Kakak dan adik yang sudah yatim piatu, terpaksa harus menjual dirinya demi bertahan hidup di kota besar. Mereka rela menjadi wanita simpanan dari pria kaya demi tuntutan gaya hidup di kota besar. Ikuti cerita lengkapnya dalam novel berjudul
Demi Apapun Aku Lakukan, Om
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naim Nurbanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Di kampus, setelah mengikuti mata kuliah yang sama, Salsa dan Salwa duduk di kantin. Keduanya memesan makanan berat dan minuman dingin, lalu menunggu pesanan di depan mereka. Saat piring dan gelas sudah terhidang, mereka mulai menyantap sambil saling bertukar cerita ringan. Tapi suasana berubah saat Salsa menatap Salwa lebih lama, lalu pelan-pelan bertanya,
"Gimana kabar kakak kamu sekarang? Masih keluar tiap malam, nggak? Maksudnya, apa dia masih kerja jadi wanita malam?" Suaranya rendah, tapi tak menyembunyikan rasa penasaran yang dalam. Salwa menghela napas, wajahnya sejenak memudar.
"Entahlah, Salsa. Aku rasa lebih baik aku gak ikut campur urusan dia," jawabnya lirih. Namun, seolah ingin meyakinkan, ia menambahkan,
"Cuma, katanya kak Wanda, kakak aku sekarang sudah kerja pagi. Diterima jadi sekretaris di perusahaan besar di kota ini." Matanya tetap menatap jauh, menyimpan harapan yang belum tentu nyata.
Salsa menatap layar handphone Salwa yang retak-retak dan layarnya sering nge-hang.
"Wah, syukurlah! Aku jadi ikutan senang nih. Nanti kakak kamu pasti makin banyak duitnya, ya? Bisa beliin kamu HP baru yang mahal tuh," katanya dengan senyum kecil sambil mengusap-usap ponsel lawas Salwa. Salwa mengernyit, matanya menatap kaca pelindung yang sudah pecah.
"HP ini masih bisa aku pakai, kok. Gak masalah," jawabnya pelan, suaranya setengah meyakinkan diri sendiri.
"Yang penting si kakak Wanda makin cantik dan penampilannya makin oke. Kan jadi sekretaris perusahaan besar, harus punya modal baju kerja mahal dan makeup yang lebih cetar dari kemarin," ucap Salwa sambil melirik ke cermin kecil di meja. Salsa mengangguk serius mendengar omongan sahabatnya.
"Wah, seandainya aja kantor papa belum punya sekretaris, aku pasti rekomendasiin kakak kamu. Tapi denger-denger, Tante Lina sudah jadi sekretaris pribadi papa di situ," jelas Salsa sambil mengangkat bahu ringan. Salwa menatap kosong ke layar ponselnya, membayangkan kakaknya berjuang di dunia yang penuh tuntutan penampilan dan kesempurnaan.
"Tante Lina calon istri papa kamu itu yah?" sahut Salwa.
"Iya, benar! Tante Lina calon ibu tiri aku,” kata Salwa dengan nada agak berat, matanya menatap jauh ke depan seolah menimbang sesuatu yang rumit di dalam hatinya.
“Tapi aku nggak tahu kapan Papa bakal menikah sama Tante Lina. Aku kasihan banget sama Papa, yang kerja keras gila-gilaan. Padahal Mama sudah lama meninggal.” Wajah Salwa tiba-tiba sedikit mengkerut, memperlihatkan rasa nggak nyaman tiap kali mendengar nama Tante Lina. Salsa menangkap itu, lalu bertanya pelan,
“Kamu kenapa, Salwa? Kok keliatan nggak suka kalau Papa dekat sama Tante Lina?” Salwa menghela napas, lalu mengaku jujur,
“Sebenarnya aku nggak terlalu suka Tante Lina. Apalagi kalau dia nanti benar-benar jadi mama tiri kamu. Rasanya ada yang nggak nyambung, gak cocok aja gitu.” Salsa mengerutkan keningnya, penasaran.
“Tapi kenapa, sih?” Salwa hanya geleng-geleng, kesulitan menjelaskan.
“Entahlah... aku gak bisa bilang apa-apa, cuma rasanya gak klop aja.” Salsa lalu nyengir jahil.
“Kalau gitu, kamu yang paling cocok jadi mama tiri aku, ya? Ih, nyebelin banget, deh! Mama Salwa, mama Salwa, buat aku makanan enak dong!” Tawa mereka pun pecah, ringan dan hangat, mengusir sejenak beban yang mengganjal di hati Salwa.
Tawa Salsa pecah, suaranya riang meski ada nada main-main di dalamnya. "Hahaha, tapi kalau nasib berkata lain? Suatu hari aku menikah sama Papa Marcos, kamu mau gimana, huh?" Selorohnya sambil menyipitkan mata, menggoda Salwa dengan wajah setengah serius setengah bercanda.
Salwa terkekeh, lalu menyahut dengan nada nakal, "Aku bakal ganggu kamu tiap malam, biar nggak bisa tidur bareng Papa kamu. Hih, nyebelin banget! Ngimpi macam itu aja udah bikin aku mual."
Tawa Salsa makin lepas, badannya tergelak ke belakang. Salwa juga tak kalah semangat, matanya berbinar seolah benar-benar terbawa suasana. "Pokoknya aku nggak akan nikah sama pria tua kayak Papa kamu, Salsa!"
Mendengar itu, Salsa langsung menepuk lengan Salwa, ekspresi setengah tersinggung tapi tetap bercanda. "Ih, Papa aku keren banget, loh! Lihat aja Tante Lina yang sampai dibuat mabuk kepayang gara-gara dia."
Salwa terkekeh lagi, meremas lengan Salsa, keduanya larut dalam canda yang menghangatkan persahabatan mereka.
"Salwa menatap langit-langit kamar sambil mengerutkan dahi. "Iya deh, Papa Marcos memang tampan," katanya pelan. Namun, ia segera memalingkan muka, bibirnya tersungging ragu.
"Tapi kan dia sudah tua. Kalau aku nikah sama dia, orang-orang pasti ngomong, 'Lihat tuh, dia nikah sama kakek-kakek'," ujarnya sambil merengek kecil.
Salsa yang duduk di sampingnya langsung menyambar lengan Salwa dan menepuknya ringan. "Awas ya, nanti aku laporin papa aku," goda Salsa sambil tersenyum nakal. Suasana jadi cair dan mereka tertawa bersama. Beberapa teman yang duduk tidak jauh dari mereka ikut melirik, penasaran.
Mata Salsa kemudian berkilat penasaran. "Eh, gimana sih hubungan kamu sama pacar kamu, Beny?"
Salwa menghela napas, melepaskan sedikit tawa. "Kami baik-baik saja, kok. Tapi sekarang kami fokus kuliah dulu. Beny juga lagi sibuk di luar organisasi kampus, jadi kami cuma ngobrol lewat HP. Hampir sebulan ini kami nggak ketemu," jawab Salwa sambil memainkan ujung bajunya, wajahnya menunjukkan rindu yang tersimpan.
Salsa menatap Salwa sambil menyeringai, matanya sedikit menantang. "Ih, kamu kok kuat sih. Gimana kalau cari pacar lagi aja, biar gak sepi?" godanya, seolah sedang menguji kesetiaan sahabatnya.
Salwa segera menepis godaan itu dengan senyum tipis tapi tegas, tangannya meraih lengan Salsa dan menariknya pelan. "Enggak ah! Aku gak mau mendua," katanya cepat, nada suaranya mengandung rasa yakin. Bersama-sama, mereka berjalan menjauh dari kantin yang hangat oleh suara mahasiswa lain, meninggalkan sisa-sisa godaan yang belum sempat terucap.
*****
Sebuah suara tegas memecah keramaian pesta,
"Ada apa sebenarnya yang terjadi di sini?"
Pria berbadan tegap dengan jas rapi, seperti CEO yang selalu mengendalikan setiap situasi, melangkah pasti menuju kerumunan. Lina dan Kino segera membuka jalan, wajah mereka penuh kecemasan saat pria matang nan berkarisma itu menghampiri.
Di tengah desakan orang, Wanda terlihat ambruk dengan rambut acak-acakan dan mata merah berkilat, bukti jelas pengaruh obat perangsang yang menyerangnya. Wajahnya penuh ketakutan, tubuhnya gemetar lemah. Tidak satu pun dari kerumunan itu berani maju, hanya bisik panik yang menggema. Pria itu menatap Wanda dengan mata membara, dadanya naik turun seiring kemarahan yang menggelegak. Dalam hati ia bergemuruh,
"Siapa berani menyakiti Wanda seperti ini?" Wanda yang setengah sadar mencoba menguatkan diri, menggigit tangannya hingga pucat, berjuang melawan kegelapan yang menguasainya..
Tuan Marcos berdiri membeku, matanya menatap penuh gelisah pada sosok Wanda yang tengah terpuruk di tengah kerumunan. Wajah Wanda memerah, kemeja cream nya kusut dan beberapa kancingnya terbuka, seperti menandai badai yang baru saja melanda dirinya.
Tanpa bisa berbuat apa-apa, perasaan campur aduk menyeruak di dada Marcos, malu, marah, sekaligus iba. Dalam heningnya, dia berjanji dalam hati untuk mengungkap siapa dalang di balik semua ini dan membela Wanda dari sorotan tajam orang-orang yang masih berbisik dan menatap sinis.
Dengan langkah mantap, Marcos melepas jas coklatnya, lalu menggendong Wanda dengan lembut bak pengantin wanita yang terhuyung. Namun pemandangan itu malah memancing amarah Lina, yang berdiri di dekat situ dengan tangan terkepal dan alis berkerut.
“Kenapa Marcos malah menolong Wanda, bukan marah?” pikirnya sambil melotot penuh kebencian, hatinya terasa sesak oleh rasa iri yang sulit dijelaskan.
Sementara Marcos hanya fokus pada Wanda, bertekad membantunya bangkit dari aib yang begitu memalukan itu.
kau ini punya kekuatan super, yaaakk?!
keren, buku baru teroooss!!🤣💪