Carla Dokter Dari Zaman Modern

Selama tiga hari Carla dan pangeran berada di desa ini. Akhirnya para pasien pun sudah berangsur membaik.

Mereka sangat bersyukur atas pertolongan putri dan pangeran juga yang lainnya. Kini saatnya Carla dan pangeran berpamitan.

Para pendukung desa berkumpul, mereka membawa barang-barang yang berharga mereka untuk di hadiahkan kepada Carla.

"Putri, hanya ini yang bisa kami berikan sebagai hadiah ungkapan rasa terima kasih kami," ucap salah satu wanita paruh baya.

Dia merasa senang karena anaknya bisa sembuh dari penyakitnya. Carla sudah meneliti, jika penyakit itu di sebabkan bakteri berbahaya yang sengaja di sebarkan oleh seseorang.

Orang itu ingin membunuh rakyat secara perlahan. Agar tidak menimbulkan rasa kecurigaan, mereka sengaja menyebarkan virus tersebut.

Beruntung Carla seorang dokter jenius, jadi dia bisa mendeteksi dengan cepat penyebab penyakit tersebut.

"Tidak usah Bu, aku menolong dengan ikhlas tanpa meminta balasan dari siapapun. Yang penting desa ini sekarang sudah terbebas dari penyakit yang berjangkit," ujar Carla.

Mereka yang ingin memberikan hadiah kepada Carla pun akhirnya tidak jadi. Karena Carla memintanya untuk di gunakan untuk keperluan mereka saja.

"Terima kasih putri, terima kasih pangeran dan semuanya," ucap wanita itu.

Mereka berlutut di tanah, di mulai dari wanita itu kemudian yang lain juga ikut-ikutan. Carla dengan cepat meminta mereka untuk segera berdiri.

Mereka menangis saat Carla masuk ke dalam kereta kuda. Tangis mereka semakin pecah saat kereta kuda mulai bergerak.

Carla melambaikan tangannya dan di balas oleh penduduk desa. Carla juga ikut terharu melihatnya. Walau pun hanya beberapa hari, namun mereka sudah menyayangi Carla.

"Nona, para penduduk begitu mencintai Anda," ucap Xio Li.

"Jika kita berbuat kebaikan, maka kebaikan itu akan berbalik pada diri kita sendiri. Walau pun bukan dari orang yang kita tolong," ujar Carla.

Pangeran mendekat lalu melompat ke kereta kuda. Sedangkan kudanya di biarkan berjalan sendiri.

"Pangeran? Ada apa?" tanya Carla.

"Tidak ada, aku hanya ingin naik kereta kuda," jawab pangeran.

Alasannya kurang akurat untuk mendekati Carla. Sehingga mudah di tebak. Meskipun demikian, Carla hanya membiarkan nya saja.

"Kamu tahu siapa yang menyebarkan virus tersebut?" tanya pangeran.

"Bisa jadi dari musuh kita yang ingin menjatuhkan negeri ini melalui rakyat biasa," jawab Carla.

"Apa ada hubungannya dengan pangeran ketiga?" tanya pangeran lagi.

"Kita tidak bisa menebak, tapi kecurigaan ku mengarah ke situ. Dengan di bantu negeri sebelah," jawab Carla.

Pangeran manggut-manggut karena jawaban Carla masuk akal. Carla orang yang jenius, hanya saja di zaman ini dia tidak bisa menggunakan kejeniusan nya melalui komputer.

"Aku harap kamu tidak akan akan kembali ke tempat asal mu," batin pangeran sambil menatap lekat wajah Carla.

Pangeran baru menyadari jika wajah Hui Ying itu sangat cantik. Bahkan lebih cantik dari Hui Lin.

Hanya saja waktu itu wajahnya rusak karena racun. Namun sekarang wajah itu sudah kembali pulih.

"Kalian lapar?" tanya Carla, karena tidak sengaja mendengar perut pangeran berbunyi.

Jujur saja, mereka memang belum makan apapun sejak tadi. Jadi wajar jika pangeran dan yang lainnya merasa lapar. Namun mereka hanya diam saja tidak berani mengatakan jika mereka lapar.

Carla meminta beberapa makanan dari gelangnya untuk mereka semua. Jadi mereka pun berhenti sejenak untuk makan sebelum melanjutkan perjalanan.

Pangeran dan Xio Li sudah tidak heran lagi, karena mereka sudah tahu dengan gelang itu. Setelah selesai makan, mereka pun melanjutkan perjalanan menuju pulang.

"Ahhh, akhirnya sampai juga ke paviliun, aku ingin istirahat," ucap Carla merasa lega setelah keluar dari kereta kuda.

Pangeran hanya tersenyum melihat nya. Pangeran hanya bisa mengagumi secara diam-diam. Karena sudah mendapatkan penolakan dari Carla.

"Andai sejak dulu aku memperlakukan mu dengan baik, mungkin semuanya tidak akan seperti ini," batin pangeran.

Akhirnya pangeran pun kembali ke paviliun miliknya. Ia juga ingin istirahat setelah beberapa membantu Carla dan juga kurang istirahat demi kesembuhan penduduk desa.

Pangeran berbaring di tempat tidur, namun saat memejamkan mata, yang terbayang hanyalah Carla.

Saat Carla dengan tanpa segan-segan menolong orang. Tidak perduli orang itu kucel dan bau.

Pangeran membuka matanya dan tersenyum. Entahlah, dia merasa saat ini sudah tergila-gila pada Hui Ying.

"Pangeran, apa yang membuat Anda tersenyum?" tanya pengawal setianya.

"Kenapa kamu belum pergi? Aku ingin istirahat dan jangan di ganggu."

"Pangeran kedua, sepertinya tidak lagi menyambut kedatangan kakak mu ini."

"Kakak pertama, bukan begitu." Pangeran berubah menjadi kikuk.

Pangeran bangun dan berjalan ke arah meja. Keduanya duduk saling berhadapan. Jian Chen tahu jika ada sesuatu yang ingin di bicarakan kakak nya itu.

"Kami tidak menemukan Hui Lin dan ibunya. Bahkan pangeran ketiga juga menghilang," kata Jian Huo.

"Sudah kuduga, ini ada hubungannya dengan pangeran ketiga. Dia terlalu berambisi untuk menjadi kaisar," ungkap Jian Chen.

"Jadi kamu sudah tahu sebelumnya?"

"Baru dugaan, tapi sekarang sudah yakin," jawab Jian Chen.

Jian Huo menghela nafas, pangeran ketiga memang selalu mencari gara-gara. Namun karena menganggap mereka adalah saudara, jadi Jian Huo dan Jian Chen tidak mempermasalahkan nya.

Namun seiring berjalannya waktu, ternyata Jian Nan semakin menjadi-jadi. Jika kali ini ia berulah lagi, Jian Chen tidak akan bertoleransi lagi.

"Baiklah kalau kamu sudah tahu, kalau begitu aku permisi. Oh ya, ayahanda ingin mengetahui kabar kalian dan penduduk desa di sana," kata Jian Huo.

"Hmmm, besok aku ke sana bersama Hui Ying," ujar Jian Chen.

Jian Huo pun segera pergi setelah menepuk pelan pundak adiknya itu. Walau pun terlahir dari ibu yang berbeda, namun mereka satu darah.

Sementara di tempat lain ...

"Pangeran, harus sampai kapan kita di sini?" tanya Hui Lin.

"Sampai semuanya aman, sebentar lagi raja Jiang Zhi akan menyerang. Dan kesempatan itu bisa kita gunakan untuk membunuh putri dan saudaraku," jawab Jian Nan.

"Huh, aku sudah dendam sekali dengan Hui Ying, gara-gara dia, aku seperti ini!" Dai Lu menggeram sambil mengepalkan tangannya kuat.

"Sabar ibu, tunggu saatnya kita akan membunuh Hui Ying itu," ucap Hui Lin menimpali.

Sekarang mereka berada di sebuah rumah yang cukup jauh dari istana. Mereka menjadi buronan sekarang.

Bahkan Jian Nan sendiri tidak berani untuk kembali ke istana. Namun beberapa pengawal setianya selalu membawakan mereka makanan.

Bahkan orang-orang dari istana Jiang Zhi pun datang menemui Jian Nan. Mereka berdiskusi untuk melakukan penyerangan.

"Aku sudah tidak sabar ingin menghabisi nyawa nya. Akan ku buat dia mati tanpa kuburan," ujar Dai Lu.

Mereka melimpah kan kesalahan kepada Hui Ying, padahal kesalahan itu mereka sendiri yang ciptakan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Cerita keluarga Henderson jadi campur aduk ya. Entahlah, aku juga tidak tahu kenapa jadi kepikiran untuk membuat cerita keluarga Henderson seperti ini.