group. Saya harap kerja sama kita ke depan bisa berjalan lancar," ucap Sabrina dengan nada bangga, menoleh ke Manajer Johnson. Maksud perkataannya sangat jelas.
Manajer Johnson tampak terkejut saat namanya disebut. Ia tersenyum canggung dan menyeka keringat dingin di keningnya. Tentu saja dia paham maksud perkataan Sabrina.
Lalu dia berkata dengan serius, "Nona Sienna, saya rasa apa yang dikatakan Nona Sabrina tidak sepenuhnya salah. Kita harus melihat situasi secara menyeluruh. Blake memang tampan, tapi publik juga bisa bosan. Kalau tidak punya kemampuan, cepat atau lambat pasti akan 'tersingkir'."
Sienna terkekeh sinis. "Manajer Johnson, benarkah Anda sedang melihat situasi secara menyeluruh? Sejak kapan Anda begitu berdedikasi? Urusan kecil seperti ini saja harus Anda tangani sendiri."
Manajer Johnson membeku mendengar kata-kata itu. Ekspresinya berubah, lalu berkata dengan serius, "Sienna, apa maksudmu? Kamu pikir saya tidak adil?"
Sienna tidak menjawab. Ia tahu, apapun yang dikatakannya, Manajer Johnson tetap akan berpihak pada Sabrina.
Kini, karena masalah sudah sejauh ini, Sienna pun berbicara tegas, "Manajer Johnson, sebagai manajer Blake, saya punya tanggung jawab melindungi reputasinya. Maka saya putuskan untuk mengungkap kebenaran kepada publik dan membiarkan publik yang menilai."
Sabrina mendengus, "Hah, kamu bahkan belum menemukan Blake, tapi sudah sok tahu kebenaran. Lucu banget!"
"Kalau Blake tidak datang, memangnya tidak akan ada yang tahu kebenarannya? Dan siapa bilang saya tidak menemukannya?"
Sienna lalu melirik ke arah Thorne yang duduk diam di sampingnya.
Wajah Sabrina langsung pucat, lalu mendengus, "Terlalu percaya diri!"
Manajer Johnson tampak ragu. Sudut bibirnya menegang. Kalau Sienna benar-benar nekat bertindak, bisa-bisa perusahaan akan rugi besar. Bukankah itu merugikan semua orang?
Memikirkan itu, dia langsung berkata, "Bagaimana kalau kita semua mundur selangkah? Emily akan menghapus video dari media sosial. Nona Sienna, Anda bisa minta Blake untuk minta maaf pada Thorne. Masalah selesai. Bagaimana menurut Anda?"
"Masalahnya, kita belum tahu Blake ada di mana sekarang. Bisa jadi dia sengaja menghindar," tambah Sabrina. Dia tidak percaya Sienna benar-benar bisa menemukan Blake. Bahkan bayangannya pun belum kelihatan!
Sienna mengernyit kesal, menatap tajam ke arah Sabrina. Perempuan itu benar-benar menyebalkan!
Dalam hati, Sienna sempat ragu juga. Kalau Blake benar-benar tidak muncul. Sienna akan sangat malu.
Saat itu, pintu ruang rapat terbuka. Seorang pria masuk.
Sienna langsung tersenyum saat melihat siapa yang datang, Blake!
Ia merasa lega. Untung anak itu tidak ingkar janji. Kalau tidak, Sabrina pasti sudah menemukan alasan baru untuk menghinanya.
Dengan tangan di saku celana, dia melangkah santai masuk ruangan.
Dia melihat sekeliling, lalu tersenyum tipis dan langsung berjalan ke arah Sienna.
Thorne berdiri dan berpura-pura ramah. Ia mengulurkan tangan, "Blake, lama tak jumpa."
Blake hanya melirik sekilas, lalu berjalan melewati Thorne seolah-olah tidak melihat uluran tangannya.
Suasana mendadak canggung.
Senyum Thorne membeku. Ia menarik kembali tangannya dengan malu.
Emily yang melihat sikap Blake yang arogan merasa kesal. Apa yang dibanggakan anak ini? Hanya karena wajahnya lebih tampan dari Thorne?
Sienna menatap Blake lega. Hari ini, penampilan Blake terlihat sedikit berbeda. Sepertinya ia memang sengaja menyiapkannya.
Saat melihat Blake, Sienna merasa seperti melihat seorang anak muda yang mulai dewasa.
Mereka saling tersenyum.
"Kamu datang?"
"Tentu saja. Kalau saya tidak datang, nanti ada yang bilang saya pengecut!" Blake melirik ke arah Sabrina yang duduk tegak dan berkata tanpa basa-basi.
Semua orang tahu betapa kuatnya posisi Sabrina di dunia hiburan. Banyak orang takut padanya. Tapi Blake? Dia tak pernah takut pada siapa pun.
"Datang atau tidak datang, kami sudah siapkan solusinya," ucap Sabrina sinis.
"Saya akan mengungkap semua kebenaran soal insiden kamp pelatihan Mari kita lihat siapa yang tertawa terakhir!"
Wajah Blake penuh keyakinan.
Thorne terlihat panik melihat senyuman Blake. Ia berusaha tenang dan berkata, "Blake, kalau masalah ini kita selesaikan saja, saya tidak akan menuntut lagi. Lagipula saya juga sudah minta maaf di media sosial. Kalau masih kurang, saya akan klarifikasi langsung ke netizen."
Dengan kalimat itu, dia seolah mencuci tangannya bersih dan malah mendorong Blake ke tengah pusaran.
Sienna memperhatikan Thorne dengan tajam. pria itu begitu licik. Blake, yang polos, sepertinya akan bertemu lawan tangguh di masa depan.
Blake memutar bola matanya. Dasar Thorne munafik!
Sabrina memberi isyarat pada Emily. Melihat sikap percaya diri Blake membuatnya tidak senang.
Emily langsung paham dan berkata, "Blake, sebagai pelaku, Anda telah melukai artis saya. Saya akan menuntut Anda sampai tuntas. Sekarang semua sudah tahu bahwa Anda benar-benar memukul Thorne. Publik berpihak pada kami. Sienna, saran saya, jangan buang waktu membela hal yang sia-sia!"
Setelah jeda, Emily menatap Blake dan berkata pelan, "Melakukan banyak PR hanya buang-buang waktu. Kalau punya waktu, lebih baik Blake meningkatkan kemampuannya. Tidak bisa selamanya hanya jadi vas bunga!"
Wajah Blake langsung berubah gelap. Matanya menatap tajam ke arah Emily, rahangnya mengeras.
Dia paling benci disebut vas bunga!
Sienna menepuk punggungnya pelan, menyuruhnya tenang. Masih banyak pertarungan ke depan, dan dia tidak boleh terpancing emosi.
Blake melirik ke bawah, melihat tangan halus Sienna yang menenangkannya. Wajahnya melunak, dan dia menatap Sienna dengan mata penuh senyum.
Emily, yang melihat itu, menyeringai. "Blake, dengan sikap Anda seperti ini, kira-kira berapa lama Anda bisa bertahan di dunia hiburan? Gara-gara satu insiden saja, Anda sudah dibenci seluruh netizen, Jangan harap bisa maju dalam dunia hiburan seumur hidup!"
Sienna menjawab tegas, "Bukankah terlalu dini menyimpulkan begitu? Jangan lupa, kemampuan dan reputasi Blake saat ini jauh lebih unggul dari Thorne. Dan video yang kalian sebut sebagai bukti itu? Kabur dan tidak jelas. Kebenaran macam apa itu? Konyol!"
Emily terdiam. Ia menggigit bibir, tak bisa berkata apa-apa. Wajahnya tiba-tiba masam.