Ini adalah lanjutan dari kisah cinta Yudhatama Dewantara dan Yasmin Kusuma Putri di novel Cinta Yudha
Aryana Maira Yudhatama anak ketiga dari kembar bersaudara dari pasangan Yudhatama Dewantara dan Yasmin Kusuma Putri. Aryana terlahir dengan kelainan Jantung bawaan, maka dari itu kedua orang tuanya sangat protektif dengan Aryana. Aryana tumbuh menjadi gadis yang ceria meski ia mempunyai kelainan Jantung. Aryana menyukai kakak kelasnya bernama Ghavin Herlambang tetapi ia hanya memedamnya, ia tahu atas kekurangannya sebagai gadis yang tak sempurna.
Apakah Aryana akan memperjuangkan cintanya pada Ghavin atau menyerah dan memilih hati yang lain?
Penasaran, ikuti terus ceritanya
Budayakan Like, Vote dan Coment yang sopan karena menulis itu juga perjuangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon andrea82, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode. 24
Sekarang Yudha dan keluarga kecilnya sudah berada di dalam pesawat pribadi, tak ada percakapan antara Yudha dan anak-anaknya seperti biasa. Yasmin juga memilih diam, liburan kali ini bukannya membuat dirinya fresh tapi malah membuatnya lelah jiwa dan raga.
Setelah menempuh perjalanan kurang dari satu jam, Yudha dan keluarganya sudah sampai di kota S, mode diam masih berlaku di keluarga itu, begitu turun dari mobil anak-anak Yudha memasuki rumah tanpa suara dan langsung masuk ke kamarnya masing-masing.
Yudha dan Yasmin memasuki rumah setelah anak-anaknya, Yudha pun juga tak bersuara apapun, ia dan sang istri langsung masuk ke kamar untuk bersih-bersih. Setelah bersih-bersih Yasmin turun ke bawah membantu bik Imah menyiapkan makan malam, tadi sebelum pulang Yasmin sempat memberitahu bik Imah perihal kepulangannya, jadi Yasmin menyuruh bik Imah untuk menyiapkan makan malam.
"Bik saya mau panggil bapak dulu, tolong bibi panggil anak-anak untuk segera makan malam!" pinta Yasmin pada bik Imah.
"Baik Bu," jawab bik Imah.
Yasmin segera ke kamar untuk memanggil sang suami sedangkan bik Imah memberitahu anak-anak sang majikan untuk segera makan.
Sekarang semua sudah berkumpul di ruang makan, hanya ada suara dentingan sendok dan garpu mewarnai acara makan malam tersebut sampai sebuah suara bariton dari sang ayah memecah kesunyian di meja makan tersebut setelah mereka menyelesaikan menyantap makan malam.
"Afwa, Afwi setelah ini ikut ayah ke ruang kerja!" perintah Yudha.
Setelah memberi perintah, Yudha bangun dari duduknya kemudian pergi meninggalkan meja makan menuju ruang kerjanya. Afwa dan Afwi langsung menyusul sang ayah ke ruang kerja.
Sampai di ruang kerja, Yudha menyuruh Afwa dan Afwi untuk duduk.
"Kalian tahu kenapa ayah panggil kesini?" tanya Yudha.
"Tidak ayah," jawab Afwa dan Afwi bersamaan.
"Afwa!, kamu tahu apa kesalahanmu?" tanya Yudha sam sambil memandang Afwa intens.
"Siap!, tahu ayah," ucap Afwa
"Apa salahmu jelaskan!" pinta ayahnya
"Aku memeluk Kirana di depan umum," jawab Afwa.
"Bagus, kamu menyadari kesalahanmu, kamu boleh memeluknya jika sudah halal dan ada satu hal yang harus kamu tahu Afwa, kalau kalau kamu bercita-cita jadi tentara jangan harap kamu bisa menikah dengan Kirana," ucap Yudha yang membuat Afwa terkejut.
"Kenapa begitu ayah, bukankah om Raka juga seorang tentara?" tanya Afwa heran.
"Justru karena om Raka seorang tentara maka tante Dinda tak ingin putrinya punya jalan hidup yang sama seperti dirinya, kamu tahu 'kan bagaimana kehidupan seorang tentara juga kehidupan seorang persit seperti bunda kalian juga tante Dinda," jawab Yudha.
"Jadi aku harus bagaimana ayah?" tanya Afwa dengan sejuta kebingungan dalam benaknya.
"Kamu punya tiga pilihan, pertama tetap pada pilihan cita-citamu menjadi tentara dan jika kamu juga menginginkan Kirana, kamu harus berjuang mendapat restu dan keikhlasan tante Dinda agar mengijinkan Kirana menjadi pendamping mu. Kedua, jika kamu memilih cita-citamu menjadi tentara lepaskan Kirana, jika kamu tak mau berjuang untuk Kirana dan pilihan ketiga lepaskan cita-citamu menjadi abdi negara jadilah orang sipil biasa kemungkinan restu dari tante Dinda akan lebih mudah kamu dapatkan," ucap Yudha.
Penjelasan sang ayah benar-benar berada di pilihan yang sulit, Afwi hanya memandang Afwa dengan sorot mata kasihan.
Sekarang pertanyaan beralih ke Afwi.
"Afwi!, apa kamu juga ingin masuk militer?" tanya Yudha.
"Iya ayah," jawab Afwi jujur.
"Begini, kalian tahu kan bahwa jika memilih menjadi tentara tidak boleh mengurusi urusan bisnis itu sudah tertuang dalam undang-undang karena pekerjaan seorang tentara tak kenal waktu dengan tingkat resiko yang tinggi. Padahal kita di warisi oleh mendiang kakek Dewa dengan DW group yang beliau rintis dari nol. Dulu sewaktu opa Dimas dan ayah masuk militer masih ada om Devan yang masih muda untuk menjalankannya dengan sebagian saham masih atas nama kakek Dewantara, dan sebagian saham atas nama oma Dewi dan tante Mitha. Setelah opa Dimas pensiun dari militer baru saham atas nama kakek Dewa dialihkan kepada opa Dimas. Namun seiring berjalannya waktu usia om Devan dan opa Dimas semakin tua. om Devan juga sudah menurun kesehatannya sehingga dia meminta Revanda membantunya di perusahaan padahal Revanda mempunyai cita-cita menjadi seorang dokter tapi demi membantu om Devan mengelola DW group ia mengorbankan cita-citanya menjadi seorang dokter dengan kuliah manajemen bisnis," ujar Yudha panjang lebar.
"Lalu, apa maksud ayah menceritakan ini pada kami?" tanya Afwi bodoh.
"Dasar!, ayah sudah bicara panjang lebar tidak mengerti juga. Begini, kalau Revanda saja yang bukan cucu kandung keluarga Dewantara bisa berkorban sebesar itu masa kalian atau salah satu dari kalian sebagai cucu kandung dari keluarga Dewantara yang paling besar tidak ada yang mau berkorban, mengabdi pada negara itu tidak harus dengan menjadi tentara atau polisi. Satu tahun lagi ayah putuskan pensiun dini dari militer dan ayah ingin salah satu dari kalian membantu ayah, syukur-syukur kalian berdua mau membantu ayah mengelola DW group. Om Andre, om Hanafi juga tante Mitha sudah kewalahan menangani DW group yang semakin berkembang. Orang lain saja mau bekerja keras untuk kemajuan DW group masa kita yang keturunan langsung dari kakek Dewa hanya diam saja," jelas Yudha pada Afwa dan Afwi.
"Ayah tidak akan memaksa kalian, apapun pilihan kalian ayah dan bunda akan menerimanya, masih ada waktu satu tahun untuk memutuskan," sambung Yudha lagi.
"Ayah," ucap Afwa lirih.
Sudahlah, kalian pikirkan sambil jalan, ayah hanya berharap apapun pilihan kalian nanti, kalian akan bertanggung jawab atas pilihan itu, jika ada masalah yang terjadi atas keputusan pilihan kalian jangan pernah menyalahkan siapapun karena semua pilihan ada konsekwensinya masing-masing, sekarang kalian boleh keluar dari sini," ucap Yudha pada dua putra kembarnya.
"Baik ayah, kami permisi," ucap Afwa dan Afwi bersamaan kemudian mereka berdua segera keluar dari ruang kerja sang ayah.
Sedangkan di Bandung Kirana juga bernasib tau jauh beda dengan Afwa. Sekarang Kirana duduk di ruang tamu berhadapan dengan kedua orang tuanya seperti seorang terdakwa yang punya kesalahan besar yang tak termaafkan.
"Kirana!, ada hubungan khusus apa antara kamu dan Afwa?" tanya Raka tegas, membuat Kirana tak berani memandang wajah kedua orang tuanya.
"Kami hanya bersahabat," jawab Kirana takut.
"Sahabat?, kamu yakin?" tanya Dinda seolah tak percaya.
"Ayolah Kiran jujurlah pada kami!, hati dan ucapan kamu nggak singkron iya kan?" tanya Raka.
"Sejak kapan kamu dan Afwa menjalin hubungan?" tanya Dinda lagi.
"Sejak sebelum ayah dipindahtugaskan di Bandung," jawab Kiran sedikit takut.
"Apa?!, jadi kalian pacaran sejak kelas enam SD?" tanya Raka kaget begitupun juga Dinda.
"Bu...bukan begitu maksudnya," sanggah Kirana.
"Lalu?" tanya Dinda.
"Aku dan kak Afwa hanya bersahabat saja, aku dan kak Afwa membuat janji konyol ala anak kecil kalau kami akan selalu menunggu, tak aku sangka kak Afwa benat-benar menepati janjinya menungguku dan aku pun juga begitu, meskipun kami tak pernah berkomunikasi. Baru kemarin aku tahu nomor telepon kak Afwa, dan baru kemarin kak Afwa menyatakan perasaannya padaku," jawab Kirana.
"Kamu tahu kalau Afwa akan menjadi tentara, dan kamu tahu, ibu tidak akan pernah mengijinkan kamu ataupun Kiara menikah dengan tentara ataupun polisi!" ucap Dinda tegas kemudian ia bangun dari duduknya lalu meninggalkan ruang tamu begitu saja.
Melihat putrinya menunduk lesu, Raka menggeser duduknya mendekati Kirana.
"Kiran, kamu yang sabar ya, nanti ayah coba bicara dengan ibumu, sekarang kamu fokus saja pada sekolahmu, serahkan semuanya pada takdir, kalau Afwa jodohmu, ia tak akan kemana," ucap Raka kemudian memeluk putrinya, Kiran membenamkan wajahnya di dada bidang sang ayah, merasakan kehangatan kasih sayang ayahnya.
Di tempat yang berbeda Afwa dan Afwi sedang duduk di taman belakang rumah, mereka membicarakan apa yang barusan mereka bahas dengan sang ayah.
"Kak, apa pilihanmu?" tanya Afwi.
"Entahlah Fi, aku masih bingung," jawab Afwa dengan wajah frustasi antara cinta, cita-cita dan membantu sang ayah mengelola DW group.
"Sudahlah Kak, kita masih punya waktu satu tahun untuk memutuskannya, aku akan siap membantumu," ucap Afwi sambil menepuk pundak sang kakak.
"Sepertinya aku kualat sama om Fahmi nih," ucap Afwa yang membuat Afwi bingung.
"Kualat gimana maksudnya?" tanya Afwi tak mengerti.
"Kemarin aku menemui om Fahmi secara pribadi, aku minta ia melupakan Aryana, kemudian om Fahmi marah dan mengatakan, "Kelak jika kau jatuh cinta pada seorang gadis dan kau harus berjuang mendapatkannya dan juga mendapat restu dari keluarganya, kupastikan kau akan menyesal pernah menyuruhku meninggalkan Aryana!". Itulah yang dikatakan om Fahmi padaku sebelum meninggalkan cafe tempat kami bertemu," jawab Afwa dengan tatapan penyesalan.
"Apa kita keterlaluan ya sama om Fahmi, dia ikut menjaga Aryana selama tujuh belas tahun sampai tumbuh rasa cinta di hatinya dan tiba-tiba kita menyuruhnya meninggalkan Aryana begitu saja hanya karena usia dia jauh di atas Aryana," ucap Afwi.
"Makanya aku jadi kualat gini," ucap Afwa lalu mendudukkan dirinya ke bangku taman, kemudian sebuah suara yang sangat mereka kenal memotong pembicaraan mereka.
"Siapa yang kualat?"
__________________________________________
Maaf mau up tadi malam mata dah nggak kuat
Please, Like, Vote, Coment, Rate and Favorit
Thank You
Bersambung....
lanjut kk author..
azka dengan seorang janda.... janda berkelas yakan.