NovelToon NovelToon
XIAO SHUXIANG

XIAO SHUXIANG

Status: tamat
Genre:Fantasi / Petualangan / Fantasi Timur / Reinkarnasi / Kultivasi / Tamat
Popularitas:21.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Hamtaro Dasha

Xiao Shuxiang adalah kultivator Aliran Hitam yang dijuluki Bintang Penghancur. Karena cara bertarungnya yang brutal, dia menjadi ditakuti oleh kultivator Ketiga Aliran. Alhasil pertarungan dahsyat yang membuat Benua Timur diselimuti kegelapan dan hujan darah selama 40 hari menjadi tidak terelakkan.

Mayat kultivator yang berasal dari ratusan sekte tiga aliran memenuhi seluruh tempat di Benua Timur, bahkan lautan menjadi merah karenanya.

Xiao Shuxiang sendiri terluka parah. Dia yang tidak terima dengan akhir riwayatnya mengeluarkan ‘Jurus Kebangkitan Kembali’. Jurus yang hanya bisa digunakan setelah mengorbankan ratusan ribu nyawa manusia.

Kisah petualangan baru Xiao Shuxiang dimulai. Sebagai Kultivator Aliran Hitam, memporak-porandakan dunia adalah impiannya.

Lalu bagaimana dengan reinkarnasi ini? Mungkinkah roda takdir kini berpihak pada sisi kegelapan?

Keberuntungan yang diberikan langit pada sosok seperti Xiao Shuxiang----Apa mungkin dunia akan baik-baik saja?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hamtaro Dasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23 - Meninggalkan Pondok Pengelana [Revisi]

Ini adalah hari keempat Xiao Shuxiang bersama dengan Yang Shu dan saudara seperguruannya di Pondok Pengelana.

Kondisi Xiao Shuxiang sudah mulai membaik. Beberapa kali Yang Shu memberinya obat dan juga mengalirkan Qi miliknya untuk mempercepat proses penyembuhan Xiao Shuxiang.

"Rasanya pahit Kek... Ini kesekian kalinya aku minum obat dan rasanya tidak pernah berubah. Semakin lama malah semakin pahit!" Xiao Shuxiang segera meminum air setelah meminum obat pahit yang diberikan Yang Shu.

"Kau akan cepat sembuh setelah meminumnya, sekarang tinggal mengobati luka luarmu..." Yang Shu meminta Xiao Shuxiang untuk melepaskan pakaiannya.

Xiao Shuxiang menurut, dia segera melepaskan pakaiannya dan memperlihatkan punggungnya yang lebam kepada Yang Shu.

"Lebamnya sudah hampir hilang, setelah Kakek menggunakan Qi untuk membantu memproses obatnya, lebam di punggungmu akan tidak ada lagi." Yang Shu dengan perlahan mengolesi obat ke punggung Xiao Shuxiang yang lebam. Sambil mengolesi obat, dia juga mengalirkan Qi miliknya.

"Kakek buang-buang energi, Qi di sini terlalu sedikit. Kakek hanya akan kelelahan jika terus mengobatiku dengan Qi..."

Selain menerima bantuan Yang Shu dan juga obat racikan, Xiao Shuxiang juga setiap malam selalu menyembuhkan dirinya sendiri dengan Qi yang diserapnya. Namun memang tidak mudah menyembuhkan luka dengan Qi yang begitu sedikit.

"Kau pikir Kakek setua itu sampai-sampai harus kelelahan hanya karena mengobatimu...?" Yang Shu mencubit pelan pipi Xiao Shuxiang sambil mencium gemas pucuk kepala cucunya.

Setelah Yang Shu mengobati Xiao Shuxiang, dia meminta agar cucunya beristirahat. Meski pun Xiao Shuxiang sendiri sudah merasa baikan dan tidak perlu istirahat lagi, namun Yang Shu tetap memaksanya.

"Baiklah, aku akan istirahat..." Xiao Shuxiang akhirnya menyerah.

Selama empat hari berada di pondok, selama itu juga Qi Xuan, Xiao Lu dan Jing Mi berlatih dengan arahan Nenek Tian.

Meski Nenek Tian bukanlah kultivator, namun dia selalu bertemu dengan banyak kultivator yang singgah di pondoknya.

Sejak masih muda, Nenek Tian mengabdikan diri di pondok ini untuk membantu para pengelana. Dia tidak pernah meminta imbalan, namun para pengelana tetap memberikannya sesuatu seperti memberikan Nenek Tian sedikit dari hasil buruan mereka.

Beberapa kultivator juga sering memberikan Nenek Tian sebuah resep obat atau membagikan sedikit ilmu bela diri mereka kepadanya.

Karena hal itulah, Nenek Tian memiliki pengetahuan yang lebih dari orang biasa mengenai ilmu bela diri.

Seperti saat ini, Nenek Tian sedang memberikan beberapa penjelasan mengenai teknik menciptakan sebuah jurus dengan cara mengamati dan menganalisa lingkungan sekitar.

"... Ada kultivator yang bisa menciptakan sebuah jurus pedang terhebat hanya dengan melihat aliran air, merasakan hembusan angin, dan melihat burung yang terbang. Kalian juga bisa melakukannya..."

Nenek Tian juga menjelaskan, "Menciptakan sebuah jurus memang sulit tapi bukan mustahil selama orang tersebut berusaha dan terus bekerja keras tanpa merasa lelah."

Jing Mi, Qi Xuan dan Xiao Lu begitu semangat mendengarkan penjelasan Nenek Tian, mereka lalu mempraktekkan apa yang Nenek Tian katakan.

Setiap hari, Jing Mi, Qi Xuan dan Xiao Lu menggunakan indra mereka untuk mengamati lingkungan sekitar. Mulai dari mengamati burung yang terbang, rumput yang bergoyang, tetesan embun serta daun yang jatuh dari pohon.

Kegiatan mengamati ini mengasah kepekaan mereka terhadap lingkungan. Tidak hanya penglihatan, tapi juga pendengaran dan penciuman mereka.

Saat hari kelima, kondisi fisik Xiao Shuxiang sudah kembali seperti semula. Lebam pada punggungnya telah hilang, Xiao Shuxiang merasa senang sebab dia tidak perlu meminum obat yang menyiksa lidahnya itu.

"Lain kali... Aku tidak ingin meminum obat pahit itu lagi..." batin Xiao Shuxiang.

Yang Shu berpamitan dengan Nenek Tian, dia mengatakan akan melanjutkan perjalanan bersama dengan keempat muridnya.

"Nenek Tian, meski hanya sebentar Nenek mengajari Lu'Er... tapi Lu'Er merasa sudah semakin kuat. Terima kasih, Nek." Xiao Lu memeluk dan mencium pipi Nenek Tian.

"Kau anak yang manis, jaga dirimu baik-baik." Nenek Tian mengelus pelan rambut Xiao Lu.

"Nenek Tian, kami juga ingin berterima kasih atas pengarahan yang Nenek Tian berikan selama ini..." Jing Mi dan Qi Xuan memberi hormat, namun Nenek Tian menolaknya dan mengatakan bahwa mereka hanya perlu memeluk dan menciumnya saja.

"Neneek...?! Jaga Dirimu Baik-Baik...!!" Jing Mi dan Qi Xuan memeluk erat Nenek Tian.

"Kalian juga..."

Nenek Tian menoleh ke arah Xiao Shuxiang, dia tersenyum sambil meminta anak itu mendekat kearahnya.

Xiao Shuxiang menurut, dia mengucapkan terima kasih kepada Nenek Tian karena mengizinkan dirinya, Kakek, serta saudara seperguruannya untuk menginap di sini.

"... Terima kasih juga untuk makanan dan obatnya Nek." Ucap Xiao Shuxiang.

Nenek Tian meneliti Xiao Shuxiang dari atas sampai bawah, dia kemudian menatap Yang Shu dengan tatapan tidak suka.

"Shu'Er, Kau membawa anak manis ini masuk ke dunia yang berbahaya..."

"Kau harus menjaga dirimu baik-baik, Nak. Sebisa mungkin hindari masalah, dan juga..." Nenek Tian membisikkan sesuatu ditelinga Xiao Shuxiang, hal ini membuat Xiao Shuxiang tersentak.

"Ma-maksud Nenek?" Xiao Shuxiang mengerutkan alisnya setelah mendengar bisikan dari Nenek Tian.

Nenek Tian hanya tersenyum sambil mengusap pelan rambut Xiao Shuxiang. Dia lalu menatap Yang Shu kembali.

"Shu'Er, Kau harus menjaga mereka semua."

"Ya, aku akan menjaga mereka. Kalau begitu, kami pergi." Yang Shu kemudian mengajak keempat muridnya, mereka perlahan mulai berjalan meninggalkan Pondok Pengelana dan Nenek Tian.

Sepanjang perjalanan, Xiao Shuxiang memikirkan tentang ucapan Nenek Tian. "Maksud nenek tua itu, sebenarnya apa?"

Jing Mi menyadari bahwa Xiao Shuxiang seakan sedang memikirkan sesuatu. Dia lalu menepuk pelan pundak saudaranya, "Apa yang sedang kau pikirkan Saudara Xiao?"

"Aku tidak mau mengatakannya," Xiao Shuxiang mempercepat langkahnya, dia menjauhi Jing Mi yang sedang diam dengan mulut terbuka cukup lebar.

Jing Mi, "Aku tidak percaya dia mengatakan hal seperti itu... Ya ampun, tidak kusangka dia menolak menjawabku."

"Saudara Xiao? Ada apa denganmu? Apa kau membenciku...?" Jing Mi menyusul Xiao Shuxiang.

Saat berada di dekat Xiao Shuxiang lagi, dia pun kembali bertanya. "Hei, Saudaraku? Sungguh, apa kau membenciku?"

"Aku tidak membencimu, daripada memikirkan tentangku... lebih baik kau katakan padaku, apa saja yang kau pelajari dari Nenek Tian?"

Jing Mi tersenyum lebar, dia jadi sadar bahwa selama berada di Pondok Pengelana... Xiao Shuxiang hanya berbaring di atas dipan tanpa ikut latihan bersama dengannya.

"Saudara Xiao, kau sangat rugi. Kami bertiga mendapat arahan dari Nenek Tian untuk perkembangan kami. Aku belajar mempertajam indra dan juga belajar menciptakan jurus!" Jing Mi terlihat bangga.

Xiao Shuxiang tersenyum, "Wah! Jadi jurus apa yang sudah kau ciptakan, Saudara Jing?"

Jing Mi tertawa bangga, dia terlihat sombong saat mengatakan jurus yang dia ciptakan kepada Xiao Shuxiang. "He he he! Aku menyebutnya sebagai jurus... Sepuluh Gerakan Tinjuan Maut!"

Xiao Lu dan Qi Xuan yang mendengar Jing Mi menggeleng pelan, mereka merasa bahwa Jing Mi terlalu pamer dengan Xiao Shuxiang.

Xiao Shuxiang juga merasakan hal yang sama, "Kedengarannya bagus, bagaimana cara melakukan jurus itu? Aku ingin lihat, sehebat apa jurus yang kau ciptakan sampai-sampai kau berani pamer di depan Xiao Shuxiang."

Jing Mi lalu menghentikan langkahnya, begitu juga dengan Xiao Shuxiang, Xiao Lu, Qi Xuan dan Yang Shu.

Jing Mi tersenyum lebar, "Kalian perhatikan aku baik-baik...!"

Xiao Shuxiang melihat Jing Mi berdiri tegak, anak itu bernapas dalam sambil menutup kedua matanya. Xiao Shuxiang merasa bahwa Jing Mi sedang melakukan konsentrasi penuh.

Sedetik berikutnya, Jing Mi dengan kuat meninju udara dengan kepalan tangan kanannya. Setiap gerakannya, mengubah posisi kedua kaki dan juga tubuhnya.

Dari sepuluh gerakan... tiga gerakan di antaranya adalah tinjuan, sementara yang lain adalah sikuan dan tendangan.

Xiao Shuxiang mengerutkan alis, dia merasa heran sebab kuda-kuda Jing Mi begitu berbeda. "Saudara Jing, apa yang kau amati hingga bisa menciptakan jurus seperti itu? Kuda-kuda dan postur tubuhnya terlalu rendah, mirip seperti..."

Jing Mi menghentikan gerakannya saat mendengar pertanyaan Xiao Shuxiang. "Aku mengamati b*bi hutan dan kera. Apa ada yang salah, Saudara Xiao?"

Xiao Shuxiang tersenyum, "Itu jurus yang hebat, Saudara Jing. Tapi kau harus terus berlatih untuk menyempurnakannya."

Jing Mi mengusap tengkuknya, terlihat tersenyum malu sebab mendapat pujian dari Xiao Shuxiang. Padahal sebelumnya, dia pernah memperlihatkan jurus ini kepada Yang Shu, Nenek Tian, Qi Xuan dan Xiao Lu. Keempatnya juga memberikan pujian kepadanya, namun entah kenapa pujian dari Xiao Shuxiang lebih menyentuh hati.

"Ka-Kalau Begitu, Ayo Lanjutkan Perjalanan Lagi!!" Jing Mi berseru dengan penuh semangat.

Sepanjang jalan, dia memberi tahu Xiao Shuxiang tentang yang dipelajarinya dari Nenek Tian. Jing Mi juga menceritakan tentang jurus yang diciptakan oleh Qi Xuan dan Xiao Lu.

Jing Mi. "Saudara Xuan memiliki jurus yang hebat, angin seperti berkumpul di sekelilingnya saat dia mengeluarkan jurus itu. Keren sekali...!"

Xiao Shuxiang, "Benarkah? Qi Xuan. Coba kau peragakan jurus yang kau ciptakan. Aku ingin melihatnya,"

Qi Xuan dengan malu mengatakan, "Aku... Masih harus belajar dengan baik. Aku masih malu memperlihatkannya karena aku tidak sehebat Saudara Jing..."

Jing Mi menepuk pelan pundak Qi Xuan, "Saudara Xuan, kau jangan merendah. Aku tahu kau juga sangat hebat!"

"Kalian belajar banyak hal dalam waktu singkat, itu bagus." puji Xiao Shuxiang. "Selama masa pemulihanku, mereka tidak membuang-buang waktu untuk bermalas-malasan. Yaah, setidaknya... dibandingkan dengan saat meninggalkan desa, mereka sedikit lebih kuat sekarang."

Xiao Shuxiang kemudian menghampiri Yang Shu dan menanyakan tentang demonic beast, Serigala Bertanduk Perak yang pernah dilawannya.

"Jangan khawatir, Kakek sudah mengalahkannya. Dan Kakek juga mendapatkan tambahan untuk bekal perjalanan kita dari Demonic Beast itu." Yang Shu tersenyum sambil mengelus janggutnya.

"Tambahan? Tambahan apa, Guru?" Jing Mi menghampiri Yang Shu saat mendengar ucapan gurunya, dia terlihat penasaran.

"Sepertinya Kakek belum memperlihatkannya pada kalian..." Yang Shu berhenti berjalan dan mulai mengambil sesuatu dibalik pakaiannya.

Qi Xuan, Jing Mi, Xiao Lu dan Xiao Shuxiang memperhatikan benda yang dikeluarkan oleh Yang Shu.

Itu adalah sebuah batu kristal seukuran kepalan tangan anak kecil seperti Feng Ying. Kristal tersebut berwarna merah terang. Xiao Lu, Jing Mi dan Qi Xuan terlihat kagum sebab pertama kali mereka melihat sesuatu yang seindah ini.

"Ini apa Kek?" tanya Xiao Lu.

Yang Shu menjelaskan bahwa yang ada di tangannya adalah Demonic Core. "Kristal ini hanya ada di dalam tubuh Demonic Beast. Fungsinya mirip seperti Dantian, yaitu digunakan untuk menyimpan Qi..."

Yang Shu juga menjelaskan bahwa semakin gelap warna demonic core, maka semakin banyak Qi yang tersimpan di dalamnya.

"... Demonic Core bermanfaat untuk meningkatkan praktik kultivasi..." Yang Shu menjelaskan dengan ucapan yang sederhana agar murid-muridnya bisa cepat memahami.

Xiao Lu mengambil demonic core di tangan Yang Shu. Dia, Jing Mi dan Qi Xuan memperhatikan demonic core itu dengan seksama.

"Bagaimana caranya meningkatkan praktik dengan ini, Guru?" tanya Jing Mi.

"Kau harus menyerap Qi di dalamnya, sama seperti caramu menyerap Qi di alam sekitar,"

"Waah... ternyata begitu..."

Xiao Lu kemudian mulai berkonsentrasi untuk menyerap Qi yang ada pada demonic core, namun Yang Shu segera merebut demonic core tersebut di tangannya.

"Jangan menyerapnya sembarangan. Demonic Core, selain memiliki Qi... juga mengandung racun. Jika tidak hati-hati, racunnya bisa terserap ke dalam tubuh kalian."

"Kakek, kenapa tidak mengatakannya dari tadi?! Ha-hampir saja..." Xiao Lu mengelus dadanya karena merasa lega.

"Demonic Core ini lebih baik dijual," Yang Shu menyimpan kembali demonic core tersebut, dan mulai meminta murid-muridnya untuk kembali melanjutkan perjalanan.

"Apa Demonic Core itu akan laku terjual Kek, di dalamnya kan ada racun," Xiao Lu masih penasaran dengan pembahasan tentang Demonic Core ini.

Yang Shu hanya mengatakan bahwa saat Xiao Lu sudah semakin lama berada di dunia kultivator, dia akan mengerti lebih banyak.

*

*

*

"Guru...? Kenapa kita harus melakukan ini?" Jing Mi menempelkan selembar daun dipipinya.

"Kau terlihat mirip seperti manusia daun sekarang," Xiao Lu memperhatikan Xiao Shuxiang yang seluruh tubuhnya ditutupi oleh daun.

"Kau sendiri juga sama," Xiao Shuxiang mencibir.

Qi Xuan menghampiri Yang Shu, "Tetua? Kenapa kita harus berpenampilan seperti semak belukar seperti ini...?"

"Ini namanya Teknik Penyamaran..." Yang Shu menjelaskan, "Kita harus melakukannya untuk menghindari hewan buas. Jika kalian sudah selesai, maka ayo ikuti Kakek."

Yang Shu dan keempat muridnya melanjutkan perjalanan dengan cara merayap, tubuh mereka ditutupi oleh dedaunan sehingga saat berjalan mereka terlihat seperti tumpukan daun yang bergerak.

"Getah pohon ini membuatku gatal. Saat kita keluar dari hutan, aku ingin mandi..." Xiao Lu menggaruk pipi dan juga tangannya, dia sudah lelah karena harus merayap dan sekarang dia merasa gatal.

"Kita akan segera keluar dari sini, bahkan menurut perkiraan Kakek... Kita tidak akan tidur di dalam hutan lagi, jadi cepatlah jalan."

Yang Shu dan keempat muridnya terus bergerak, bersembunyi dibalik pohon dan semak-semak.

Alasan lain mereka menyamar seperti ini adalah karena pedang milik Yang Shu patah menjadi dua saat bertarung dengan Serigala Bertanduk Perak. Dan di antara keempat muridnya... hanya pedang Xiao Lu dan Qi Xuan yang masih utuh.

Sementara untuk pedang Xiao Shuxiang, ujungnya sudah tidak ada lagi. Pedang Jing Mi sendiri patah menjadi tiga gara-gara dipakai oleh Xiao Shuxiang saat melawan Serigala Bertanduk Perak.

Alhasil mereka harus melanjutkan perjalanan dengan cara sembunyi-sembunyi untuk menghindari hewan buas biasa atau pun demonic beast.

Xiao Shuxiang, "Seumur hidup... Ini pertama kalinya aku melakukan hal sekonyol ini. Xiao Shuxiang, langit sudah berhutang banyak padamu. Kau harus menuntut bayarannya suatu hari nanti."

Yang Shu dan keempat muridnya bergerak secara berurutan, di mana dia sebagai pemandu, diikuti oleh Xiao Lu, Qi Xuan, Xiao Shuxiang dan Jing Mi.

Jing Mi mengeluhkan sakit di tangan, kaki dan tubuhnya. "Aku sudah tidak kuat lagi. Saudara Xiao? Apa kau tidak merasa kelelahan? Kuperhatikan, kau terus saja merayap tanpa berhenti sedikit pun."

Xiao Shuxiang. "Saudara Jing, aku sama lelahnya denganmu. Tapi aku tidak pernah mengeluh, ayo jalan."

Jing Mi baru ingin berbicara lagi sampai dia mencium sesuatu yang aneh. "Bau apa ini...?"

Bukan hanya dia yang menciumnya, tapi juga Xiao Shuxiang, Qi Xuan, Xiao Lu dan Yang Shu. Mereka menghentikan gerakannya dan mulai menoleh ke sekitar untuk mencari tahu sumber bau yang mereka cium.

Jing Mi mengintip sedikit dari celah semak-semak, dia merasa bahwa bau yang diciumnya dekat. Saat sedang mengintip, tiba-tiba saja tatapan matanya membulat, wajahnya terlihat pucat dan tubuhnya gemetaran.

Xiao Shuxiang merasa familiar dengan bau yang diciumnya, tapi dia lupa-lupa ingat dengan bau ini sampai dia melihat perubahan pada wajah Jing Mi.

"Saudara Jing? Kau kenapa?" Xiao Shuxiang menyentuh pundak Jing Mi, dia sedikit tersentak sebab pundak anak itu terasa bergetar.

Xiao Shuxiang lalu ikut mengintip dari semak-semak seperti Jing Mi. Matanya terbelalak saat melihat apa yang ada di depannya.

"I-itu..."

***

1
Alw
shuxiang tidak waras
Iwan Ali
kenapa marga dari ibu yang dipakai mc nya???
Yuna Ariana
😆😆😆😆
Alexandra Juliana
Kasihan keledai bisa mati kekenyangan dia..
Hamtaro Dasha
Tinggalkan jejak dulu, (˘⌣˘ლ)
uh uh: Halah buru updet jngn nyari ilustrasi Mulu 😡
uh uh: Halah buru updet jngn nyari ilustrasi Mulu 😡
total 4 replies
y@y@
🌟👍🏻👍👍🏻🌟
Fian Tefbana
Xiao Shuxiang ini memang luar biasa tingkah usilnya. Ada saja yang dilakukannya! Jadi gemes aq!
y@y@
⭐👍🏿👍👍🏿⭐
y@y@
🌟👍🏻👍👍🏻🌟
Fian Tefbana
Pahlawan memang harus datang terlambat Xiao Shuxiang! Nikmatilah!
y@y@
👍🏻🌟👍🏿🌟👍🏻
y@y@
🤣😄🤣😄
y@y@
👍🏿⭐👍⭐👍🏿
y@y@
🌟👍🏻👍👍🏻🌟
y@y@
⭐👍🏿👍👍🏿⭐
y@y@
👍🏻🌟👍🌟👍🏻
y@y@
👍🏿⭐👍⭐👍🏿
Fian Tefbana
Aq mendukungmu terus Ka Dasha! Semangat terus berkarya!
Anonim
okeh
Hamtaro Dasha: Waah, terima kasih sudah membaca sampai sejauh ini Kak. Sehat selalu yah, ( ´ ▽ ` )ノ
total 1 replies
Anonim
oleh uga
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!