Karena ulah wanita yang ia cintai kabur saat usai akad nikah, Letnan Harley R. A Navec tidak sengaja tidur dengan wanita yang berbeda, gadis yang sebenarnya sudah menjadi pilihan orang tuanya namun ia merahasiakan hal besar ini. Harley Navec hanya menganggap Pranagita Kairatu Inggil Timur sebagai adik, apalagi gadis itu adalah adik dari sahabatnya sendiri. Disisi lain, jiwa petarung dan jiwa bebas Harley masih melekat dalam dirinya.
Sakit hati yang mendalam ia lampiaskan di setiap harinya pada Gita hingga gadis lugu itu hamil. Sebenarnya perlahan sudah terbersit rasa sayang apalagi setelah tau Gita hamil namun kakunya Letnan Harley membuatnya kabur hingga bertemu kembali dengan seorang pria yang dulu pernah berkenalan dengannya tanpa sengaja, Letnan Herlian Harrajaon Sinulingga.
Pernikahan Letnan Harra dan Gita pun terjadi, rintangan silih berganti menghampiri hingga hadir istri titipan karena.....
SKIP bagi yang tidak tahan KONFLIK
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Harap pengakuan.
Gita mendekati Bang Harra, ia sungguh tak menyangka suaminya itu langsung menariknya ke dalam pelukan.
"Kau ini sengaja atau bagaimana?? Abang serius, kau mau habis di tangan Abang???" Bang Harra mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Gita sama persis seperti tadi.
Namun tak diduga tak dinyana, suara tersebut terdengar di telinga seseorang yang langsung menghantamkan sepatu pada Bang Harra.
"Kurang ajar, mau kau apakan cucu mantu??????" Omel Oppung.
Sontak saja Bang Harra syok.
"Kau mau menghabisi cucuku??????? Apa kau gila??? Gita mengandung keturunan darah kita..!!!!" Oppung kembali menghantam Bang Harra dengan sepatu miliknya lagi yang sebelah.
"Oppung, nggak.. Bukan begitu..............." Bang Harra berusaha menghindar tapi Oppung sudah mencekal tengkuknya.
"Jangan sakiti Gita..!!!!!!"
Ayah Aga langsung mengambil alih situasi dan membujuk ayah kandungnya itu. "Oppung salah paham, ini hanya permasalahan anak muda. Lihat dulu, Gita baik-baik saja. Itu cucu Oppung sedang merayu istrinya mati-matian."
Oppung pun terdiam sejenak kemudian menatap Bang Harra dan menghela nafas panjang.
"Dalam sejarah keluarga kita, rayuanmu itu buruk sekali. Tidak ada dari kita yang merayu dengan kekerasan. Apa pikiranmu buntu, padahal kau bisa pakai akalmu, beri Gita bunga. Ini.. Kau malah ingin menghabisi istrimu."
"Maksudnya pasti di dalam bilik lah, Oppung." Ujar Ayah Aga.
Oppung mengibaskan tangannya kemudian menghampiri Gita. Ia melirik ragu pada cucunya.
"Benarkah kau tidak di apa-apakan berandalan satu ini??"
"Tidak, Oppung. Bang Harra sangat baik sama Gita, tidak pernah marah sama Gita juga." Kata Gita menyambut pertanyaan Oppung nya.
Barulah saat itu Oppung percaya dan menggadeng Gita masuk ke dalam rumah sembari kembali melirik Bang Harra.
"Ayo, dek..!!" Bang Harra ikut meraih tangan Gita tapi lagi-lagi oppung mengibaskan tangannya.
"Kau tidak di ajak..!!" Ujarnya gemas.
Bang Harra memilih mundur teratur dan berjalan tepat di samping Mamak tetua dan Mama Wening.
Mama hanya bisa tersenyum geli sambil mengusap punggung putranya yang mungkin kini sedang menahan rasa kesal.
Sesampainya di dalam rumah, Oppung kaget saat melihat ada Ciara berada di rumah cucunya.
"Kau siapa?" Tanya Oppung dengan curiga. "Eehh.. Harra.. Kenapa ada perempuan lain disini????????"
"Saya... Temannya Gita." Jawab Ciara.
"Istrinya kawan, Oppung." Bang Harra pun ikut menjawab.
"Lantas dimana kawan kau itu?? Kenapa kau selalu buat masalah dalam rumah tanggamu????" Omel Oppung.
"Biar saya jelaskan dulu, Oppung. Mereka tinggal disini karena suatu hal. Pindah tempat dan rumah dinasnya belum jadi. Jadi karena kami merasa kenal dan Ciara juga sahabatnya Gita, saya bantu mereka untuk sementara tinggal disini. Cari kontrakan juga tidak mudah kalau dadakan." Jawab Bang Harra.
"Duduk kalian semua dan panggil suaminya Ciara..!!"
:
"Oppung tau, tapi tetap tidak di benarkan ada dua keluarga dalam satu rumah."
"Oppung, sebenarnya Gita lebih nyaman ada Ciara, Gita jadi punya teman di tempat baru ini." Kata Gita.
"Oohh.. Gitu ya, sayang." Oppung tersenyum lembut jika Gita sudah meresponnya dan hal ini jelas membuat kepala Bang Harra serasa panas menyala.
Ciara takut melihat Oppung yang kini melirik padanya. Bang Harley pun sigap melindungi istrinya.
"Saya yang salah, Oppung. Sehahrusnya saya segera cari kontrakan. Memang benar kata Oppung, tidak baik ada dua keluarga dalam satu rumah."
Setelah mendengar penjelasan dari Bang Harley, Oppung mengangguk-angguk. "Ya sudah, kalau begitu segeralah cari kontrakan. Jangan sampai menimbulkan fitnah."
Bang Harley mengangguk patuh. "Siap, Oppung. Secepatnya kami akan pindah."
Oppung kembali menatap Bang Harra. "Kau juga, Harra. Jangan macam-macam. Ingat, sebentar lagi kau akan jadi seorang ayah. Jaga istrimu baik-baik. Anak yang ada dalam kandungan, adalah anak mahal keluarga kita. Apalagi kalau dia anak laki-laki, dia adalah penerus tertinggi keluarga kita..!!"
Bang Harley sungguh kaget tapi dirinya belum bisa bicara apapun, ia berharap bisa mendapatkan penjelasan dari Harra.
Bang Harra mengangguk dengan wajah sedikit tertekuk. "Iya, Oppung."
...
Malam itu, suasana di rumah Bang Harra terasa sedikit berbeda. Oppung masih terus mengawasi gerak-gerik Bang Harra, membuat suami Gita itu merasa seperti tahanan. Sementara itu, Gita hanya bisa tersenyum geli melihat tingkah suaminya yang baru saja selesai mengaji bersama Bang Harley.
"Bang, sini deh," panggil Gita sambil menepuk tempat di sebelahnya.
Bang Harra mengendap dan mendekat duduk di samping Gita. "Kenapa, Sayang?"
"Abang nggak marah kan, sama Oppung. Kelihatannya Oppung sayang banget sama Gita, bener nggak sih?? makanya Oppung agak protektif banget sama Gita." kata Gita sambil menggelitik kecil tangan suaminya.
Bang Harra menghela napas. "Abang ngerti kok, Sayang. Abang juga sayang sama Oppung. Cuma ya gitu deh, kadang-kadang Abang suka kesel sendiri."
Gita tertawa kecil. "Abang sih, salah sendiri. Kenapa juga pake acara 'mau dihabisin' segala. Kan Oppung jadi salah paham."
Bang Harra mencubit hidung Gita gemas. "Abisnya Abang juga gemes banget sama kamu, Sayang. Pengennya langsung........."
"Ssttt... Ada Oppung!" Gita langsung membungkam mulut suaminya.
Bang Harra terkekeh. "Iya, iya. Abang janji deh, nggak akan macem-macem lagi di depan Oppung."
"Lho.. Kenapa kamu disini??? Sudah selesai ngajinya????" Tanya Oppung saat melihat Bang Harra duduk berdua dengan Gita.
"Sudah, Oppung."
"Naaahhh begitu. Kalian harus meluangkan waktu untuk anak kalian. Kalian yang buat, jadi kalian yang harus bertanggung jawab. Berikan pendidikan tentang Tuhannya sejak dari dalam kandungan. Ibunya juga sudah susah payah mengandung. Jangan di sia-siakan saat kalian sudah mendapatkan apa yang kalian mau." Imbuh Oppung di hadapan Bang Harra dan Bang Harley yang baru selesai melipat sajadahnya.
"Kami mengerti, Oppung." Jawab Bang Harley.
:
"Apakah kamu belum mengaku kalau anak yang di kandung Gita adalah anakku??" Tanya Bang Harley.
"Tutup moncong kau itu, Har..!!!" Ujar geram Bang Harra.
"Tapi ini kenyataannya."
"Saya juga tau ini kenyataannya, tapi kau sendiri yang memilih untuk tidak mengakuinya, kau meragukannya. Lalu kenapa sekarang tiba-tiba kau ingin mengakuinya. Kau tidak lihat Ciara sudah kembali, dia hamil anakmu juga. Apa kau sudah mengakui keadaan ini pada Ciara????" Omel Bang Harra.
Bang Harley terdiam, ia memang belum mengakuinya secara gamblang tapi ia pun yakin Ciara mulai curiga sebab istrinya itu sudah sempat bertanya padanya.
"Kalau melihat dari ekspresimu, sepertinya jelas belum kau ceritakan."
Bang Harley mengusap wajahnya. Pada kenyataannya, ia memang belum mengungkapkan semuanya pada Ciara. Bukan karena tidak berani, ia hanya takut kandungan Ciara bermasalah setelah mendengar semua yang terjadi.
"Apa harus berulang kali ku katakan. Urus saja Ciara, biar saya urus Gita. Saya tidak menyalahkanmu kalau kau memang ingin pengakuan itu, tapi lihat situasinya. Ada dua bumil yang tidak bisa di ajak berpikir keras, mereka butuh tenang, butuh bahagia menjalani kehamilan. Jangan egois, pakai otak kau sedikit..!!!!!!!!"
"Ada apa ini?????" Tegur Papa Aga mengagetkan kedua Letnan.
.
.
.
.
konfliknya makin komplek, mantapp💪💪