Di tahun 2070, nama Ethan Lawrence dirayakan sebagai pahlawan. Sang jenius muda ini telah memberikan kunci masa depan umat manusia: energi tak terbatas melalui proyek Dyson Sphere.
Tapi di puncak kejayaannya, sebuah konspirasi kejam menjatuhkannya.
Difitnah atas kejahatan yang tidak ia lakukan, sang pahlawan kini menjadi buronan nomor satu di dunia. Reputasinya hancur, orang-orang terkasihnya pergi, dan seluruh dunia memburunya.
Sendirian dan tanpa sekutu, Ethan hanya memiliki satu hal tersisa: sebuah rencana terakhir yang brilian dan berbahaya. Sebuah proyek rahasia yang ia sebut... "Cyclone".
(Setiap hari update 3 chapter/bab)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PumpKinMan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23: Bisikan dari Pasir Merah
Di apartemen Nate Reyes di Zona-B, waktu menunjukkan pukul 02:00 pagi, tetapi ruangan itu terang benderang oleh cahaya biru dari monitor-monitor yang menyala. Bau kopi basi dan kertas cetak bercampur dengan aroma samar kari ayam yang dipesan larut malam. Ini adalah markas mereka, ruang perang mereka melawan kebohongan.
Nate duduk membungkuk di depan konsol utamanya, matanya merah karena lelah, menelusuri ratusan jam rekaman keamanan publik dari malam siaran video Clara. Dia sedang mencari celah, mencari petunjuk tentang bagaimana siaran itu bisa terjadi, siapa yang mungkin berada di baliknya. Itu adalah jalan buntu sejauh ini. Jaringan itu telah diretas dengan keahlian tingkat negara—bersih, tanpa jejak.
Di seberang ruangan, Clara Vega mondar-mandir seperti harimau dalam sangkar. Dia tidak bisa duduk diam. Kasus Anggota Dewan Valerius telah menemui jalan buntu—"Orang Hantu" itu lenyap tanpa jejak, dan Valerius kini dilindungi oleh lapisan pengacara mahal. Dia frustrasi. Dia butuh cerita baru.
"Tidak ada apa-apa," gerutu Nate, bersandar di kursinya dan menggosok matanya. "Siapa pun yang melakukan siaran itu... mereka profesional. Sangat profesional."
"Mungkin itu bukan peretas luar," kata Clara, berhenti mondar-mandir. "Mungkin itu... orang dalam?"
"Orang dalam siapa? Thorne? Frost?" Nate menggelengkan kepala. "Tidak mungkin. Mereka membenci Ethan. Mengapa mereka membantunya?"
"Aku tidak tahu." Clara kembali mondar-mandir. "Tapi sesuatu yang aneh sedang terjadi, Nate. Kau merasakannya, kan? Sejak pidato Nobel Ethan... rasanya seperti... udara menjadi lebih tebal. Semua orang tegang."
Dia benar. Sejak Ethan secara terbuka menantang tatanan dunia, ada ketegangan yang nyata di kota. Keamanan diperketat. Sensor berita menjadi lebih agresif. Nate sendiri merasakan tekanan—editornya tiba-tiba menjadi sangat berhati-hati tentang cerita apa yang dia kejar.
"Mungkin itu hanya paranoia kita," kata Nate, meskipun dia tidak mempercayainya.
"Bukan paranoia jika mereka *benar-benar* mengawasimu." Clara berhenti lagi, kali ini di depan jendela, menatap lampu-lampu Zona-A yang jauh dan berkilauan. "Aku khawatir tentang Ethan. Dia terdengar... berbeda saat aku bicara dengannya kemarin. Lebih... terkendali. Seperti dia sedang memainkan peran."
"Dia *sedang* memainkan peran," kata Nate getir. "Peran Direktur Pradana, boneka kesayangan Rostova." Dia benci mengakuinya, tetapi sebagian kecil dirinya merasa sedikit dikhianati oleh kesuksesan cepat Ethan, oleh kemudahannya menerima perlindungan dari wanita yang mereka berdua tahu berbahaya.
"Dia lebih pintar dari itu," kata Clara membela. "Dia punya rencana."
"Aku harap begitu."
Saat itulah terjadi.
Sebuah ikon kecil yang tidak dikenal berkedip di sudut salah satu monitor Nate—monitor yang dia gunakan untuk memantau saluran komunikasi pasar gelap terenkripsi, tempat para informan dan peretas menjual rahasia.
Itu bukan peringatan standar. Itu adalah sinyal marabahaya pribadi yang dia atur bertahun-tahun lalu dengan seorang kontak lama—seorang peretas idealis bernama "Nyx" yang menghilang dari peredaran.
"Apa itu?" tanya Clara, melihat perubahan ekspresi Nate.
"Aku tidak tahu," kata Nate, mencondongkan tubuh ke depan. "Ini... kode lama. Sangat lama."
Dia mengetikkan serangkaian perintah otentikasi. Layar berkedip.
`KONEKSI AMAN DIBUAT.`
`SUMBER: MARS COLONY - SEKTOR TAMBANG 7.`
`PENGIRIM: 'PROMETHEUS'.`
Nate dan Clara saling pandang. Mars. Prometheus—pencuri api dari para dewa.
Sebuah paket data mulai mengalir masuk. Sangat lambat. Terputus-putus. Seseorang mengirim ini melalui saluran berdaya sangat rendah, mungkin dari perangkat pribadi yang dimodifikasi, mencoba menghindari deteksi.
"Mereka menggunakan *repeater* (pengulang sinyal) satelit cuaca tua," bisik Nate, melihat log koneksi. "Cerdas. Tapi rentan."
Paket data itu akhirnya selesai diunduh. Ukurannya kecil. Hanya beberapa megabyte.
"Buka," kata Clara, suaranya tegang.
Nate menjalankan dekripsi multi-lapis. Kunci terakhir adalah pertanyaan keamanan pribadi yang hanya dia dan Nyx yang tahu: `Siapa nama kucing di Panti St. Jude?`
Nate tersenyum tipis. "Sersan Cakar," ketiknya.
File terbuka.
Itu bukan teks. Itu adalah serangkaian klip video pendek, direkam dengan kualitas rendah, mungkin dari kamera tersembunyi atau data-pad pekerja. Dan beberapa file log audio.
Klip pertama menunjukkan barak pekerja di Tambang 7. Ratusan ranjang susun dijejalkan ke dalam ruangan logam besar. Para pekerja—semuanya Tier-D, wajah mereka kuyu karena kelelahan—sedang makan bubur nutrisi abu-abu dari mangkuk logam. Tidak ada jendela. Jam di dinding menunjukkan Siklus Tidur 3, tetapi lampu tetap menyala terang.
"Perhatikan," kata Nate, menunjuk ke sudut video. "Jam itu... mundur."
Clara mendekat. "Apa maksudmu?"
"Ini bukan hitungan maju. Ini hitungan mundur. Sampai akhir giliran kerja berikutnya. Itu... 18 jam."
Napas Clara tertahan. "Mereka... mereka bekerja 18 jam nonstop?"
Klip berikutnya menunjukkan terowongan tambang yang remang-remang. Para pekerja mengoperasikan mesin bor plasma raksasa. Mesin itu tampak tua, usang. Percikan api beterbangan. Alarm peringatan suhu berkedip merah di panel kontrol, tetapi tidak ada yang memperhatikannya.
File audio diputar. Suara seorang pria—mungkin manajer tambang Borin—berteriak melalui interkom. "...abaikan alarm sialan itu! Terus bor! Kita harus memenuhi kuota Thorne sebelum akhir siklus! Tidak ada istirahat!"
Klip ketiga. Seorang pekerja pingsan karena kelelahan di sebelah mesin bor. Dua pekerja lain mencoba membantunya, tetapi seorang mandor berseragam—mengenakan lencana Aeterna Energy (perusahaan Dubois)—membentak mereka untuk kembali bekerja, meninggalkan pria yang pingsan itu tergeletak di lantai.
Klip keempat. Yang paling mengerikan. Sebuah log medis. Seorang dokter (terdengar lelah dan kalah) melaporkan tiga kematian akibat "kelelahan ekstrem" dalam satu minggu. Penyebab resmi kematian: "Gagal Jantung Bawaan." Kebohongan yang jelas.
Dan kemudian, file terakhir.
Itu adalah gambar diam. Sebuah memo internal. Dicap `RAHASIA - OTORISASI ROSTOVA`. Ditandatangani oleh Profesor Aris Thorne.
Memo itu memerintahkan penangguhan *semua* inspeksi keselamatan non-kritis di Tambang 7 sampai Kuota Produksi Kuartal 4 tercapai. Memo itu secara eksplisit menyebutkan "merampingkan protokol" untuk "efisiensi maksimum."
Nate dan Clara menatap layar, terdiam. Kengerian dari apa yang mereka lihat membuat mereka mual. Ini bukan lagi korupsi. Ini adalah perbudakan. Ini adalah pembunuhan yang dilembagakan.
"Ya Tuhan," bisik Clara. "Ethan... dia tidak tahu, kan? Dia tidak mungkin tahu tentang ini."
Nate menggelengkan kepala, rasa bersalah yang dingin menjalari dirinya karena sempat meragukan Ethan. "Tidak. Tidak mungkin. Dia akan menghentikan ini jika dia tahu." Dia menunjuk ke memo Thorne. "Ini Thorne. Dan Rostova. Mereka melakukannya di belakang punggungnya."
Clara berdiri, matanya berkilat karena amarah yang benar. "Kita harus mempublikasikan ini, Nate! Sekarang! Kita harus..."
"Tidak," kata Nate tegas, meraih lengannya. "Tunggu."
"Tunggu apa?!" seru Clara. "Orang-orang sekarat di sana!"
"Aku tahu!" balas Nate. "Tapi pikirkan! Jika kita mempublikasikan ini sekarang, apa yang akan terjadi? Thorne akan menyangkalnya. Rostova akan menyebutnya 'berita palsu' atau 'sabotase'. Mereka akan mengunci Mars lebih rapat lagi. Dan 'Prometheus'... informan kita... dia akan mati."
Clara terdiam, menyadari kebenaran pahit dalam kata-kata Nate.
"Kita butuh lebih banyak," kata Nate pelan. "Kita butuh bukti yang tak terbantahkan. Sesuatu yang mengikat ini langsung ke Rostova. Sesuatu yang tidak bisa mereka sangkal."
Dia menatap layar, pada memo Thorne. "Dan kita perlu mengeluarkan Prometheus dari sana."
Mereka bekerja sepanjang sisa malam itu dengan intensitas yang baru. Misi mereka kini jelas.
Nate mencoba membalas pesan Prometheus, menggunakan saluran terenkripsi yang sama.
`PROMETHEUS. PESAN DITERIMA. BAHAYA BESAR. PERLU BUKTI LEBIH LANJUT MENGHUBUNGKAN ROSTOVA. BISA KAU DAPATKAN? KAMI BISA MEMBANTUMU KELUAR. -N`
Mereka menunggu. Satu jam. Dua jam. Tidak ada balasan.
"Dia mungkin sudah tertangkap," kata Clara cemas.
"Atau mungkin dia hanya... bekerja," kata Nate muram. "Giliran kerja 18 jam."
Sementara mereka menunggu, Clara mulai menggali. Dia menggunakan keahliannya dalam riset digital untuk mencari celah dalam catatan publik Aeterna Energy, mencari koneksi tersembunyi antara Thorne, Rostova, dan operasi di Mars. Itu seperti mencari jarum di tumpukan jerami digital.
Nate fokus pada memo Thorne. Tanda tangannya digital. Dia mencoba memverifikasi keasliannya, mencari metadata tersembunyi.
Pukul 06:00 pagi. Cahaya fajar mulai menyinari jendela apartemen mereka. Mereka kelelahan, tetapi terdorong oleh adrenalin dan kemarahan.
Saat itulah balasan datang.
Satu paket data kecil lagi. Kali ini, hanya teks.
`MEREKA MENGAWASI. THORNE SENDIRI TIBA KEMARIN. MENINGKATKAN TEKANAN. LEBIH BANYAK KECELAKAAN DITUTUPI. TIDAK BISA MENDAPATKAN BUKTI ROSTOVA LANGSUNG. DIA TERLALU BERSIH. TAPI THORNE... DIA CEROBOH. DIA MENGADAKAN PERTEMUAN 'PRIBADI' DENGAN MANAJER TAMBANG SETIAP SIKLUS. REKAMAN AUDIO MUNGKIN ADA. KANTORNYA. SANGAT BERBAHAYA. TIDAK BISA KELUAR. TERLALU TERLAMBAT BAGIKU. GUNAKAN APA YANG KAU MILIKI. SELAMATKAN YANG LAIN. -P`
Nate membaca pesan itu keras-keras. Mereka berdua terdiam.
"Dia tahu dia akan mati," bisik Clara, air mata menggenang di matanya.
Nate mengepalkan tangannya. Prometheus benar. Mereka tidak bisa menyelamatkannya. Tapi mereka bisa menghormati pengorbanannya.
"Rekaman audio," kata Nate. "Di kantor Thorne di Mars. Jika kita bisa mendapatkannya... itu mungkin cukup."
"Bagaimana?" tanya Clara. "Kita tidak bisa meretas sistem Mars dari sini. Keamanannya tingkat militer."
"Tidak. Tapi mungkin..." Nate menatap layar, sebuah ide gila mulai terbentuk. "Mungkin kita tidak perlu meretasnya. Mungkin kita hanya perlu... *memintanya*."
Clara menatapnya bingung. "Memintanya? Pada siapa?"
"Pada satu-satunya orang yang memiliki akses penuh ke semua data Proyek Dyson Sphere," kata Nate. "Satu-satunya orang yang mungkin cukup naif untuk memberikannya tanpa bertanya terlalu banyak."
Dia menatap Clara. "Kita perlu bicara dengan Ethan."
Clara ragu-ragu. "Tapi... kau bilang jangan libatkan dia."
"Itu sebelum aku tahu seberapa dalamnya ini," kata Nate. "Ini proyeknya, Clara. Ini namanya yang akan tercoreng jika ini terungkap dengan cara yang salah. Dan dia... dia mungkin satu-satunya yang bisa mendapatkan rekaman itu untuk kita."
Dia berdiri. "Aku akan menemuinya hari ini. Aku akan mencoba membuatnya mengerti tanpa memberitahunya terlalu banyak. Aku hanya akan mengatakan kita butuh log audio dari kantor Thorne di Mars untuk cerita korupsi."
"Apa kau pikir dia akan percaya?"
"Aku tidak tahu," Nate mengakui. "Tapi aku harus mencoba. Demi Prometheus. Demi Clara." Dia berhenti, lalu menambahkan pelan, "Dan demi Ethan sendiri."
Dia berjalan ke jendela, menatap Zona-A yang kini bermandikan cahaya matahari pagi. Menara Ethan—Menara Dyson—berdiri menjulang, berkilauan seperti janji palsu.
Permainan telah berubah lagi. Ini bukan lagi hanya tentang mengungkap kebenaran. Ini tentang menyelamatkan jiwa adik laki-lakinya dari konspirasi yang kini mengancam untuk menelannya utuh.