Seyna Darma, gadis yang dianggap bodoh karena trauma kematian kedua orang tuanya, hidup dalam siksaan paman dan bibi yang kejam.
Namun di balik tatapannya yang kosong, tersimpan dendam yang membara.
Hingga suatu hari ia bertemu Kael Adikara, mafia kejam yang ditakuti banyak orang.
Seyna mendekatinya bukan karena cinta, tapi karena satu tujuan yaitu menghancurkan keluarga Darma dan membalas kematian orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 CURIGA
Jesika segera memerintahkan Angela untuk menemani Seyna di kamarnya.
"Ayo Seyna," ajak Angela sambil membantu Seyna berdiri.
Kael ingin segera membantu tetapi, di tahan oleh Jesika agar Seyna bersama Angela. Lagi pula Seyna terlihat lebih senang bersama Angela dibanding yang lain. Seyna dan Angela segera menaiki tangga dan menuju ke arah kamar yang sudah disiapkan untuk Seyna. Saat Seyna dan Angela sudah tidak terlihat, Jesika segera menatap ke arah Kael.
"Gadis itu sepertinya sengaja mau menyakiti Seyna,"ucap Jesika raut wajahnya menandakan kekhawatiran.
Kael yang mendengar itu mengangguk seolah ia juga tahu bahwa Alisha memang sengaja mau membiarkan Seyna kenapa napa.
"Aku tahu dan aku akan segera membawa Seyna ke kediaman Adikara," ucap Kael datar.
"Waktu kemarin aku sempat melihat bahwa gadis itu memiliki luka ditubuhnya, sepertinya paman dan bibinya melukai gadis kecil itu," ucap Jesika mengingat saat ia tudak sengaja menatap luka lebam ditangan dan punggung gadis itu.
"Sialan! Berani sekali mereka melukai gadis ku!" gumam Kael tangannya mengepal.
"Sudah lah Kael, tidak perlu emosi yang terpenting kita buat Seyna masuk di keluarga kita dulu," ucap Jesika mencoba menenangkan.
"Tapi..bagaiman tentang Alisha tante?"tanya Kael menoleh ke arah Jesika.
"Hmm...gadis itu, sepertinya bia menjadi pion kita untuk tahu bagaimana dengan keluarga Darma memperlakukan Seyna. Lagi pula sepertinya keluarga itu menyimpan banyak rahasia," ucap Jesika.
Kael masih berdiri di ruang tengah dengan kedua tangan mengepal di sisi tubuhnya. Urat di pelipisnya tampak menegang, jelas menahan emosi yang sejak tadi ia tekan. Kata-kata Jesika tentang luka di tubuh Seyna terus terngiang di kepalanya luka lebam yang tidak seharusnya dimiliki seorang gadis yang terlihat polos dan lugu.
"Kalau benar paman dan bibinya yang melakukan itu…" suara Kael merendah, nyaris bergetar.
"Maka aku tidak akan tinggal diam, Tante."
Jesika melangkah mendekat, meletakkan tangannya di bahu Kael dengan tekanan ringan namun tegas cara khasnya untuk menenangkan seseorang tanpa terlihat lemah.
"Aku tahu temperamenmu, Kael. Justru karena itu kita harus hati-hati. Emosi hanya akan membuat mereka malah waspada dan lebih berhati hati."
Kael menghembuskan napas panjang, berusaha mengendalikan diri.
"Aku mengerti. Tapi satu hal yang harus jelas," katanya lalu menatap lurus ke mata Jesika,
"Alisha tidak boleh membawa Seyna keluar dari lingkaran kita. Tidak ke mana pun. Aku tidak percaya satu kata pun dari gadis itu, apalagi dengan keluarga Darma."
Jesika tersenyum tipis, senyum penuh perhitungan.
"Tenang saja. Selama Seyna berada di rumah ini dan nanti di kediaman Adikara aku pastikan tak ada satu orang pun dari keluarga Darma yang bisa menyentuhnya dan kita harus cari tahu semuanya!"
Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan dengan suara lebih pelan namun menusuk.
"Lagi pula… Alisha terlalu ambisius. Orang seperti itu mudah terpancing dan sepertinya dia mau masuk ke dalam keluarga ini!"
Kael mengangguk, namun wajahnya justru semakin muram. Pandangannya terarah ke anak tangga yang menuju lantai dua.
"Dan ada satu hal lagi, Tante," ucapnya perlahan.
"Seyna… tidak sesederhana yang kita kira."
Jesika mengangkat alis. "Maksudmu?"
"Tatapan matanya," Kael menjelaskan.
"Cara dia mengamati sekitar. Bahkan caranya menggenggam tanganku saat takut itu bukan refleks anak yang benar-benar polos. Dia seperti tahu kapan harus terlihat lemah dan sepertinya dia juga menyembunyikan sesuatu!"
Jesika terdiam beberapa detik. Ingatannya melayang pada senyum kecil Seyna, pada caranya pura-pura kikuk, pada bagaimana ia selalu tampak polos dan lugu namun entah mengapa tidak pernah benar-benar kehilangan kendali.
"Kau benar," gumam Jesika akhirnya.
"Anak itu menyembunyikan sesuatu. Dan aku curiga sesuatu itulah yang selama ini membuat keluarga Darma memilih menindasnya, bukan membuangnya. Lagi pula jika Seyna tidak penting mereka bisa saja membuangnya dan tiudak usah bersusah payah untuk menjaga dan mengurusnya."
Kael mengepalkan tangan lagi.
"Kalau begitu, kita harus membuatnya aman dulu. Baru setelah itu kita gali semuanya, tentang rahasia keluarga Darma."
Jesika mengangguk pelan.
"Dan Alisha," katanya dingin.
"Akan kita jadikan pion buat kita tahu rahasia yang disembunyikan keluarga itu. Kitaa harus buat Alisha tidak sadar bahwa ia sedang dimainkan."
Di saat yang sama, di lantai dua, tepat di balik pagar tangga kayu yang sedikit berderit jika diinjak sembarangan, dua sosok berdiri membeku.
Seyna berdiri di depan, tubuhnya sedikit condong ke depan, telinganya menangkap setiap kata yang terucap di bawah sana. Rambutnya yang tergerai menutupi sebagian wajahnya, menyamarkan ekspresi yang kini sama sekali bukan ekspresi gadis polos naan lugu. Di belakangnya, Angela bersandar pada dinding, kedua tangannya terlipat di dada. Sudut bibirnya terangkat samar.
Seyna menoleh sedikit, hanya cukup untuk memastikan Angela mendengarnya.
"Mereka mulai bicara serius," bisiknya pelan.
Angela terkekeh tanpa suara. "Lebih cepat dari yang kupikir."
Seyna mengalihkan pandangannya kembali ke bawah. Matanya menyipit, fokus, dingin berbanding terbalik dengan nada bicaranya yang selama ini terdengar seperti kekanak-kanakan.
"Mereka curiga pada keluarga Darma. Dan Alisha tepat seperti yang kita mau."
Angela melangkah mendekat, suaranya berbisik di dekat telinga Seyna.
"Tante Jesika pintar. Tapi dia masih mengira dia yang memegang kendali, padahal mereka juga menjadi batu loncatan kita untuk menghancurkan keluarga Darma!"
Seyna tersenyum kecil. Senyum yang tajam dan penuh makna.
"Biarkan saja. Selama mereka pikir aku sedang dilindungi mereka tidak akan sadar kalau aku sedang mengatur arah permainan."
Angela menatap sahabatnya dengan kagum yang tak disembunyikan.
"Kamu berubah banyak, Seyna. Kalau mereka tahu siapa kamu sebenarnya—"
"Mereka tidak akan membantuku," potong Seyna pelan.
"Dan semoga itu tidak terjadi karena keluarga Adikara dan Wicaksana saja yang bisaa membantuku keluar dari keluarga Darma dan membalaskan dendam kedua ornag tuaku," ucap Seyna pelan
Ia lalu berbalik, menarik pergelangan tangan Angela dengan lembut namun pasti.
"Ayo masuk. Kita masih harus memainkan peran dan jangan sampai kita dicurigai,"
Angela mengangguk, tertawa kecil.
"Baik, gadis bodoh."
Seyna ikut tertawa, kali ini tanpa menyembunyikan nada dinginnya.
"Dasar kau ini, lihat saja saat aku sudah bebas," ucap Seyna pelan.
Pintu kamar tertutup perlahan, menyisakan keheningan di lantai dua. Di bawah sana, Kael dan Jesika melanjutkan pembicaraan mereka tidak menyadari bahwa setiap langkah, setiap keputusan, telah lebih dulu dihitung oleh sosok yang mereka kira paling lemah.
.....
"Apakah Seyna sudah kembali?" tanya Dirga yang baru saja kembali dari kantor dengan wajah yang lesu.
Reni segera menyambut sang suami lalu mengambil tas kerjanya dan berkata pelan.
"Alisha gagal membawa Seyna kembali dan kata Amar Seyna akan disana seminggu itu permintaan Jesika," ucap Reni.
Mendengar itu Dirga merasa kesal ia takut kalau Seyna kembali menjadi normal dan mengaambil semua kekayaan keluarga Darma.
.....
MOHON DUKUNGANNYA JANGAN LUPA VOTE,LIKE,KOMEN SEBANYAK BANYAKNYA TERIMAKASIHH
Jangan lupa follow buat tau kalau ada cerita baru dari othorrr!!