NovelToon NovelToon
Cinta Yang Tak Seharusnya Ada

Cinta Yang Tak Seharusnya Ada

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Pengganti / Balas Dendam / Cinta setelah menikah
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: SunFlower

Setelah kematian istrinya, Nayla. Raka baru mengetahui kenyataan pahit. Wanita yang ia cintai ternyata bukan hidup sebatang kara tetapi ia dibuang oleh keluarganya karena dianggap lemah dan berpenyakitan. Sementara saudari kembarnya Naira, hidup bahagia dan penuh kasih yang tak pernah Nayla rasakan.
Ketika Naira mengalami kecelakaan dan kehilangan ingatannya, Raka melihat ini sebagai kesempatan untuk membalaskan dendam. ia ingin membalas derita sang istri dengan menjadikannya sebagai pengganti Nayla.
Namun perlahan, dendam itu berubah menjadi cinta..
Dan di antara kebohongan, rasa bersalah dan cinta yang terlarang, manakah yang akan Raka pilih?? menuntaskan dendamnya atau menyerah pada cinta yang tak seharusnya ada.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunFlower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#20

Happy Reading...

.

.

.

Pernikahan itu akhirnya terwujud, tepat satu minggu setelah Naira mengiyakan ajakan Raka untuk menikah ulang. Pagi itu, udara Surabaya terasa lebih hangat dari biasanya. Matahari menembus tirai tipis di ruang tamu, memberikan cahaya keemasan yang membuat suasana sederhana tersebut tampak lebih sakral. Pernikahan itu tidak megah, bahkan dekorasi sangat- sangat sederhana. Hanya beberapa bunga putih yang ditata rapi oleh Bik Sumi, beberapa kursi dan meja kecil tempat penghulu duduk.

Namun justru kesederhanaan itu membuat suasana menjadi begitu intim.

Naira duduk tenang di kursi kayu, tetapi tangannya tidak berhenti saling meremas. Napasnya naik turun tidak stabil. Jantungnya berdetak begitu cepat, seolah tubuhnya tidak mau menutupi kegugupannya. Ini bukan pernikahan pertamanya, namun anehnya ia merasa ini adalah pertama kalinya ia menikah. Seolah ia adalah perempuan yang baru akan memulai sebuah rumah tangga.

Pandangan Naira tak pernah lepas dari sosok Raka yang berdiri beberapa langkah darinya. Raka mengenakan setelan jas berwarna putih tulang, khas pengantin pada umumnya. Tapi pada tubuh Raka, setelan itu tampak berbeda. Warna putih itu membuat sosoknya terlihat semakin tegap dan bersih. Aura kewibawaannya meningkat puluhan kali lipat. Untuk sesaat, Naira bahkan tidak bisa memalingkan pandangannya.

Raka, yang biasanya memiliki tatapan tajam penuh tekanan, kini terlihat lebih lembut. Ada garis senyum tipis di wajahnya meski ia berusaha bersikap formal. Ketika pandangan mereka bertemu, seketika wajah Naira memerah. Ia buru-buru menunduk, membuat Raka menyunggingkan senyuman.

Upacara sederhana itu dimulai. Penghulu membacakan akad dan semua saksi, Bik Sumi dan beberapa tetangga yang baru mereka kenal duduk memperhatikan. Jingga berada di pangkuan Bik Sumi, memegangi buket bunga kecil milik ibunya sambil sesekali mengunyah biskuit dengan tangan satunya.

Ketika tiba saatnya ijab kabul, Raka menarik napas panjang. Suaranya tegas, jelas dan tidak bergetar sedikit pun ketika ia mengucapkan akad dengan menyebut nama asli istrinya.

“Aku menikahi Naira…” suara itu dalam dan penuh keyakinan.

Air mata Naira tiba-tiba menetes. Ada perasaan yang sulit ia jelaskan.

Setelah kata “sah” diucapkan oleh para saksi, Naira tidak bisa menahan senyum yang terus muncul di wajahnya. Raka menoleh kepadanya, lalu tanpa menunggu lebih lama ia meraih tangan Naira lalu menggenggamnya.

Raka menatapnya. “Kita mulai dari awal, seperti yang aku janjikan.”

.

.

.

Setelah prosesi selesai, Raka mempersilakan seluruh tamu untuk menikmati hidangan yang sudah ia siapkan di halaman belakang rumah. Halaman itu cukup luas, dengan lampu-lampu kecil yang menggantung dan meja panjang berisi makanan sederhana namun tampak menggugah selera. Ada nasi kuning, lauk pauk rumahan, dan beberapa kue tradisional.

Naira mengikuti Raka sambil menggenggam buket kecil di tangannya. Setiap langkah terasa ringan. Para tetangga memberikan ucapan selamat, beberapa bahkan memuji kecantikan Naira dan ketampanan Raka.

“Apa kamu masih gugup?” tanya Raka lembut.

Naira mengangguk tanpa bisa menyembunyikan apa pun. “Sejak tadi jantungku tidak berhenti berdetak dengan cepat.”

Raka tersenyum lebih hangat daripada sebelumnya. Naira menatapnya heran. "Kenapa?”

"Untuk kali ini... aku akan menjaga kamu dengan benar.” Ucap Raka.

.

.

.

Setelah acara pernikahan sederhana itu selesai dan para tetangga pulang satu per satu, suasana rumah berubah menjadi jauh lebih sunyi. Hanya suara jangkrik di halaman belakang yang terdengar samar-samar. Lampu-lampu rumah sudah diredupkan, menyisakan cahaya hangat yang menenangkan setelah hari yang terasa begitu panjang.

Bik Sumi muncul dari arah ruang tamu sambil menggendong Jingga yang sudah menguap berkali-kali. “Nak.. Untuk malam ini biarkan Jingga tidur sama Bik saja, ya? Biar kalian istirahat. Hari ini kan hari penting untuk kalian berdua.”

Namun sebelum Naira atau Raka sempat menjawab, Jingga tiba-tiba memberontak dalam gendongan bik Sumi dan mulai menangis keras. Tangisnya menggema di seluruh ruangan, membuat Bik Sumi terkejut.

“Aduh, sayang… kenapa? Ayo, kita tidur di kamar Bibik, ya?” rayu Bik Sumi.

Namun Jingga menggeleng kuat-kuat. Kedua tangannya langsung terulur ke arah Naira, seolah takut dipisahkan. “Mau Mama... mau Papa...” rengeknya sambil terus menangis.

Naira refleks mendekat, mengambil alih Jingga lalu mengusap punggungnya dengan lembut. “Sudah.. sudah, Jingga. Kamu mau tidur sama Mama?”

Jingga mengangguk cepat, masih terisak sambil melingkarkan tangannya di leher Naira.

Naira kemudian mengalihkan pandangan kepada Raka meminta persetujuannya.

Tanpa banyak pertimbangan, Raka menganggukan kepalanya. “Biarkan saja dia bersama kita malam ini,” ucapnya singkat.

Jingga langsung menyandarkan kepalanya di bahu Naira,  karena ucapannya dituruti. Bik Sumi hanya menghela napas pasrah sebelum berkata. “Kalau begitu, Bik Sumi ke kamar dulu. Kalian istirahat, ya.”

Tidak lama kemudian, mereka bertiga masuk ke kamar utama. Kamar itu masih dipenuhi aroma bunga segar dari dekorasi pernikahan tadi, membuat suasana terasa lebih tenang. Naira meletakkan Jingga di tengah ranjang, lalu menyelimuti tubuh kecil itu agar tidak kedinginan. Jingga sudah mulai terpejam, mungkin karena kelelahan.

Raka masuk belakangan setelah menggantung jas pengantinnya. Ia duduk di sisi ranjang, memperhatikan putrinya yang tidur pulas. Beberapa menit kemudian setelah selesai bebersih, Raka dan Naira pun ikut berbaring. Mereka menghadap Jingga.

Hening sejenak. Yang terdengar hanya napas lembut Jingga.

Raka tiba-tiba membuka suara. “Naira…” panggilnya pelan.

Naira menoleh, meski cahaya lampu tidur hanya menampakkan garis wajah Raka separuh. “Ya?”

Raka menatapnya cukup lama. “Bagaimana perasaan kamu?” tanyanya akhirnya, suara itu begitu lembut hingga membuat dada Naira terasa hangat.

Naira tersenyum kecil, senyum yang tidak dibuat-buat. “Tentu saja bahagia,” jawabnya jujur. “Entah kenapa aku merasa ada sedikit kelegaan di dalam hatiku.”

Raka mengerutkan kening, pandangannya tidak lepas dari wajah Naira. “Kelegaan?” ulangnya seolah ingin memastikan.

Naira mengangguk pelan. “Iya. Ada sesuatu.. Sesuatu yang membuat hatiku terasa lebih ringan. Seolah... aku menemukan diriku lagi.”

Raka terdiam, seperti memikirkan ucapan itu. Kemudian ia menarik napas perlahan.

Setelah beberapa detik hening, Naira berkata pelan, “Raka…”

“Hm?” sahut Raka.

Naira menatapnya dengan sorot mata yang sulit dijelaskan. “Aku berharap kamu akan tetap seperti ini. Jangan berubah lagi. Jadilah sosok Raka yang penuh kehangatan. Bagi apa yang ada di pikiran kamu padaku.”

Raka tidak langsung menjawab. Ia hanya mengulurkan tangannya, menyentuh punggung tangan Naira yang berada di atas selimut. Sentuhan itu begitu lembut hingga membuat jantung Naira berdegup tidak karuan.

"Aku akan berusaha.” Jawab Raka. "Tapi aku tidak berjanji." Lanjutnya dalam hati.

Naira menutup mata sejenak, merasakan ketenangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Untuk pertama kalinya sejak kehilangan ingatan... ia merasa aman.

Malam itu, di antara keheningan ada perasaan baru yang tumbuh pelan-pelan. Rapuh, namun begitu tulus. Dalam gelap, mereka tetap saling menatap di atas tidur lelap Jingga. Seolah dunia hanya berisi mereka bertiga saja.

.

.

.

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK.....

1
Tutuk Isnawati
kasihan jingga
Tutuk Isnawati
berarti dua2 emg krg perhatian dan kasih sayang ortu pa jgn2 mreka bkn ank kndung
Tutuk Isnawati
iya bwa pergi aja kyanya tunangan nya nai jg jahat
chochoball: padahal raka juga jahat lohhh
total 1 replies
Tutuk Isnawati
semangat thor.
Tutuk Isnawati
trus hamil ank siapa dong naira
chochoball: Hayoooo anak siapa?
total 1 replies
Tutuk Isnawati
semangat thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!