Hidup melarat dengan kebutuhan rumah tangga yang serba mahal serta kebutuhan anak juga sangat lah besar, mau bagai mana pun Hani mengatur uang maka tetap saja tidak akan cukup bila satu Minggu hanya tiga ratus ribuan saja.
Namun tak lama hidup nya berubah menjadi lebih baik, rumah pondok juga berganti dengan rumah megah yang luar biasa bagus nya.
apa yang sudah Hani lakukan?
Mungkin Hani melakukan pesugihan agar dia bisa kaya raya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Mak Tini ketakutan
"Emak tidak setuju kalau kamu mau merantau pula ke kota!" Mak Tini melarang putra nya untuk pergi dari kampung ini.
"Mak, aku tidak bisa membahagiakan Hani dengan cara kerjaku sendiri jadi mungkin saja dengan begini aku bisa membuat dia hidup lebih baik." Imran masih berusaha membujuk Mak Tini.
"Bagaimana dengan Emak? kalau kamu pergi ke kota lalu bagaimana dengan ku, Imran!" Mak Tini begitu tidak terima kalau mau di tinggal putra nya.
"Ya, kamu harus memohon dulu untuk mendapat izin dari istri mu yang ini juga, Mas!" Hani menatap sinis pada Mak Tini.
"Jaga bicaramu, semakin kurang ajar saja!" Mak Tini menunjuk wajah sang menantu.
Yang di tunjuk hanya tertawa menyeringai karena dia tahu Mak Tini tidak akan sanggup untuk tinggal di rumah ini bersama dengan dia, sudah pasti dia akan takut ketika Imran pergi merantau ke kota maka dia tidak punya tempat untuk mengadu lagi untuk tinggal di tempat ini.
Padahal Hani tidak mempermasalahkan apa bila memang Mak Tini mau tinggal di rumah ini, sebab misinya adalah balas dendam juga pada sang mertua yang selama ini selalu mencela dia dan tidak pernah berbaik hati, padahal Hani juga selama ini termasuk baik karena mau mengurus mertua yang begitu cerewet dan tidak tahu diri.
Namun Mak Tini merasa tidak sanggup apa bila putra nya tidak ada, oleh sebab itu dia tidak terima apabila Imran mau pergi merantau ke kota. Mak Tini masih tidak tahu bahwa sang menantu telah mengambil pesugihan dan acara merantau ke kota ini hanya alibi saja, agar tidak ada yang curiga soal kekayaan yang akan Hani tampak kan.
Orang tua ini tau nya memang Imran akan cari uang dengan cara merantau ke kota, mana Imran pun sama sekali tidak ada sifat tegas nya karena telah memiliki istri, sudah cukup lama Hani bertahan dengan keadaan yang begini mendesak dan selama ini dia juga tidak pernah di bela saat sedang dikatai oleh Mak Tini sendiri sebagai wanita yang tidak tahu diri atau pun pembawa sial.
"Pokok nya Emak tidak mau kalau kau sampai pergi ke kota dan meninggalkan Emak sendirian di sini." Mak Tini berkata dengan sangat tegas.
"Mak, cobalah untuk mengerti aku sekali ini saja." Imran memohon pada Mak Tini.
"Selama ini memang hanya emak yang mengerti dirimu, Nak." Mak Tini mengelus kepala putranya.
"Aku baik-baik saja selama di kota jadi tolong Emak tidak usah cemas dan tinggallah di sini bersama dengan Hani." bujuk Imran penuh lemah lembut agar Mak Tini bisa rela.
"Biarkan saja kalau Bapak mau merantau, Mbah! biar dia tahu cara mencari uang dengan benar tidak hanya kerja di sawah dan saat kerjaan tidak ada maka Bapak akan tidur di rumah saja." Indri berkata ketus.
"Anak kurang ajar!" Mak Tini langsung mendelik setelah mendengar apa yang Indri katakan.
Tidak rela sekali apabila anak kesayangan nya ini malah di katai oleh sang cucu, padahal memang nyatanya Imran sama sekali tidak berguna. dia tidak bisa lincah untuk mencari pekerjaan sehingga anak dan istri pun terlantar antara makan dan tidak, bahkan ketika dia makan enak pun sama sekali tidak ingat dengan anak dan istri nya.
Mak Tini kadang kala diberi uang oleh Fathan, lalu dengan uang itu maka akan dibelikan makanan dan dimakan berdua saja dengan Imran. apa bila emang Imran adalah laki-laki yang baik tentu saja dia akan ingat dengan Hani atau pun Indri, ini sama sekali tidak ada dan malah dengan tenang memakan semuanya bersama Mak Tini.
"Begitu malang nasib mu, Nak! punya istri hanya tahu nya menyuruh kerja saja." Mak Tini menangis seolah anak nya sedang di siksa oleh Hani.
"Tidak apa apa, ini semua memang kewajibanku untuk mencari nafkah, Mak!" jawab Imran memeluk Ibu nya.
"Emak doakan agar di kota nanti kau cepat dapat kerja dan bisa memberi uang untuk istrimu yang tidak berguna itu ya!" Mak Tini menangis karena harus di tinggal setelah ini.
"Cepat lah berangkat, Pak! aku muak melihat drama yang tidak ada sudah nya, bahkan bila aku punya mertua seperti ini maka sudah lama aku lempar keluar rumah." geram Indri yang tidak tahan melihat pemandangan itu.
"Biarkan saja, anak emas nya akan mencari uang dan lama tidak akan kembali jadi jelas dia akan merasa sedih!" Hani memegang pundak sang Putri.
"Anak dan Ibu sama saja!" Mak Tini menatap penuh kebencian pada mereka berdua.
Hani memberi kode pada putri nya agar diam saja tidak meladeni omongan dari Mak Tini, sedap itu hanya sebentar karena setelah ini Mak Tini tidak akan berani macam macam karena telah di tinggal oleh Imran, berani bertingkah sedikit saja akan habis di tangan Hani Karena sekarang Hani lah yang memegang semua kuasa.
"Tu mobil nya sudah datang." Hani memberitahu Imran karena mobil travel yang menuju kota telah tiba.
"Ya Allah anak ku!" Mak Tini tambah kuat menangis.
"Assalamualaikum!" Imran melambaikan tangan pada semua nya karena sekarang dia akan pindah ke kota.
"Hati hati ya, Le!" Mak Tini sekali lagi memeluk Imran.
Hani saja sama sekali tidak ada reaksi apa pun karena sebenar nya bisa di bilang dia telah mati rasa dan tidak peduli pada Imran, dengan berangkatnya Imran ini maka semua rencana akan berjalan mulus dan dia bisa membangun rumah lalu membeli apa saja tanpa ada rasa curiga dari para warga.
"Tas nya di pegang saja." ujar Hani karena tas itu berisi uang.
"Iya." angguk Imran.
"Cepat cari tempat yang bagus lalu beli la ponsel agar bisa menghubungi ya." ujar Hani tersenyum senang.
"Iya, aku akan mencari secepat nya." angguk Imran lagi.
Imran pun masuk mobil untuk segera pergi karena tidak bisa berlama lama menunggu nanti yang ada penumpang lain akan merasa jengkel, entah kapan lagi dia bisa kembali namun yang jelas untuk saat ini ia akan diam saja di kota sendirian. tidak akan ada kerjaan juga apabila Imran hanya diam di dalam rumah, dengan sifat yang seperti itu maka Hani sudah pasti bisa menduga.
Tidak akan mungkin ada tekad Imran untuk keluar dari rumah mencari pekerjaan, apa lagi Hani sudah bisa mencari uang dengan begitu banyak sehingga jelas lah Imran hanya akan diam dan menikmati semua uang yang telah Hani dapatkan, ini sama saja dia dibuang di kota namun dengan hidup yang begitu enak.
Selamat siang besty, jangan lupa like dan komen nya ya sayang ku
maaf jika aku yang salah nama